"Kondisi Nona Nayeon cukup stabil. Hanya saja ia kelelahan dan memiliki sedikit tekanan di pikirannya. Tolong kedepannya jangan membuat beban pikirannya bertambah, apalagi Nona Nayeon adalah wanita karir. Pikiran dan kesehatannya sangat perlu dijaga demi kesehatan janinnya."
"Baik. Terimakasih banyak, Dok."
"Sama-sama. Kalau begitu, saya permisi."
Jihyo mengantar dokter pribadi Nayeon sampai keluar pintu apartemen. Di ruang tamu, Sana dan Momo sedang duduk mengamati Jeongyeon yang hanya terdiam sejak tadi. Setelah Nayeon jatuh pingsan, Jihyo langsung memanggil dokter pribadi Nayeon. Dan sekarang, tentunya Jeongyeon sudah mengetahui tentang kehamilan Nayeon.
"Biarkan Nayeon istirahat dulu sementara." ucap Jihyo, lalu bergabung di ruang tamu.
"Jeongyeon, sekarang apa rencanamu?" tanya Jihyo dengan serius.
Jeongyeon mengusap wajahnya lemah sebelum menjawab, "Aku akan bertanggung jawab tentunya. Kalau Nayeon bersedia untuk aku menikahinya, aku akan menikahinya. Tapi, jika dia tidak ingin menikah denganku, aku akan tetap bertanggung jawab atas anakku yang ada di kandungannya."
Sana dan Momo tersenyum bangga melihat pria muda yang ada di hadapan mereka kini. Di benak mereka, Jeongyeon merupakan sosok pria yang tampan, sopan, baik, dan tentunya bertanggung jawab. Mereka pun bersyukur setidaknya Nayeon memilih orang yang tepat untuk ia berikan harta berharganya itu.
"Kau memanggil Nayeon dengan hanya sebutan nama?" tanya Sana kali ini. Jeongyeon mengangguk.
"Memangnya kenapa? Aku harus memanggilnya apa?"
"Kau seharusnya memanggil dia dengan sebutan noona. Dengan kami saja kau berbeda lima tahun." jawab Sana. Jeongyeon yang mendengarnya otomatis terkejut.
"B-benarkah? Kalian lima tahun lebih tua dariku? T-tapi kupikir, kalian masih terlihat sangat muda."
"Kami tau kami ini memang cantik." kali ini Momo yang bersuara sambil mengibas-ngibaskan rambutnya untuk berpose cantik. Sana pun mengikuti jejak sahabatnya itu.
"Aish! Berhenti menggoda prianya Nayeon!" omel Jihyo. Ucapan Jihyo yang menyebutkan Jeongyeon adalah prianya Nayeon membuat pipi Jeongyeon merona.
"Aku tidak tahan, Jihyo. Dia ternyata sangat imut dan polos." ucap Sana dengan gemas.
"Tapi tidak polos saat di ranjang, Sana. Kau tadi dengar, bukan? Kata Nayeon, dia sangat liar di ranjang." balas Momo.
Seketika Jeongyeon menjadi gelisah. Wajahnya memerah karena malu mendengar ucapan blak-blakan kedua wanita Jepang di hadapannya saat ini. Jeongyeon hanya menunduk dan tidak berani menjawab. Jihyo yang menyadari Jeongyeon tidak nyaman langsung saja menarik tangan Jeongyeon dan membawanya ke kamar Nayeon.
"Yah, Jihyo! Jangan kau nikmati sendiri brondong manis itu!" sayup-sayup terdengar teriakan Sana dan Momo dari ruang tamu yang diikuti oleh tawa jahil mereka.
"Mereka gila. Kau tidak perlu mendengarkan mereka." ucap Jihyo sambil menuntun Jeongyeon untuk menuju kamar Nayeon.
"T-terimakasih, Jihyo N-noona." ucap Jeongyeon dengan gugup.
"Panggil saja aku Jihyo. Aku tidak terlalu suka panggilan formal seperti itu. Lagipula, kami saja memanggil Nayeon yang lebih tua dari kami hanya dengan sebutan nama."
"Memangnya umur Nayeon berapa?" tanya Jeongyeon. Jihyo hanya tersenyum tanpa menjawab.
Kini, mereka sudah berada di depan pintu kamar Nayeon. "Kau tanya sendiri saja pada Nayeon. Dan Jeongyeon, aku mohon kau bisa bicara serius dengan Nayeon soal hubungan kalian. Aku tau kau pria yang bertanggung jawab." Jihyo lalu mempersilahkan Jeongyeon untuk masuk ke kamar Nayeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand [✓]
Fanfic2Yeon Fanfiction Menceritakan tentang kisah seorang wanita karir yang sudah menginjak umur 35 tahun. Ia tidak pernah merasakan yang namanya cinta karena terlalu sibuk dengan dunia kerjanya. Suatu hari, sang sahabat memaksanya ikut dalam sebuah pesta...