Sekarang adalah tiga hari berlalu sejak sunbae mengurus VISA untuk keberangkatannya ke Jerman. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sunbae pun mulai sulit dihubungi. Tidak masalah, lagian semua juga sudah mendengar kabar sunbae yang ingin meninggalkan Korea Selatan.
Kini kecemasanku berbeda. Mengenai Yena, sedikit pun aku belum mendengar kabarnya. Teleponku masih juga tak diangkatnya. Rumahnya sepi, aku tidak tahu di mana ia berada. Apakah ia sakit atau sedang ada masalah? Atau ia pergi ke suatu tempat atau malah pergi menyusul kedua orang tuanya?
Yoojung dan Saeron sedang mengurus peminjaman buku di perpustakaan. Mereka memintaku untuk pulang duluan. Sebenarnya aku masih ingin menghabiskan waktu bersama mereka, namun rasa nyeri di kepalaku memaksaku untuk segera beristirahat di rumah. Aku menunggu Pak Yoon menjemput. Terik matahari yang terasa panas sampai ke ubun-ubun membuatku semakin pening. Apa ini gara-gara belakangan aku kurang tidur? Tugas kuliah memang luar biasa menghabiskan waktu rehatku. Aku tidak sempat makan tepat waktu, tidak sempat tidur secukupnya, bahkan saking fokusnya mengerjakan tugas aku pun lupa waktu.
"Sohyun."
Aku menoleh begitu ada yang menyebut namaku. Kedua bibirku terbuka, mengembangkan sebuah senyuman kelegaan. Setelah hampir seminggu tanpa kabar, akhirnya dia muncul juga.
Yena menatapku dengan tatapan yang tak dapat kuartikan. Namun, yang aku tahu, bibirnya sama-sama menyunggingkan senyum. Aku setengah berlari menghampirinya, memeluknya seerat mungkin untuk mengusir rasa rinduku padanya. Begitu banyak hal ingin kutanyakan pada Yena, tetapi Yena duluan yang menepisnya. Dia menyampaikan lebih dulu maksud hatinya. Tidak. Ia lebih dulu mengajakku pergi ke suatu tempat, ke kafe langganan kami.
Yena memesan minuman favoritnya, juga minuman favoritku tanpa kuminta. Kami pun duduk saling berhadapan. Aku menyangga kepalaku dengan kedua siku. Aku menunggu kalimat Yena terucap. Sungguh aku penasaran, hal penting apa yang akan dia katakan sampai akhirnya Yena sendiri yang menemuiku di kampus?
"Sohyun, maaf. Aku tidak mengangkat teleponmu, juga tidak membalas pesanmu. Aku sedang ada urusan. Kuharap, kau tidak menanyakan apapun soal itu."
Masalah, ya? Kami selalu berbagi masalah bersama dan mencari solusinya bersama. Kali ini berbeda. Yena malah enggan membahasnya, bukankah cukup aneh?
"Baiklah, aku tidak akan menanyakan apapun. Mengetahui kau baik-baik saja bagiku sudah cukup."
Bohong. Padahal aku penasaran setengah mati. Tak apa Sohyun, kau harus menahannya. Memendam beribu pertanyaan itu dalam-dalam dan dengarkan saja apa yang sahabatmu akan bicarakan.
"Bagaimana hubunganmu dengan para lelaki itu?"
"Kau ... menanyakan hubunganku dengan para lelaki? Maksudnya, sunbae, Hanbin, Taeyong dan Taehyung?"
"Kau tahu."
Hmm, entahlah. Terakhir kali aku membicarakan bahwa aku ditembak dengan empat orang lelaki sekaligus, Yena justru ngambek. Tapi, tiada angin tiada hujan, ia mempertanyakan mereka. Lalu kujawab apa?
"Sunbae melanjutkan studinya ke luar negeri. Sedangkan, aku bingung harus membuka hati untuk siapa. Mereka memiliki ketertarikan yang berbeda-beda."
"Jadi ... kau sungguh berniat untuk memilih salah satu di antara mereka?"
"Memangnya kenapa? Tidak ada salahnya bukan? Oh ya, aku merasa fobiaku benar-benar bisa disembuhkan. Hebat kan?"
Yena diam dan bergumam tidak jelas. Aku mengayunkan telapak tanganku di depan wajahnya, kemudian ia tersadar dan menatapku kembali.
"Kau kenapa? Sakit, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Out, Boys! [GOB] ✔
FanfictionKim Sohyun tumbuh dengan sifat yang tak biasa. Kedekatannya dengan perempuan membuat Ibunya sendiri ragu untuk menyebutnya normal. Gadis cantik, tinggi, dan pintar itu takut dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki! Bagaimana keseruan Sohyun yang d...