"Separuh hidupku telah hilang bersama cintaku yang telah tenang menuju rahmat Illahi ..."
💔💔💔Menyandang status sebagai janda bukan hal mudah bagiku, selain menjadi Madrasah untuk putra putriku, aku pun harus siap menjadi tulang punggung untuk mensupport masa depan mereka. Mereka tidak hanya butuh dukungan moril saja, sebagai ibu aku harus siaga dengan dukungan materialnya.
Kepergian Bang Dani menyisakan pilu di hatiku, hidupku terasa hancur berbalut kesepian dan dirundung rindu tanpa tepi. Dikala letih menggelayuti kudambakan pelukannya, senyum manisnya yang mampu membuat diri ini tegar dan selalu semangat.
Tapi ia telah pergi ....
Seandainya tidak berdosa untuk menyerahkan ajalku, pasti sudah kulakukan untuk menyusul kepergian Bang Dani bersamaan dengan hadirnya kabar duka itu.Bagi sebagian orang di sekitar, aku adalah wanita tangguh yang tak kenal lelah dari membuka mata sampai terpejam. Semua dilakukan semata demi anak-anakku.
Tapi ...
Di tempat berbeda banyak cemoohan dari wanita lain, mereka yang hanya tahu statusku sebagai Janda.
Cantik? Mungkin iya bagi yang mengagumiku, tapi beberapa wanita di luaran khawatir suaminya akan tertarik padaku. Padahal aku tak pernah menanggapinya. Hatiku masih terkunci dan selalu tertulis satu nama yaitu Almarhum Suamiku.Hingga suatu hari, perkenalanku dengan seorang lelaki yang akhirnya bisa meluluhkan hati yang mati, mewarnai hari-hariku yang sempat sepi.
Dia adalah seorang sales di retail elektronik, tak sengaja aku mengenalnya di toko service dekat rumah. Saat itu gawai yang biasa kugunakan mati total dan tak bisa digunakan sama sekali, padahal dari situlah sumber mencari nafkah untuk keberlangsungan hidup bersama anak-anak.
Dari ponsel itulah aku menjajakan kue dan beberapa kebutuhan rumah tangga lainnya secara online, selain itu aku memiliki kesempatan menyalurkan hobi menulis. Hasil tulisan sering kukirim ke beberapa redaksi, akan menjadi penghasilan tambahan jika tulisan yang telah terkirim dinyatakan lolos untuk terbit.
Menurut bapak yang biasa menerima service, ponselku tak bisa diperbaiki lagi. Kalaupun bisa, banyak yang harus diganti dengan biaya yang hampir setara dengan harga ponsel baru. Aku menyerah dan pasrah, sepertinya memang sudah waktunya bergelut dengan dunia nyata dalam mejajakan daganganku.
Di tengah kegalauan, hadirlah seorang lelaki yang kalau diperhatikan sangat manis, tampan, tapi aku berusaha acuh.
Entah kenapa si Bapak tukang service malah memanggilku kembali, aku fikir beliau mempertimbangkan harga terjangkau untuk perbaikan ponselku yang mati.
Ternyata beliau mengenalkanku pada lelaki itu, tanpa curiga kukenalkan diriku padanya.
Dia menyebutkan namanya Habibi ...Kufikir mulanya Habibi ini adalah seorang sales yang biasa service juga, ternyata ia adalah sales elektronik.
"Neng, ni kalau mau beli ponsel baru sama Habibi aja! Bisa kredit kok, Neng."
Aku hanya terpaku, spechless mendengar ucapan si Bapak service yang baru kuketahui bernama Pak Malik.
"Emangnya Mba mau beli ponsel merek apa? Bisa sama saya, harga kredit terjangkau. Bisa bayar harian atau mingguan, bisa juga bulanan."
"Haduuh ... Kok jadi kaya begini ya?" Jawabku disertai kekehan kecil.
Pak Malik dan Habibi saling pandang, mereka tak faham dengan maksudku mungkin.
"Begini ya Mas Habibi, saya sebenernya datang ke sini mau service ponsel ke Pak Malik, ternyata ponsel saya rusak dan kalau diperbaiki butuh biaya hampir sama dengan beli yang baru. Saya belum berani untuk kredit, mau nabung aja dulu. Khawatir gak bisa bayar tepat waktu kalau kredit, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Kah? (Tamat) Poligami Series
Romantizm~PROLOG~ Seiring intensnya cinta yang bersemi diantara kami, waktu akhirnya menyatukanku dalam ikatan yang lebih mendalam dengannya setelah terucap kata "Sah" dari saksi di sekeliling kami. Perjalanan kisah yang terjalin tak semulus rajutan asa yang...