PART 10🍁

5.3K 157 9
                                    

"lo gak pp kan? Mana yang lecet?" Uakr Dava dengan raut wajah nampak khawatir membalikkan badan sang adik.

Helaan Nafas terdengar dari mulut Raya "Gak usah heboh deh kak!!" Dengus Raya saat Kakaknya, Dava dengan entangnya memutat badannya.

"Yaellah.. Lo harusnya bersyukur punya kakak ganteng yang perhatian sama loh, kucing tenggelem" canda Dava mengiring Raya memasuki Rumah.

"Yeh Sarep lu bang!!" balas Raya mengetok kepala Dava "ngak nyadar Dianya Juga kayak Tikus kejedot" ucapnya lalu meningggalkan Dava yang hanya menggeleng kepala.

Setelah di antar pulang oleh Darren, Raya di sambut oleh deretan pertanyaan sang kakak yang bertubi tubi.

Raya tahu, Kakaknya sangat khawatir pada dirinya. namun, Dia bukan anak kecil lagi. tepatnya bukan gadis manja seperti yang Darren katakan.

Belum beberapa menit, Langka Raya terhenti saat mengingat sesuatu. "Bang Dava. Tas Raya mana?"

"Tas ?? Emang lo naruh di mana?" ucap dava bertanya balik.

"Kata kak Darren, Kak Kevin udah bawa tas aku pulang. kok gak ada sih" ucap wanita itu memelankan suaranya.

"Lo isterahat aja dulu, entar gue hubungin kevin nanyain tas lo" ucap Dava yang di sambut oleh senyuman manis sang Adik.

"Oke bos" ucap Raya menaikkan kedua jempolnya

***

Gue ada di depan rumah loh.
Sent

Tak beberapa lama pintu terbuka, seorang gadis berambut pendek dengan piyama pink mendekati cowok yang berada tepat di hadapannya.

Gadis itu tersenyum "Darren??"

"Gue gak lama, Cuma mau ngasih ini" ucap Darren mengangkat kanton yang ada ditangannya.

"masuk dulu Ren. gue mau ngomong bentar" ucap cewek itu mengambil alih kanton ditangan Darren.

Cowok itu mengangguk kemudian melangkahkan kakinya mendahului Gadis itu.

"Kakak lo mana??" ucap cowok itu menduduki sofa di ruang tamu yang nampak kosong itu.

"Kak Rena pulangnya jam 1 ren. kenapa??" Kemudian menyimpan martabak di depan cowok itu.

"Jadi loh sendiri tiap malam??" Tanya Darren tak menjawab pertanyaan Gadis itu.

Gadis itu mengangguk kemudian tersenyum.

"Ren. lo ngak makan, martabaknya enak lo?" Tanya gadis itu memasukkan martabak kemulutnya.

Darren melirik jam yang ada dipergelangan tangannya. " lo mau ngomong apa?"

Gadis itu merasa tersinggung"Lo kenapasih? Buru buru banget!"tanya gadis itu mengalihkan pertanyaan dari cowok yang setiap saat melirik jam yang ada dipergelangan tangannya.

Cowok itu tersenyum kemudian mencium pucuk kepala sang gadis.

"Gak usah ngambek gitu, besok gue free" ucap cowok itu menenangkan wanita yang baru saja terlihat emosi dengan mata yang tak memandang dirinya.

"Dea lo beneran ngambek?"

"Dea gak ngambek. Cuma kesel aja!!"

Darren kembali tersenyum. "Besok jalan yuk" ajaknya pada Dea yang kemudian di iyakan oleh gadis imut itu.

"Yaudah,Gue balik dulu yah"

"Hati hati yah. besk jangan lupa!!" Teriak Gadis itu kepada Cowok yang baru saja masuk ke dalam mobil sport merah mengkilatnya.

Cowok itu tersenyum kemudian menjauhi area parkir pekarangan rumah gadis itu.

***

"Darren pul-"

Ucapan cowok itu berhenti saat tatapannya ter arah pada cowok tinggi dengan mata yang sama dengn dirinya Yang kini balik menatapnya.

"Sayang sini deket mama"ucap Dian menepuk sofa yang masih kosong di sampingnya.

Darren menghiraukan ucapan mamanya,matanya masih terfokus pada seseorang yang duduk dengan santai di depan kedua orang tuanya kemudian senyum itu muncul. senyum yang tak Darren sukai dari cowok yang tak pernah ia lihat 3 thun lalu setelah kepergiannya.

"Darren kesini. Ayah mau bicara!!"

Ucapan lelaki itu menghentikan darren yang terus menatap Cowok yang masih terlihat santai itu, tanpa merasa terintimidasi sedikitpun.

Arkana adiyanata seorang ayah yang tegas pada putra putranya, lelaki parubayah itu memiliki sifat yang sama pada anak termudahnya yaitu dingin sedingin es. Namun, dibalik sifat dinginnya ia sangat menyayangi semua putra putranya.

Helaan nafas terdengar dari Darren. "Iya Ayah!" ucap Darren kemudian mendekati Sofa dan ikut bergabung dengan 3 orang itu.

"Ayah mau ngomong apa??"ucap Darren tanpa basa basi saat Suasana canggung mendera ruangan.

"Geral ingin melanjutkan sekolahnya di indonesia" ucap Arka tanpa bada basi.

Darren tak menanggapi ucapan ayahnya, yang menurutnya bukan urusannya sedikitpun.

"Tepatnya di Galaksi"

Tiba tiba Darren berdiri dari tempatnya, ia Tahu betul Galaksi yang disebut ayahnya adalah sekolah yang ayahnya miliki di jakarta. Sekolah yang ia tempati Selama lebih dari 2 tahun ini.

"Maksud ayah apa??" ucap Darren yang sedari tadi menahan emosinya. "Ayah tahu betulkan Darren gak suka Dan gak bakalan sudi bareng orang macam dia!!" ucap Darren menunjuk Geral yang sedari tadi hanya diam mendengar pembicaraan antara Ayah dan anak itu.

"Cukup Darren!! Geral Kakak Kamu Hargai dia" teriak Arka Penuh emosi.

Geral yang sedari tadi diam kini berdiri dengan raut muka nampak sedih "Maaf jika kehadiran Geral disini hanya membuat kalian susah saja" kemudian menatap Sang adik.

"Munafik lo" ucap Darren meninggalkan Ruangan yang menegangkan itu.

"Darren!!

"Ayah belum selesai bicara!!"

"Anak kurang ajar!!"

Teriakan Raka, Ayah Darren Menggemah diluruh ruangan, namun tak ditanggapi oleh cowok yang menaiki tangga dengan wajah yang semakin datar kemudian menghilang di lorong ruangan.

"Kamu tetap akan melanjutkan sekolah kamu di galaksi, ayah tak butuh persetujuan dari Darren!" ucap Raka tegas  dengan wajah datar menatap anak sulungnya.

Geral tersenyum kemudian mengangguk. "baik Ayah."

***
Tbc.
Fadillah.
Wa:081243747489📞

I'M OkeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang