وَإِنْ يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلًّا مِنْ سَعَتِهِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ وَاسِعًا حَكِيمًا"Jika keduanya bercerai, maka Allâh akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allâh Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana." QS. AN-nisa : 130
🌺🌺🌺
Masih POV Rani
Tangan renta itu menyentuh bahuku, ada isak tangis kudengar dari Ibu. Kubalikan badan, benar Ibu tengah menangis. Entah apa yang sedang Ibu fikirkan, hingga menangis seperti ini. Kudekati beliau, selayaknya Ibu kandung sendiri, kudekap Ibu dengan tulus.
Perlahan Ibu melepaskan pelukanku.
"Terima kasih, Nak"
"Iya Bu. Sebenarnya ada apa dengan Aini? Boleh Rani tau, ada hubungan apa Aini dengan Dani? Sedangkan yang Rani ketahui, kalau Dani adalah orang yang pernah menjadi suami Inayah."
"Ceritanya sangat panjang Nak, dahulu sebelum Dani mengenal Inayah ia sangat dekat dengan Aini. Hampir setiap hari pulang dan pergi kuliah selalu bersama Dani, mereka seperti tak terpisahkan. Ibu tak tahu sebatas mana kedekatan mereka, karena Aini sangat tertutup, tak ceria seperti Inayah. Hingga suatu hari Nak Dani datang kesini untuk melamar salah satu anak kami. Ibu fikir ia datang untuk melamar Aini yang selama ini begitu dekat dengannya. Tapi ternyata kehadiran ia bersama kedua orangtuanya, justru untuk melamar Inayah. Entah mengapa Inayah juga langsung meng'iyakan lamaran tersebut. Aini yang kecewa dengan kenyataan, esok harinya pergi meninggalkan rumah. Hingga hari pernikahan Inayah dengan Dani tiba, ia tak kunjung pulang hingga sekarang."
"Lalu apakah ada upaya dari keluarga Ibu untuk mencari keberadaan Aini?"
"Sudah Nak, kami sudah melakukan berbagai cara untuk mencari keberadaan Aini. Dari melapor ke kepolisian, hingga kini di tahun yang ke sebelas kami masih tak tahu dimana keberadaannya. Pihak tempat ia kuliah hanya klarifikasi, seminggu setelah pernikahan Inayah, Aini mengundurkan diri dari semua perkuliahannya."
Ibu menangis lagi, kucoba tenangkan Ibu dengan menggenggam jemarinya yang sudah mulai keriput.
"Ibu ... kita doakan bersama! Semoga Aini dalam keadaan sehat, bahagia dan dilindungi dari orang-orang jahat. Dimana pun ia berada, semoga saja saat ini, tergetar hatinya mengingat Ibu juga."
"Aamiin ... terima kasih ya Nak Rani sudah mau menenangkan hati Ibu"
"Sama-sama Bu, Rani senang bisa mengenal Ibu. Serasa memiliki sosok Ibu kandung, mungkin jika Ibu mertua Bang Habibi bukan Ibu, belum tentu bisa sebaik ini pada Rani."
"Hush, jangan bicara seperti itu, Nak! Bagi Ibu semua sama, kamu sudah Ibu anggap seperti anak Ibu juga. Kamu juga sangat baik pada Inayah dan cucu Ibu, mungkin kalau istrinya Nak Habibi bukan Nak Rani, belum tentu sebaik ini perlakuannya pada anak dan kedua cucu Ibu."
"Ah Ibu ... Rani jadi terharu, boleh kah Rani memeluk Ibu sekali lagi?"
"Boleh Nak, lakukanlah! Anggap Ibu ini adalah Ibumu juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Kah? (Tamat) Poligami Series
Romance~PROLOG~ Seiring intensnya cinta yang bersemi diantara kami, waktu akhirnya menyatukanku dalam ikatan yang lebih mendalam dengannya setelah terucap kata "Sah" dari saksi di sekeliling kami. Perjalanan kisah yang terjalin tak semulus rajutan asa yang...