"Mba Inayah, tunggu!"
Habibi memanggilku, menoleh apa jangan?
Kira-kira ada apa ya?"Mba, tunggu sebentar!" serunya seraya menghampiriku.
"Ada apa, Mas?"
"Ini dompet Mba Inayah terjatuh."
"Ya ampuun ... Terima kasih, Mas."
"Iya Mba, lain kali hati-hati!"
"Baiklah, sekali lagi terima kasih atas kebaikannya."
"Sama-sama, Mba Inayah," Jawabnya dengan senyuman yang sangat menawan.
"Ya Allah ... Lindungi imanku, jangan biarkan aku terpesona dengan tatapan dari hambamu yang saat ini berada di hadapanku," ucapku dalam hati.
"Permisi Mas Habibi, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam."
Tak kusangka, kedua Anakku malah menyalami tangan Habibi bergantian.
"Assalamualaikum, Om."
"Waalaikumsalam, anak ganteng dan cantik. Boleh om tahu, nama kalian siapa?"
"Nama saya Hafidz, Om."
"Nama saya, Hafidza."
"Nama kalian sangat bagus, semoga kelak menjadi Hafidz dan Hafidza ya."
"Aamiin. Terima kasih, Om!"
Jawab kedua Anakku serempak."Nama Om siapa?" Tiba-tiba Hafidza bertanya lantang.
Kulihat Habibi mensejajarkan dirinya dengan tinggi Hafidza.
"Hai cantik, panggil aja Om Habibi!"
"Wah! Nama kita sama-sama dari huruf H ya, Om?" Sahut Hafidza.
"Iya ya? Om baru menyadari."
Entah kenapa cepat sekali mereka akrab, kulihat dari interaksi antara kedua Anakku dengan Habibi, ada tawa kecil di dua sudut bibir mereka.
"Ya Tuhan, mungkinkah Anak-anakku tak merindukan sosok Abinya? Mengapa secepat ini mereka akrab dengan lelaki lain selain Abinya? Ah ... Aku tak boleh suudzon pada mereka," hatiku berkecamuk dengan berbagai kalimat yang sebenarnya tak bisa kutahan lagi.
"Hafidz, Hafidza, yuk kita pulang, Nak! Sebentar lagi mau Maghrib!"
"Baik, Bunda" jawab mereka hampir bersamaan.
"Om Habibi, kami pulang ya! Assalamualaikum.."
"Oke anak-anak Soleh dan Soleha, Waalaikumsalam ...."
"Saya permisi, Mas. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Mba Inayah. Saya tunggu kabarnya kalau Mba berminat dengan penawaran saya tadi."
"Insya Allah, Mas," jawabku sambil berlalu meninggalkannya.
Aku tak bisa berlama-lama bersamanya, baru pertama mengenalnya saja sudah membuat hati berdebar dan gemetaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Kah? (Tamat) Poligami Series
Roman d'amour~PROLOG~ Seiring intensnya cinta yang bersemi diantara kami, waktu akhirnya menyatukanku dalam ikatan yang lebih mendalam dengannya setelah terucap kata "Sah" dari saksi di sekeliling kami. Perjalanan kisah yang terjalin tak semulus rajutan asa yang...