8. Istrimu, Jadi Sahabatku (3)

3.3K 192 3
                                    

"Selalu menyayangimu adalah anugerah bagiku. Tapi ada lagi anugerah terindah yang kurasakan saat ini, yaitu Ikut menyayangi orang yang kau sayangi ( selain aku )."

🌺🌺🌺

Pov Rani

Mengenal Inayah adalah hal menyenangkan dalam hidupku, aku terpesona dengan sosoknya yang sederhana, cantik, lembut, sopan santun dan tidak banyak tingkah.

Pagi ini setelah memberikan ponsel untuk akses komunikasi antara Inayah dengan Bang Habibi, aku meminta Inayah mengajariku cara membuat kue. Sedangkan Bang Habibi pamit untuk mengurus survey calon kreditur di tempat yang sudah dia janjikan dengan temannya yang lain.

Aku harap pembaca tidak ada yang beranggapan bahwa aku pamrih, setelah memberikan ponsel untuk Inayah lalu minta diajari cara membuat kue. Mudah-mudahan tidak ada ya, yang berfikir seperti itu.
Karena aku hanya ingin lebih dekat dan akrab padanya ... Ya caranya seperti itu.

"Mba Inayah kan berangkat sama Bang Habibi untuk survey jam sepuluh, keberatan tidak sambil menunggu waktu ajarin saya membuat kue? Yang simpel saja."

"Boleh, Mba. Saya senang kalau Mba mempercayakan saya untuk mengajarinya. Memangnya Mba Rani mau membuat kue apa?"

"Amira dan Bang Habibi suka brownies coklat, apa Mba Inayah bisa?"

"Insya Allah, saya lihat bahan-bahannya dulu ya, Mba"

"Yuk Mari ke dapur saya!"

Inayah mengekori langkahku, sesampainya di dapur tampak Inayah tertegun menyaksikan dapurku yang bersih.

"Subhanallah, dapurnya cantik sekali. Rapih dan bersih ..."

"Ah, Mba Inayah berlebihan. Terang saja dapur saya bersih dan rapi, saya jarang masak. Saya belum bisa masak, hanya bisa menggoreng-goreng saja. Kalau yang berbumbu saya belum bisa. Lebih sering beli di di luar."

"Saya juga dulu begitu, Mba. Tapi setelah saya fikir-fikir koq boros ya kalau saya beli terus. Sedangkan saya memiliki dua anak yang Alhamdulillah nafsu makannya sangat bagus. Jadi belajarnya dengan berbekal browsing mencari tahu cara membuat menu makanan. Untuk kue juga sama, saya belajar dari hasil browsing ...."

"Waduuh, saya jadi malu sama Mba Inayah. Tapi cara belajarnya boleh di tiru tuh, hihi ..."

"Tentu, Mba."

"Ini bahan-bahan kuenya apakah ada yang kurang, Mba?"

"Ini bahannya cukup dan pas, hanya kurang susu. Tapi kalau kiranya Mba mau lebih manis bisa tambah gula pasir sedikit."

"Jangan terlalu manis, Bang Habibi tidak suka yang manis. Untuk anak saya juga kurang bagus kalau terlalu banyak makan manis ..."

"Iya betul, Mba. Lagi pula kalau misalnya Bang Habibi komplain karena kurang manis, suruh saja lihatin Mba Rani terus. Pasti jadi manis kuenya."

"Maaf, maksudnya?"

"Iya, Mba Rani kan sudah tampak manis. Kalau rasa kuenya kurang manis, suruh saja Mas Habibi atau Amira pandangin Mba Rani, supaya rasa kuenya jadi manis "

"Ah Mba Inayah bisa saja."

Aku dan Inayah tertawa bersama, benar kan dugaanku.
Memiliki teman baru seperti Inayah sangat menyenangkan hati. Disaat adonan kue sudah masuk ke dalam kukusan, kuajak Inayah duduk bersama di meja makan.

"Astaghfirullah, ngomong-ngomong Mba Inayah sudah sarapan belum?"

"Alhamdulillah, sudah tadi di rumah bersama Hafidz dan Hafidzha."

"Kita duduk dulu yuk, Mba!"

"Baik."

"Silahkan, Mba."

"Terima kasih, Mba Rani."

"Sama-sama" jawabku.

🍁🍁🍁

"Mba Inayah, saya boleh gak tanya sesuatu? Agak mengarah ke urusan pribadi sih."

"Tanya saja Mba, silahkan!"

"Suaminya Mba Inayah kemana? Kenapa membiarkan Mba Inayah yang begitu gigih mencari nafkah?"

Inayah terdiam sesaat ...

"Kalau pertanyaan saya tak berkenan di hati Mba Inayah, tak usah dijawab tak apa-apa. Saya minta maaf."

"Suami saya sudah tenang di sisi Alah SWT, Mba. Sudah setahun berlalu kepergian Almarhum suami saya."

"Inalillahi wainna illaihi rajiuun ... Maafkan saya, saya gak ada maksud untuk membuat Mba bersedih."

"Tidak apa Mba, Alhamdulillah saya sudah bisa tenang sekarang. Saya juga maklum karna Mba Rani kan memang belum tahu."

"Sebenarnya saya sudah tahu semalam dari Bang Habibi, mengenai Almarhum suami Mba Inayah. Tapi saya hanya ingin mendengar langsung darimu Mba. Yang sabar dan kuat ya, Mba Inayah."

"Iya Mba terima kasih atas perhatiannya, maaf tadi Mba Rani bilang tahu tentang almarhum suami saya dari Mas Habibi?"

"Iya, benar."

"Bagaimana bisa? Sedangkan saya tak pernah menceritakannya pada siapapun, termasuk ... Mas Habibi."

🍁🍁🍁

Halal Kah? (Tamat) Poligami SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang