"Ketika engkau dihadapkan pada pilihan yang sulit, shalatlah! Ketuk pintu langit dengan mengucap Asmanya. Memohonlah pada Tuhan Yang maha Esa, semoga diberi jalan keluarnya ...."
*****
Hari ini sangat cerah, pekerjaan rumah yang sempat tertunda telah terselesaikan. Hari ini anak-anakku berada di rumah Mba Rani, sejak pagi Bang Habibi sudah menjemputnya. Siang hari aku sendiri di rumah, karena Bang Habibi berangkat bekerja mencari calon kreditur baru, sekaligus menagih iuran dari para krediturnya.
Sesekali kadang kubantu ia dalam mencari calon kreditur baru, tapi semakin membesarnya perutku ia pun melarang. Aku dimintanya untuk fokus di rumah saja, biar mencari nafkah menjadi tanggung jawab Bang Habibi sepenuhnya.
Melihat beban tanggung jawab yang ia pikul begitu berat, terlebih harus membagi rezekinya kepada dua istri. Aku menerima berapapun pemberiannya, malah aku meminta untuk diberikan lebih banyak kepada Mba Rani.
Aku beruntung memiliki kakak madu yang luar biasa baik, ia tak menuntut rezeki yang dibagi oleh Bang Habibi lebih banyak. Ia meminta dibagi dua saja, toh baik aku mau pun Mba Rani sama-sama memiliki penghasilan tambahan. Mba Rani mendapat honor dari mengajar mengaji di TPA, sedangkan aku memiliki penghasilan dari menerima pesanan kue.
Kami tak mau hidup berlebihan, apalagi ada nyawa baru di dalam perut kami, yang harus difikirkan biaya persalinan juga biaya hidupnya kelak.
Kami memang selalu pergi jalan-jalan bersama di akhir pekan, untuk menghilangkan suntuk juga agar semakin terjalin silaturahmi diantara keluarga kami. Tapi tempat yang kami kunjungi tak jauh, itupun tak memakan biaya besar.
🍃
Siang ini ketika letih menggelayuti tubuhku, ada ketukan pintu kudengar. Siapakah siang-siang begini bertamu ke rumahku? Bang Habibi? Rasanya tak mungkin, baru setengah jam yang lalu ia pamit untuk berangkat mencari nafkah. Ketika kubuka pintu, ternyata Bapak yang datang.
"Assalamualaikum, Nak."
"Waalaikumsalam ... bapak, kenapa tak mengabari Inayah kalau mau kesini? Kan bisa dijemput Bang Habibi" jawabku seraya mencium punggung tangannya.
"Tidak apa, Nak ada suamimu?"
"Bang Habibi setengah jam yang lalu baru saja berangkat kerja. Ada perlu ya Pak? Aku telpon yah!"
"Jangan! Justru Bapak ada perlunya sama kamu."
"Sini duduk dulu Pak!"
"Tidak usah, Bapak mau ajak kamu ke rumah. Penting!"
"Baik Pak, sebentar Inayah ganti pakaian dulu!"
"Lekas ya, Nak!"
"Iya, Pak"
Segera aku bergegas ke kamarku mengganti pakaian, ada apa ya tumben Bapak datang memintaku pulang ke rumah beliau? Di kamar setelah mengganti pakaian, kuraih ponselku dan mengirim pesan ke nomer Suamiku.
To : My Hubby
"Bang, kalau nanti sore pulang aku tak ada di rumah. Tolong jemput aku di rumah Bapak! Ni Bapak ke rumah, beliau minta aku ke rumahnya sekarang. Aku khawatir ada sesuatu terjadi di sana, aku pamit ke sana ya, Bang"
Send
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Kah? (Tamat) Poligami Series
Lãng mạn~PROLOG~ Seiring intensnya cinta yang bersemi diantara kami, waktu akhirnya menyatukanku dalam ikatan yang lebih mendalam dengannya setelah terucap kata "Sah" dari saksi di sekeliling kami. Perjalanan kisah yang terjalin tak semulus rajutan asa yang...