Baper

47.4K 3.3K 223
                                    

Haii haii haiii
Adakah yang nunggu Cerita ini???

Sok atuh langsung eksekusi 😂
Koreksi typo yes😂

Happy Reading all😘

Secha menatap gudeg di depannya tanpa ada minat menyantap, moodnya benar-benar down setelah ucapan Seto di mobil tadi.

"Makanlah cepat.", Secha menatap Seto sekilas, wanita itu meraih sendoknya dan memasukan gudeg beserta nasi ke mulutnya, meski terasa sulit menelan, Secha tak kuasa membantah perintah Seto.

"Tidak usah dihabiskan kalau tidak doyan, jangan memaksakan diri.", ucap Seto dingin, ia beranjak dari kursinya dan berjalan menuju kasir.

Secha meletakan sendoknya, ia membuntuti Seto dibelakang.

Pandangan Secha menatap iri pasangan suami istri yang nampak bergandengan mesra, sesekali lelaki itu mengelus perut sang wanita yang nampak buncit.

'Bisakah aku merasakannya?'-Batin Secha meringis miris.

"Cepat!", Secha tersentak saat Seto membentaknya, ia segera mesuk ke mobil.

"Mas, kita pulang?", tanya Secha, entah kenapa badannya terasa tak enak.

Seto tak menjawab, ia fokus menyetir.

Secha menghela nafasnya pendek, ia fokus menatap pemandangan diluar kaca mobil, ia puas-puaskan menatap jalanan sebelum nantinya ia akan kembali terkurung disangkar emasnya.

setengah jam berlalu, mobil Seto kini terparkir disalah satu pusat batik di Jogjakarta.

"Aku akan beli batik dulu, kamu boleh turun atau tunggu di mobil.",  ucap Seto tanpa menatap Secha.

Tanpa berpikir pun Secha ikut turun, dan berjalan di belakang Seto.

Secha melihat-lihat baju-baju dan kain batik itu tanpa ada niat membeli, selain karena ia tidak lagi hobi belanja, kini ia pun tak memegang uang sepeserpun.

Jangan tanya kenapa, karena Seto pun memang tak pernah memberikannya, lelaki itu hanya memberikan uang setiap selesai having sex, nominalnya memang tidak sedikit, namun Secha tetap enggan menggunakannya, jika ia menggunakan uang itu, maka yang Seto katakan adalah benar, kalau ia adalah seorang pelacur, yang akan dibayar setelah memuaskan pelanggannya.

Ditengah maraknya ibu-ibu muda yang hobby selfi dan memamerkan kemesraan dengan suami masing-masing, maka tidak dengan Secha, Seto tidak mengizinkannya untuk memiliki ponsel toh apa yang harus ia tunjukan pada dunia tentang rumah tangganya? Tak ada yang bisa dibanggakan, namun apapun Secha tetap mengambil sisi positifnya, kalau pamer itu tidak baik.

"Yang ini atau yang ini?", Secha tergelak saat Seto menyodorkan dua dress batik dengan motif dan model berbeda.

Benarkah ini? -Batin Secha

"Yang ini mas.", jawab Secha tersenyum, menunjuk dress batik dengan potongan dada sedikit rendah namun terlihat elegan.

Seto mengangguk, "tolong bungkus ini.", ucap Seto pada sang pelayan butik tersebut.

"Pilihlah baju yang kamu suka." Secha menatap Seto penuh tanya, bukankah lelaki itu memintanya untuk memilih?

Namun Secha hanya menurut saja, pilihannya jatuh pada deretan daster-daster batik dengan model dan motif elegan.

****

Secha dan Seto sudah berada di dalam mobil, namun Seto tak kunjung melajukan mobilnya, lelaki itu sibuk memainkan ponselnya, hingga sebuah panggilan masuk.

"Hallo, assalamualaikum Ra,"

"........"

"Saya sudah dapet dress batik pesenan kamu, Kamu mau oleh-oleh apalagi?"

"........"

"Enggak lah, Nggak ngrepotin, ya sudah nanti kamu WA saya aja."

Deg

Hati Secha terasa seperti dicubit,
jadi gaun tadi bukan untuk dirinya?

Sepele memang, namun entah mengapa Secha cemburu, hatinya merasa kesal.

Moodnya yang baru saja membaik mendadak down kembali, sisi lain diri Secha seolah mencemooh dirinya sendiri, 'dasar bodoh! Sadar dong elo siapa! Elo cuma pemuas nafsunya disini! jadi jangan terlalu berharap apa lagi baper

Seto bukan tak sadar, dan tak tau sebab wajah Seca berubah menjadi murung, tapi kenapa? Bukankah ia tadi juga menyuruh Secha memilih baju yang ia sukai? Dan Secha pun sudah mengambil 2 potong daster, lalu dimana salahnya?

Seto mendelikan bahunya acuh tak acuh, ia kembali fokus menyetir.

"Mas..", Seto menoleh menatap Secha yang nampak sedikit pucat.

"Kita berhenti di swalayan depan ya?, Secha mau beli minyak angin." pinta Secha, dibalas anggukan tipis oleh Seto.

Sesampainya di swalayan, Secha segera turun, sementara Seto menunggu di mobil.

Secha mengambil botol minyak angin, kepalanya terasa pusing, mati-matian ia berusaha menahan gejolak perutnya.

Saat antriannya tiba Secha baru ingat bahwa tak ada sepeser pun uang di di dompetnya.

"Maaf mbak, nggak jadi.", Secha tersenyum malu, ia tak mungkin meminta uang pada Seto, Secha segera keluar dari swalayan itu dengan langkah gontai plus tatapan sinis dari sang kasir.

Miris rasa hati Secha.

Seto menatap Secha dalam diam, ia tak melihat Secha membawa minyak angin, atau apapun. Namun lagi-lagi lelaki itu kembali acuh.

Seto kembali melajukan mobilnya, ia akan membeli oleh-oleh untuk beberapa karyawannya di kantor.

Berulang kali Secha menyeka keringat biji jagungnya, bukan karena panas, namun perutnya terasa sakit, sangat sulit didefinisikan rasanya.

Secha terkejut saat Seto mengangkat helaian rambutnya yang ia gerai, belum selesai keterkejutannya Secha kembali dibuat melongo saat tiba-tiba Seto memijat tengkuknya dengan minyak angin.

"M-mas?"

"diam, hadap kesamping!", titah Seto tak terbantahkan.

Secha menurut, ia membalikan posisi badannya, memudahkan Seto untuk memijat tengkuk dan pundaknya.

Nyaman

Hangat

Dan deg-degan

"Udah mendingan?", tanya Seto dengan nada yang terkesan lebih halus dari sebelumnya.

Secha mengangguk kaku, "ma-makasih mas."

"Buka bajumu.", titah Seto, bermaksud mengoleskan minyak anginke perut Secha.

Secha tersentak, reflek ia menyilangkan tangannya menutupi dada, "jangan disini mas.."

Seto menatap Secha penuh arti, "kalau begitu oleskan sendiri di perutmu.", ucap Seto sambil menyodorkan minyak kayu puyih

wajah Secha menunduk malu, "I-iya mas, makasih.", Secha menggenggam minyak angin itu dengan luapan perasaan bahagia.

Ya, Ia baper!

Cutt deh

Maap GaJe😂😂

(un)Loved Wife [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang