#Part 41 Kritis

41 3 0
                                        

Happy reading!!!

Ruangan bernuansa putih dengan bau khas obat obatan mulai memasuki penciuman Karin dan Cyntiya.

Air mata Karin terus mengalir sejak tadi.

Mereka berlari dengan tergesa-gesa. Menyusuri koridor rumah sakit.

"Pah? Gimana keadaan Satria?"tanya Karin pada Arga setelah sampai didepan ruang UGD.

Air mata Karin terus saja mengalir. Wajahnya yg ia poles dengan make up luntur suda. Ia sudah tak peduli dengan penampilannya yg berantakan. Yg sekarang ada di fikiran Karin hanya Satrianya.

"Satria masih ditangani dokter."jawab Arga yg berusaha untuk bersikap tenang. Padahal dalam hati Arga, ia juga sangat khawatir dengan keadaan putra tunggalnya.

"Satria gak papa kan pah"lirih Karin dengan tubuh yg bergetar.

"Satria anak yg kuat. Dia pasti gak papa"jawab Arga dengan memeluk Karin, menepuk nepuk punggung Karin, memberi kekuatan pada kekasih anaknya.

Adinta juga sedang menangis dengan badan yg bergetar. Cyntiya juga sedang berusaha untuk menenangkan Adinta.

Seseorang dengan jas putih khas seorang dokter keluar dari ruangan bertuliskan huruf balok UGD.

"Dok. Gimana keadaan anak saya"ucap Adinta to the point

"Dengan orang tua pasien?"

"Saya dok. Saya mamahnya. Ini papahnya. Gimana keadaan anak saya dok"jawab Adinta kesal

"Mari ikut saya keruangan"ucap dokter dengan langsung melenggang keruangannya.

"Jadi gimana keadaan anak saya dok"tanya Adinta tak sabar setelah semua duduk

"Anak ibu sedang mengalami masa kritis. Pasien kekurangan darah. Dan kebetulan stok darah yg sama seperti pasien sedang kosong disini. Apa diantara bapak dan ibu ada yg memiliki golongan darah sama seperti pasien?"

"Apa golongan darah anak saya dok?"tanya Arga cepat.

"Golongan darah anak bapak O"

"Darahnya sama seperti saya. Ambil darah saya saja dok. Cepat."Sang dokter hanya mengangguk.

"Mari ikut saya pak"ucap sang dokter yg langsung melenggang pergi.

"Mamah tunggu disini. Papah akan ngelakuin apa aja buat kesembuhan Satria. Mamah yg sabar ya"ucap Arga pada Adinta kemudian langsung pergi mengikuti sang dokter.

Setelah beberapa menit, Arga dan sang dokter kembali.

"Gimana dok? Apa keadaan saya baik untuk mendonorkan darah saya?"ucap Arga setelah duduk

"Keadaan bapak sedang tidak baik. Darah bapak juga terlalu rendah untuk didonorkan."

"Jadi anak saya gimana dok?"ucap Adinta yg masih dengan tangisnya.

"Kita harus segera mencari pendonor yg lain. Coba kalian tanyakan ke keluarga yg lain, siapa tau ada golongan darah yg sama dengan pasien. Pihak rumah sakit juga akan mencari golongan darah yg sesuai dengan darah pasien"

"Baik dok. Terima kasih"jawab Arga dengan berjabat tangan pada dokter.

Arga dan Adinta keluar dari ruangan dokter.

"Pah? Gimana keadaan Satria? Satria baik-baik aja kan?"ucap Karin dengan rentetan pertanyaan.

"Satria- Satria kritis Rin"lirih Adinta

Air mata Karin langsung mengalir kembali dengan derasnya.

"Satria kekurangan darah"ucap Arga

"Apa golongan darah Satria?"tanya Karin

"Golongan darah Satria O"

Karin langsung menghapus air matanya kasar.

"Pah? Golongan darah Karin O. Ambil darah Karin pah"ucap Karin dengan menggoyang goyangkan lengan Arga.

"Ya sudah. Kamu ikut papah ke ruangan dokter. Kita periksa kondisi kamu dulu"Karin langsung mengangguk. Mereka langsung melenggang memasuki ruangan dokter.

"Dok? Saya sudah menemukan pendonor darah"Sang dokter yg tengah menulis langsung mendongakkan kepalanya lalau tersenyum.

"Mari ikut saya"ucap dokter yg langsung melenggang dan diikuti oleh Karin.

Setelah beberapa menit. Karin dan dokter kembali.

"Dok? Apakah Karin bisa donorin darah Karin ke Satria?"tanya Karin tak sabar

"Kondisi kamu stabil. Darah kamu juga cocok dengan darah pasien. Kita akan segera melangsungkan tranflasi darah. Mari ikut saya keruangan pasien untuk melakukan transflasi darah."

"Baik dok"Karin, Arga dan sang dokter keluar dari ruangan dan langsung menuju ke UGD tempat dimana Satria terbaring lemah.

Karin dan dokter langsung memasuki UGD. Sedangkan Arga menunggu diluar bersama yg lain.

"Pah? Gimana pah? Karin bisa donorin darahnya ke Satria kan?"Arga tersenyum dan mengangguk.

"Adinta. Kamu harus sabar ya. Anak kamu pasti kuat"ucap Cyntiya dengan merangkul Adinta dari samping. Mengelus lengan Adinta. Memberi kekuatan kesabaran untuk Adinta.

Tak lama dokter keluar.

"Dok? Gimana?"

"Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Satria hanya tinggal melewati masa-masa kritisnya"

"Lalu dimana anak saya Karin?"

"Karin sedang tiduran didalam. Badannya masih lemas."

"Tapi Karin gak papa kan dok?"

"Karin tidak apa apa. Itu hal yg wajar ketika mendonor darah."

"Kita boleh masuk?"

"Kalian boleh masuk. Tapi dua orang dua orang agar tidak mengganggu pasien. Saya permisi dulu."setelah itu dokter langsung melenggang pergi.

Semua orang langsung bergantian untuk menjenguk Satria. Semua mengikuti ucapan dokter. Mereka menjenguk Satria sebanyak dua orang dua orang.


Jedorrrrr jedorrr!!!

Aduh! Sumpah dah autor kasian banget sama Satria. Huhu😭

Part kali ini sampai sini dulu oke:v
Ikuti terus perkembangan ceritanya:v

Jangan lupa vote and coment yey:v

Lope you semuaaa:v

Next...

MY LIFE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang