Satu langkah lebih dekat lagi bagi Jeongyeon dan Nayeon untuk melepas masa lajang mereka. Hari ini, mereka akan melakukan fitting baju pengantin. Ini merupakan persiapan terakhir setelah sebelumnya mereka sudah mengurus gedung, undangan, dan lain sebagainya. Waktu pernikahan mereka pun tinggal seminggu lagi.
"Bagaimana penampilanku?" tanya Jeongyeon sesaat setelah dirinya keluar dari ruang ganti.
Saat ini Jeongyeon memakai setelan kemeja putih yang juga dibalut dengan jas putih. Ya, mereka lebih memilih memakai pakaian serba putih di hari pernikahan mereka nanti. Pundak Jeongyeon yang lebar dan dadanya yang bidang tentu saja membuat jas itu terlihat sangat bagus di tubuhnya.
Nayeon bangkit dari duduknya dan menghampiri calon suaminya itu. "Terlihat cocok denganmu. Tapi, seperti ada yang kurang," Nayeon mengamati penampilan Jeongyeon sekali lagi sebelum ia pergi ke tempat dasi dan memilih dasi yang cocok untuk Jeongyeon. "Sepertinya dasi itu tidak cocok untukmu. Kau memakai dasi pita ini saja."
Nayeon kini berdiri sangat dekat di hadapan Jeongyeon. Ia membukakan dasi yang sudah dipakai Jeongyeon dan membantu menggantinya dengan dasi baru pilihannya. Hal itu tentu saja membuat jarak wajah mereka sangat dekat. Berada sedekat itu dengan Nayeon, tiba-tiba saja membuat Jeongyeon grogi. Terlebih, indera penciumannya kini dapat menghirup aroma tubuh Nayeon dengan sangat jelas, membuatnya semakin grogi dan tidak fokus.
"Nah, sekarang sudah lebih bagus." ucap Nayeon dengan bangga atas hasil kerjanya.
Jeongyeon tersenyum kikuk dan kini dirinya pergi ke depan cermin besar yang menampakkan pantulan seluruh tubuhnya. Tampan. Jeongyeon sangat tampan mengenakan setelan baju pengantin tersebut. Ia tersenyum tipis, tak menyangka dirinya akan memakai baju ini di umurnya yang terbilang masih sangat muda.
"Kau terlihat tampan." ucap Nayeon tiba-tiba dan dirinya memeluk lengan Jeongyeon. Keduanya kini bersanding di depan cermin. Jeongyeon semakin tersenyum membayangkan nanti dirinya akan bersanding seperti itu dengan Nayeon di altar pernikahan.
"Kenapa kau tersenyum seperti itu, hm?" tanya Nayeon yang bingung melihat senyum lebar Jeongyeon.
"Aku hanya sedang membayangkan sebentar lagi aku akan bersanding denganmu di altar pernikahan menggunakan pakaian ini. Aku masih tidak menyangka saja aku akan melepas masa lajangku secepat ini. Jujur, aku tidak sabar, namun aku juga grogi."
Nayeon tersenyum mendengar ucapan Jeongyeon. Kepalanya kini ia rebahkan di bahu Jeongyeon dan matanya masih tetap menatap pantulan mereka di cermin. "Terimakasih sudah berani meyakinkan aku untuk menikah, Jeong."
"Terimakasih juga sudah berani menerima lamaranku, Nayeon." jawab Jeongyeon. Keduanya masih betah menatap pantulan mereka di cermin dengan senyum yang masih tersungging di wajah masing-masing.
"Ah, kau tidak mencoba pakaianmu?" tanya Jeongyeon.
Nayeon melepaskan pelukannya dan menatap Jeongyeon dengan senyum jahil di wajahnya. "Aku tidak mau memakainya sekarang di depanmu."
"Yah! Kenapa? Aku kan ingin melihatmu memakai pakaian pernikahan kita." protes Jeongyeon. Jujur saja, ia memang penasaran ingin melihat Nayeon memakai gaun pengantinnya.
"Biar saja. Biar kau penasaran! Kau harus menunggu hingga hari pernikahan kita tiba untuk bisa melihatku memakai gaun itu." ucap Nayeon dengan jahil, membuat Jeongyeon mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.
"Sudah, jangan cemberut seperti itu. Membuatmu semakin terlihat seperti ostrich!" ledek Nayeon sambil tertawa.
"Yah! Kelinci nakal!"
Selama hampir sebulan mereka menyiapkan pernikahan, hubungan Jeongyeon dan Nayeon memang semakin dekat. Mereka juga sudah bertukar nomor telepon dan saling bertukar kabar setiap harinya. Jeongyeon sangat perhatian dengan selalu mengingatkan Nayeon untuk tidak telat makan. Bahkan, terkadang Jeongyeon datang ke apartemen atau perusahaan Nayeon untuk membawakan makanan masakannya sendiri. Jeongyeon tidak main-main dengan perkataannya yang akan memastikan Nayeon mendapatkan gizi yang sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand [✓]
Fiksi Penggemar2Yeon Fanfiction Menceritakan tentang kisah seorang wanita karir yang sudah menginjak umur 35 tahun. Ia tidak pernah merasakan yang namanya cinta karena terlalu sibuk dengan dunia kerjanya. Suatu hari, sang sahabat memaksanya ikut dalam sebuah pesta...