19 - Girls Time (2)

3.3K 347 5
                                    

Tok! Tok!

"Masuk!"

"Jadi bagaimana, Nayeon?" tanya Jihyo yang masuk ke ruangan Nayeon dan langsung duduk di kursi depan meja kerja Nayeon.

Nayeon melepaskan kacamatanya dan kini mengalihkan pandangannya ke Jihyo. "Bagaimana apanya?" tanyanya.

"Kau belum membuka group chat kita?" tanya Jihyo. Nayeon hanya mengendikkan bahunya.

"Momo dan Sana mengajak kita untuk makan malam bersama." ucap Jihyo memberitahu.

"Oh.." balas Nayeon, kemudian ia kembali memakai kacamatanya dan kembali sibuk dengan laptopnya.

Jihyo mulai kesal. Ia memutar bola matanya malas dan kembali bertanya dengan nada sedikit kesal, "Jadi bagaimana, Nyonya Yoo Nayeon? Apa kau ikut?"

Tak jauh beda dengan ekspresi Jihyo, Nayeon kembali menatap sahabatnya dengan ekspresi datar. "Kalau aku jawab tidak, pasti kalian akan tetap memaksaku. Jadi untuk apa bertanya persetujuan dariku jika kalian sendiri yang menentukan jawabannya?"

"Hehe.. benar juga ucapanmu," jawab Jihyo dengan cengiran khasnya. "Kalau begitu, kabari Jeongyeon agar ia tidak usah menjemputmu sepulang kerja nanti."

"Iya-iya, Nyonya Kang Jihyo.." balas Nayeon dengan menekankan nama Kang Jihyo di akhir kalimatnya untuk meledek sahabatnya yang sedang dekat dengan seorang pria bermarga Kang.

"Yak!"

***

"Tumben sekali Momo dan Sana tidak mengajak kita berkumpul di club malam." ucap Nayeon saat dirinya dan Jihyo sudah sampai di sebuah restoran mewah bergaya Italia.

"Mungkin mereka sudah taubat." jawab Jihyo dengan asal dan langsung menarik tangan Nayeon untuk masuk ke dalam. Mereka segera mencari keberadaan Duo Jepang sahabat mereka.

"Jihyo! Nayeon!" teriak Momo, membuat Jihyo dan Nayeon langsung menengok ke arah mereka.

"Kami sudah pesankan makanan kesukaan kalian." ucap Sana sesaat setelah Jihyo dan Nayeon sudah duduk di kursinya. Jihyo dan Nayeon hanya tersenyum dan mengangguk.

"Well, sudah cukup lama kita tidak berkumpul berempat seperti ini lagi." ucap Momo.

"Iya! Terakhir kita berkumpul menghabiskan quality time bersama saat dulu kita ingin menjodohkan Nayeon dengan teman Tzuyu." tambah Sana. Momo dan Jihyo tertawa kecil mendengarnya.

"Lalu kalian ingat saat Nayeon pertama kali ketahuan hamil? Dia sampai pingsan saat didatangi oleh Jeongyeon di apartemennya. Hahaha." Jihyo tertawa puas meledek Nayeon. Momo dan Sana juga tertawa mengingat tingkah konyol sahabatnya itu.

"Yak! Kalian ini selalu kompak untuk meledekku!" ucap Nayeon pura-pura kesal. Sebenarnya ia tidak kesal, hanya ia malu mengingat betapa konyol dirinya saat waktu itu pingsan di hadapan Jeongyeon.

"Kami bukan sahabatmu tanpa alasan, Nayeonie~" ledek Momo lagi yang disetujui oleh lainnya. Nayeon mengerucutkan bibirnya dan pura-pura ngambek. Namun hal itu justru membuat yang lainnya semakin semangat meledek dirinya.

Di tengah obrolan, makanan pesanan mereka datang. Dengan hati gembira, mereka mulai menyantap makanan tersebut karena perut mereka masing-masing sudah meronta untuk diisi. Wajar saja, keempatnya sama-sama baru menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing. Jadi mereka cukup lelah dan lapar. Kesibukan mereka juga yang membuat keempatnya jarang menghabiskan waktu bersama.

"Bagaimana hubunganmu dengan Jeongyeon, Nay?" tanya Jihyo di tengah makan malam mereka.

"Kalau kalian ingin menanyakan soal kehidupan seksualku dengan Jeongyeon, tolong simpan pertanyaan itu untuk nanti. Saat ini aku sedang makan."

"Yak!" Jihyo melempar Nayeon dengan potongan wortel dari piringnya. "Kenapa sekarang jadi otakmu yang mesum?!"

Dengan mulut yang dipenuhi spaghetti, Nayeon menatap sahabatnya dengan bingung, "Lalu, apa maksudmu?"

"Bagaimana hubungan percintaan kalian? Apa ada kemajuan?" kini Momo yang berucap.

"P-percintaan? Maksudnya?" Nayeon masih tidak mengerti dengan maksud dari sahabat-sahabatnya.

"Apa kau dan Jeongyeon sudah saling mencintai dan saling menyatakan perasaan masing-masing?" ucap Sana memperjelas.

Nayeon menghabiskan suapa terakhirnya. Ia membersihkan mulutnya terlebih dahulu sebelum fokus kepada 3 sahabat di hadapannya. Nayeon menggeleng, membuat ketiga sahabatnya bingung.

"Apa maksud gelenganmu itu?" tanya Sana.

"Aku tidak tau apakah aku sudah mencintai Jeongyeon atau belum." jawab Nayeon dengan lesu sambil memainkan sedotan dari gelas minumannya.

"Kalau Jeongyeon sendiri, apa dia pernah berucap bahwa ia mencintaimu?" tanya Jihyo, dan Nayeon menggeleng.

Jihyo, Sana, dan Momo saling bertukar pandang. Mereka segera menghabiskan makanan mereka agar bisa lebih serius berbicara dengan Nayeon.

"Sekarang, ceritakan pada kami tentang apapun yang kau rasakan setiap bersama Jeongyeon. Kalian sudah menikah selama dua bulan. Itu berarti perkenalan kalian sudah berjalan lebih dari tiga bulan. Kau yakin tidak merasakan perasaan apapun saat di dekat Jeongyeon?" ucap Jihyo dengan serius. Momo dan Sana juga menatap Nayeon serius.

Nayeon memangku wajahnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada sikunya di atas meja. Pandangannya seperti menerawang jauh saat mengingat apa saja yang ia rasakan setiap bersama Jeongyeon, suaminya.

"Well, Jeongyeon adalah pria yang baik, bahkan sangat baik. Ia perhatian, bertanggung jawab, lemah lembut, dan bisa menempatkan diri sebagai seorang suami. Honestly, aku tertarik dengannya secara fisik. Di waktu sebelum pernikahan kami, aku dan dirinya pernah membicarakan tentang kehidupan sex kami. Dan kami setuju untuk tidak menutupi apapun saat masing-masing dari kami menginginkan sex. Dan sampai pernikahan kami, hubungan kami cukup baik dan intensitas keintiman kami semakin meningkat. Harus kuakui, aku benar-benar nyaman saat menjalankan hubungan intim bersama Jeongyeon. Tapi diluar itu, hubungan kami juga baik. Aku dan Jeongyeon saling terbuka tentang kegiatan satu sama lain. Kami sering bertukar pikiran satu sama lain. Untuk dikatakan bahwa kami saling mencintai, aku pun tidak tau. Jeongyeon tidak pernah mengucap kata cinta dan aku juga belum tau apakah aku sudah mencintainya atau belum. Yang pasti, aku nyaman bersamanya." jelas Nayeon.

Lagi-lagi, ketiga sahabat Nayeon saling bertukar pandang. "Aku mengerti keadaan kalian. Dua manusia yang baru bertemu harus dihadapkan pada takdir untuk hidup bersama dan membangun sebuah keluarga. Itu pasti tidak mudah. Tapi aku bersyukur jika kau nyaman dengan Jeongyeon. Setidaknya itu adalah awal yang baik untuk hubungan kalian." ucap Jihyo.

"Dan aku rasa, kau sudah memiliki benih-benih cinta untuk Jeongyeon. Hanya saja kau belum menyadarinya." tambah Sana.

"Jika memang aku mencintai Jeongyeon, menurut kalian apakah ia juga mencintaiku?" tanya Nayeon.

"Kita akan segera mencari tau jawabannya, Nayeonie~" jawab Momo dengan sebuah senyuman penuh arti di wajahnya.

Bersambung

Di chapter berikutnya :

"Temani aku sekarang juga, Jeongyeon dalam bahaya!"

"Bahaya?! Apa maksudmu?!"

"Aish! Aku pun tidak tau apa yang terjadi. Yang pasti sekarang kita harus ke bandara!"

"Cepat, Jihyo! Jeongyeon dalam keadaan darurat!"

One Night Stand [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang