"Jadikan Shalat dan sabar sebagai penolongmu, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu (QS. Al'Baqarah : 45)"
🌺🌺🌺
Pagi ini, saat mata terbuka untuk menatap dunia, wajah suamiku adalah yang pertama kali nampak di depan mata, dengan senyumnya yang menawan.
"Assalamualaikum Zaujati! Kamu sudah bangun? Bagaimana mimpinya?"
"Waalaikumsalam, yaa Habibaa alqalb! Alhamdulillah mimpiku sangat indah, terlebih nampak wajah suami tercinta saat membuka kedua mataku."
Bang Habibi tertawa riang, tampak wajahnya sumringah. Perlahan ia dekatkan wajahnya, lalu mengecup keningku. Ada kedamaian yang kurasakan ....
"Hari ini kamu sudah boleh pulang, aku merindukanmu, Sayang!"
"Kan selalu bersama, koq rindu?"
"Merindukan sesuatu yang lain dong saat bersama kamunya" tampak ia terkekeh, membuatku malu dan menyembunyikan wajahku pada dada bidangnya.
"Kenapa bersembunyi Yank? Kamu selalu malu kalau sedang dirayu, bikin aku penasaran dan selalu gemas ... kondisimu bagaimana Yank? Apakah sudah baikan?"
"Alhamdulillah sudah, Bang. Aku ingin lekas keluar dari ruangan ini. Ingin pulang juga, tapi bagaimana kondisi Mba Rani, Bang?"
"Alhamdulillah Rani sudah masuk ruang perawatan. Tadi malam saat kamu sudah terlelap, aku mendapat kabar dari perawat bahwa Rani sudah sadar. Aku sudah menceritakan semua, tentang kehamilan kalian."
"Berarti semalam Bang Habibi tak di sisiku? Aaah ... kenapa aku menjadi seegois ini? Bukankah Mba Rani saja sudah berbaik hati mengikhlaskan suaminya membagi waktu untukku juga" bathinku berkecamuk sendiri.
"Hei sayang ... kamu kenapa? Kamu baik-baik saja 'kah?"
"Eh, iya ... kenapa Bang?"
"Ya salaaam, kamu kenapa jadi sering melamun sih? Ada apa? Ceritakanlah! Aku ini suamimu, cobalah berusaha untuk terbuka padaku! Jadi kalau ada kesalahan entah dari perilaku atau perkataanku, bisa aku perbaiki."
"A ... aku tadi sempat merasa cemburu ...."
"Boleh aku tebak? Apakah karena semalam aku tak di sisimu?"
Aku menganggukan kepala secara perlahan, ragu semestinya tak kulakukan. Tapi aku tak bisa menyembunyikan apa yang mengganjal di fikiranku saat ini.
Dengan senyuman ia pun meraih kepalaku dan mendekapku penuh kehangatan."Ini hanya masalah waktu, kamu harus terbiasa ya, Yank! Sebagai suami aku harus imbang dan bisa berbuat adil pada kalian. Aku mencintaimu, aku pun juga mencintainya. Jika denganmu aku bisa sekhawatir ini, dengannya pun aku mengkhawatirkan kondisinya."
"Iya Bang, maafkan aku. Maaf jika menurut Abang aku agak egois, padahal Mba Rani sangat berlapang dada ketika suaminya harus membagi waktu, perhatian juga kasih sayang padaku. Aku yang mesti banyak belajar darinya, maafkan aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Kah? (Tamat) Poligami Series
Romansa~PROLOG~ Seiring intensnya cinta yang bersemi diantara kami, waktu akhirnya menyatukanku dalam ikatan yang lebih mendalam dengannya setelah terucap kata "Sah" dari saksi di sekeliling kami. Perjalanan kisah yang terjalin tak semulus rajutan asa yang...