Menyerah

63K 3.9K 361
                                        

Ciee cieeee....
500😂😂

Maaf ya baru di Up, soalnya baru aja bangun😂😂

Thanks buat semuanya😂😂 i love you all😘😘

Hadiah buat 500 vote kalian😍😍
Makasih ya😘😘

Happy reading all😎
Koreksi typo yes😙

"Kenapa?", tanya Seto memecah keheningan diantara dirinya dan Secha yang sedang menikmati makan malam, sedari tadi Seto melihat Secha yang nampak melamun, seperti memikirkan sesuatu.

Secha mendongak menatap Seto, "enggak mas.", jawabnya tersenyum.

Seto mengangguk, namun ia yakin pasti ada sesuatu yang tak beres, pancaran mata Secha tak dapat menipunya.

Secha sendiri semakin tak karuan, ia seperti seorang buronan, rasa takut Seto akan mengetahui kehamilannya semakin menyiksa batinnya.

***

Secha memekik tajam kala tubuh mungilnya terasa seperti terbang, hingga bokongnya mendarat cantik di pinggiran wastafel.

"Ma-mas kenapa?", tanya Secha gelagapan, acara mencuci piringnya nampaknya akan mendapat gangguan dari Seto.

"Aku ingin main disini!", ucap Seto tajam tak terbantahkan.

"Ma-mas.. Stop!", pekik Secha. Ia tak ingin lagi mengkonsumsi pill pencegah kehamilan itu, ia ingat perkataan Wisnu, kalau pill itu akan memberi efek buruk bagi kandungannya.

Mata Seto berkilat marah, ia mengangkat dagu Secha agar wanita itu menatapnya.

"Berani menolakku?!", tanya Seto tajam, secha menggeleng lemah.

"Secha sakit mas.", alibi Secha.

Seto tersenyum miring, "sakit?"

Secha mengangguk cepat.

"Tidak panas.", ucap Seto seraya menempelkan punggung tangannya ke dahi dan leher Secha.

Secha gelagapan, "ingat bukan konsekuensinya jika kamu berbohong?!", tanya Seto tajam.

Secha menelan salivanya kasar, ia bukan tak ingat ia pernah dihajar Seto habis-habisan karena berbohong kalau ia sedang haid, agar ia terbebas dari kungkungan Seto malam itu. Bukannya bebas, justru ia babak belur, dengan luka sobek di bibir, dan gigitan kasar gang membekas diseluruh dadanya.

Wanita itu meringis mengingatnya.

Seto menatap dalam Secha, ia tau Secha berbohong, dan ia tak suka dibohongi!

Dengan sekali sentak, Seto menarik daster Secha hingga kancingnya copot berantakan.

Secha memekik histeris.

Kilatan nafsu dan amarah terpampang jelas dimata dan wajah Seto, tangannya meraih kain serbet yang menggantung di sisi kran dan mengikat tangan Secha diatas kepala.

Puas! Seto tersenyum puas menatap Secha yang nampak pasrah dengan tangan diikat keatas dan daster yang sudah menampakan bagian dada Secha yang menjadi objek rasa gemasnya.

"Berani berbohong?", tanya Seto dengan nada lembut namun mengerikan.

Secha menggeleng lemah.

Seto mengangguk dengan senyum mengerikan. Lelaki itu tersenyum miring lalu mencium kasar bibir Secha dengan kedua tangan yang sibuk melucuti semua kain yang menutupi tubuh Secha.

"Mas pelan-pelan..hikss..", lirih Secha, saat Seto memasukan kedua jarinya ke inti tubuhnya dengan tempo tak beraturan.

Gairah Seto sudah diubun-ubun, dengan tak sabaran lelaki itu menjatuhkan tubuh Secha ke meja dapur dengan kasar.

Secha memekik kaget, punggungnya terasa ngilu.

"Kamu tau aku suka bermain kasar.", seringai Seto.

"Massshhhh!!!!"

Secha berteriak kesakitan saat tiba-tiba Seto memasukan junior nya dengan keras tanpa ampun dan menggerakannya dengan kasar dan tempo tak beraturan.

Air mata Secha luruh, tidak! Bukan karena rasa sakit ini! Secha sudah sering merasakannya, Secha menangis karena memikirkan nasib janin yang kini tumbuh di rahimnya.

Seto menarik tubuh lemas Secha, ia kembali memasukan senjata kebanggaannya dan memompanya di dalam inti Secha tanpa ampun.

"Masshhh.. Sudahhh..", pinta Secha dengan bersimbah air mata, menahan gejolak rasa sakit di inti miliknya dan juga perutnya.

"Mashh... Anakku..." lirih Secha setengah berbisik.

Seto seolah tuli, ia terus memompa, hingga tanpa ia sadari Secha mulai kehilangan kesadarannya.

Tubuh lemas Secha tersentak kuat saat Seto menyemburkan cairan panasnya di dalam rahim Secha.

Tubuh Seto menyender di kursi dengan tubuh Secha yang berada dipangkuannya.

Cup

Seto mengecup pelipis Secha dan menggendong wanita itu ke kamar tamu yang berada di dekat dapur.

***

Tangis Secha tak dapat dibendung saat ia melihat bercak darah yang cukup banyak namapak disprei putih itu.

"Kamu masih disana kan sayang?", tanya Secha ditengah tangisnya sambil mengusap perutnya yang terasa begitu ngilu.

Perasaan Secha semakin remuk kala menemukan secarik chek bernilai dua ratus juta, yang telah ditandatangani oleh Seto dengan sebuah pill pencegah kehamilan yang biasa dicekokan Seto sesaat setelah lelali itu menyalurkan nafsunya, ya! Secha tak lagi menyebutnya bercinta! Secha sadar, ia hanyalah pelampiasan nafsu dan dendam semata Seorang Seto Nugroho.

Hati Secha bagai hancur ke serpihan terkecil, ia tak tau apakah ia bisa menatanya kembali, ini semua terlalu menyakitkan, ia tak sanggup lagi.

Tuhan... Bolehkah ia menyerah?

Secha memasuki kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya, meski terasa nyeri bila terkena air, namun Secha tak peduli, ia menggosok seluruh tubuhnya, seolah ingin menghilangkan jejak Seto disana.

"Ibu harap kamu masih disana nak, meski ibu berniat menyingkirkanmu kemarin, namun percayalah saat itu juga ibu sadar, ibu sangat mencintai kamu.. Bertahanlah.."

***

Secha mengemasi beberapa potong pakaiannya, ia harus pergi! Ia tak mungkin mampu bertahan disisi Seto selamanya, meski hati kecilnya berkehendak demikian.

Semua arogansi Seto rasanya sudah terlalu menyakiti hati dan raga Secha, ia tak ingin anaknya kelak diperlakukan sama oleh Seto, ia tak ingin kelak anaknya akan mengalami sakitnya tidak diinginkan, dan sakitnya diperlakukan dengan tidak manusiawi seperti dirinya saat ini.

Semua ini demi anaknya. Meski berat rasa hatinya meninggalkan Seto, namun Secha yakin ini adalah yang terbaik.

Secha Segera menyelesaikan packingnya dan segera melarikan diri dari sangkar nya ini.

Dengan mengendap-endap, Secha berhasil mengelabui Bagas, Ryan, dan Moko yang sedang berjaga.

Hanya ia yang tau kemana dirinya akan pergi, pergi membawa dirinya dan calon anaknya, meninggalkan tempat dimana seharusnya mereka berada, demi kebaikan calon anaknya.

Yang jelas ia harus menemui wisnu untuk memastikan keadaan calon anaknya dahulu, karena sungguh ia sangat khawatir.

***

"Cha!"

"Secha!"

Seto mencari Secha dikamar tamu, namun nihil, langkah Seto beralih menuju kamar wanita yang menyandang gelar sebagai istrinya itu.

Namun nihil, bahkan kamar ini terlihat sangat bersih.

Pandangan Seto jatuh pada secarik kertas dan amplop berwarna coklat yang berada di atas Sofa dikamar Secha.

Dengan perasaan tak karuan Seto mengambil kedua benda itu.

cuttt😜😜😜
Kira2 apa hayo itu???

(un)Loved Wife [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang