#Part 11 Rindu Ayah😔

55 8 0
                                    

Happy reading!!!

Setelah pulang sekolah tadi, Karin tidak langsung pulang ke rumah.

Karin berniat untuk mengunjungi makam sang Ayah.

Seseorang yg begitu berarti untuk Karin.

Seseorang yg selalu mengingatkan Karin jika ia salah.

Seseorang yg selalu memarahi dan menasehatinya jika ia nakal.

Seseorang yg selalu mendidik Karin.

Seseorang yg bekerja keras demi Karin dan Ibunya.

Seorang pahlawan yg sangat ia rindukan sosoknya selama kurang lebih 3 tahun lamanya.

Sungguh ia sangat merindukan Ayahnya. Sungguh..

Saat ini Karin berada di depan gerbang sekolahnya. Seperti biasanya, ia harus menunggu angkot untuk menghantarkannya ke tempat tujuan.

Seseorang dengan motor sportnya melaju dari parkiran sekolah. Ia melihat seorang gadis yg sedang berdiri. Seketika kedua sudut bibirnya terangkat. Ia menghampiri gadis itu dan berniat untuk menawari tumpangan seperti biasanya.

"Rin?"

Karin yg merasa namanya terpanggil akhirnya mencari sumber suara, seketika matanya bertemu dengan manik mata Satria. Tatapan mereka bertemu selama beberapa detik, dan kemudian Karin mematahkannya. Meski begitu Satria sangat senang bisa melihat mata yg meneduhkan hatinya.

Dengusan nafas keluar dari mulut mungil Karin setelah tau siapa orang yg memanggilnya tadi.

"Hm?"

"Nunggu angkot?"

Hening

Lagian Satria ogeb dah! Udah tau biasanya si Karin naik angkot, masa masih di tanya ae sih! Kesel juga dah nih autor-_

"Gue anterin ya?"

Hening

'Sabar Satria'batinnya

"Lo mau kemana?"

Hening

'Untung gue sayang'batinnya

"Rin?"

"Hm"

"Gue anterin"dengusan kecil keluar kembali dari mulut Karin. Dia sangat mengumpat dalam hati. Kanapa disaat ada Satria seketika tiada angkot. Apa dia udah bayar semua supir angkot untuk tidak lewat di sekolahnya? Tapi rasanya tidak mungkin?!

"Hm"kedua sudut bibir Satria terangkat. Dia memberikan helm yg sengaja ia simpan kepada Karin.

Setelah Karin menaiki motor Satria, mereka berdua kemudian melaju membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan rata-rata.

***

Setelah sampai di area makam, Satria memarkirkan motornya dan mengikuti langkah kaki Karin. Sebenarnya Satria agak sedikit merinding. Dalam fikirannya bertanya 'untuk apa Karin pergi ke makam?'

Aduhh!!! Satria gimana sih! Udah tau di makam! Ya pasti mau ziarah lah! Satria tuh pinter tapi kadang ogebnya keluar dah! Autor jadi ikut kesel nih!:v

"Rin?"panggil Satria dengan terus mengikuti arah langkah kaki Karin.

Karin hanya menjawabnya dengan deheman seperti biasanya.

"Lo ngapain sih ke makam?"

Seketika Karin menghentikan langkahnya yg di ikuti oleh Satria. Karin membalik badannya dan jaraknya lumayan dekat dengan Satria.

Sekarang Karin memajukan mukanya yg hanya menyisahkan 1 centi dengan wajah Satria. Satria menelan salivanya susah payah. Keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya.

Dalam otak Satria sudah mulai ada fikiran mesum.

'Masa iya Karin mau nyium gue di makam? Yaelah Rin, Rin. Kalo lo mau cium gue, gue mah mau banget Rin! Tapi masa iya di makam kek gini! Kagak romantis banget lo!'

"Gue mau ziarah"ucap Karin setelah melihat Satria sudah memejamkan matanya. Setelah mengucapkan itu Karin langsung memundurkan wajahnya dari wajah Satria.

Karin melipat kedua tangan di dadanya.

"Mesum lo!"ucapnya sambil menonyor kepala Satria lalu langsung pergi melenggang menjauh dari Satria.

"Ogeb! Malu deh gue!"gumam Satria dengan menonyor kepalanya sendiri.

Karin mendatangi kios bunga dan membeli bunga tabur serta sebuket bunga dan tak lupa ia juga membeli sebotol air untuk di siramkan ke makam.

Setelah membayar semuanya, Karin langsung mencari nama 'Frans Jaka'-Ayahnya yg sudah meninggal 3 tahun yg lalu.

Setelah menemukan nama itu, Karin langsung berjongkok di depan makam itu. Mengelus batu nisan yg tertera nama 'Frans Jaka',Menaburinya dengan bunga, menyimkan air ke atas makam dan menyimpan sebuket bunga di bawah batu nisan itu. Kemudian ia memanjatkan semua doa dan tak lupa membaca surat Yasin untuk sang ayah.

Di belakang tubuh Karin, masih berdiri dengan setia menunggu Karin.

Satria membaca tulisan yg berada dalam nisan itu dalam hati.

'Frans Jaka'

'Dia siapanya Karin?'

'Kepana Karin kaya kehilangan banget?'

Berbagai bertanyaan muncul dalam benak Satria.

Setelah beberapa menit Karin membacakan surat Yasin dan mengirimkan doa-doa untuk sang ayah. Sekarang inilah saat-saat yg dia benci! Saat-saat kelemahannya! Menangis! Ia sangat benci dengan situasi ini! Apalagi sekarang ada Satria di belakangnya!

"Karin rindu Ayah"lirih Karin yg masih bisa di dengar oleh Satria. Bisa Satria liat dari belakang jika tubuh Karin bergetar. Yg Satria kira Karin adalah gadis yg kuat, ternyata dia juga memiliki sisi lemahnya.

'Jadi itu ayahnya Karin?' batin Satria

"Karin rindu ayah"lirih Karin dengan tubuh yg bergetar hebat.

"Sekarang Karin tinggal sama nenek. Bunda sakit yah.. Bunda gak sanggup kehilangan ayah seperti halnya Karin yah. Ayah doain Karin ya, supaya Karin bisa bertahan hidup tanpa ayah dan bunda"lirih Karin di setiap isak tangisnya. Tubuhnya sekarang sangat bergetar. Satria ingin sekali membantu, tapi rasanya sekarang bukan waktu yg pas untuk mengambil kesempatan:v

"Karin sayang sama ayah.. Karin rindu ayah, yah.. "Lirih Karin dengan isak tangis yg hebat.

"Karin pulang dulu yah"Karin mengecupkan tangan kanan ke mulutnya kemudian ia tempelkan ke batu nisan, seakan dia menyampaikan rasa rindunya pada sang ayah.

Karin menghapus air matanya dan meminta Satria untuk menghantarkannya pulang. Satria langsung menurut tanpa berkata apapun. Rasanya sekarang Satria ikut teriris hatinya, karena sang gadis yg telah lama singgah di hatinya itu sangat bersedih dan merindukan sang ayah.

Sesampainya di pekarangan rumah Karin. Karin langsung mengucapkan terima kasih kepada Satria dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa melihat adanya sang nenek di ambang pintu masuk. Rasanya sekarang Karin hanya ingin sendiri di dalam kamar untuk menenangkan fikirannya. Dan sang nenek tau jika Karin seperti itu, pasti dia habis dari makam sang ayah.

Sedangkan Satria langsung tersenyum kepada sang nenek dan menganggukan kepala tanda jika ia langsung pamit saja.

Sang nenek yg tanggap pun langsung membalas Satria dengan senyum dan anggukan pula.

Setelahnya Satria melajukan motornya membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan rata-rata.

'Ternyata ini sisi lemah lo Rin.. Gue janji bakal selalu bikin lo buat tersenyum Rin! Gue janji!'batin Satria berperang

Next aja yok lah:v

Lope you semuaa:v


MY LIFE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang