Wangi khas dari roti yang dipanggang masuk ke indera penciuman Jeongyeon yang sedang terlelap tidur. Karena wangi tersebut, perlahan ia membuka matanya. Matanya langsung menangkap sisi tempat tidurnya yang kosong, menandakan tidak ada keberadaan Nayeon disampingnya lagi. Dan dengan nyawa yang belum terkumpul, Jeongyeon melangkah gontai keluar kamarnya untuk mencari Nayeon. Instingnya mengatakan bahwa Nayeon berada di dapur karena wangi roti panggang tersebut.
"Nayeon.."
"Astaga! Jeongyeon!" Nayeon yang sedang fokus membuat roti panggang terkejut saat tiba-tiba sebuah lengan kekar melingkar di pinggangnya. Bisikan lirih Jeongyeon di telinganya juga membuat tubuhnya seketika merinding. "Kau mengagetkan aku!" lanjutnya.
"Apa yang sedang kau buat?" tanya Jeongyeon, tidak menghiraukan protes Nayeon tadi. Ia merebahkan kepalanya di bahu Nayeon dan mata sayunya menatap beberapa roti yang sudah dipanggang dan ada beberapa lagi yang masih diolesi oleh selai.
"Aku membuatkan roti panggang untukmu. Kau suka isi cokelat dan kacang, bukan?" tanya Nayeon dengan masih sibuk mengoleskan selai kacang dan cokelat ke roti. Jeongyeon mengangguk.
"Kenapa tiba-tiba ingin membuatkan aku sarapan?"
Nayeon melirik ke arah Jeongyeon sejenak dan tersenyum. "Saat aku terbangun tadi, tiba-tiba aku kepikiran begitu saja untuk membuatkanmu sarapan. Dan setelah kupikir, aku juga belum pernah membuatkanmu sarapan atau apapun itu," Nayeon memasukkan roti terakhir ke pemanggang. "Lagipula, hari ini kan jadwalmu sangat sibuk. Jadi, aku ingin membuatkanmu sarapan agar kau bisa mengawali harimu dengan baik. Tapi maaf, aku hanya bisa membuatkanmu roti panggang seperti ini." lanjut Nayeon.
Benar kata Nayeon, jadwal Jeongyeon hari ini sangatlah sibuk. Pagi ini, ia akan melakukan pemotretan untuk Sana. Siangnya, ia akan langsung pergi ke kampus untuk jadwal kuliahnya. Dan pada sore hari, ia akan melakukan pertemuan perdana untuk proyek penelitiannya bersama Irene. Hari ini juga ia dan Irene akan bertemu dengan rekan kerja mereka lainnya, yaitu Seulgi.
Jeongyeon tersenyum dan kembali memejamkan matanya yang masih mengantuk. Ia menenggelamkan kepalanya ke leher Nayeon, menghirup sebanyak-banyaknya aroma tubuh isterinya yang selalu membuatnya candu. "Apapun yang kau masak untukku, aku akan selalu suka. Terima kasih Nayeon atas dukunganmu." lirih Jeongyeon dengan tulus. Tak bohong, dukungan kecil dari Nayeon seperti ini membuatnya semakin bersemangat untuk memulai hari dan kegiatannya.
"Sama-sama, Jeongyeon. Sekarang, kau cepat mandi dan bersiap. Aku akan membuatkan susu untukmu juga."
"Siap, Captain!"
Setelah Jeongyeon sudah mandi dan bersiap, pasangan pengantin baru itu menghabiskan sarapan mereka ditemani dengan obrolan ringan dan candaan. Sarapan mereka memang sederhana, namun kehangatan yang mereka rasakan lebih dari sederhana. Nayeon yang baru akan berangkat kerja pukul 8 harus merelakan Jeongyeon pergi terlebih dahulu meninggalkannya. Jeongyeon sudah harus berangkat pukul 7 karena lokasi pemotretan Sana hari ini cukup jauh.
"Kabari aku jika kau sudah sampai di kantor." ucap Jeongyeon yang sedang sibuk mengikat tali sepatunya.
"Iya, kau juga kabari aku jika sudah sampai disana."
Nayeon memberikan tas Jeongyeon dan menemani suaminya hingga ke depan pintu. "Aku jalan, ya. Jangan telat makan siang nanti. Jaga kesehatanmu dan anak kita. Jangan terlalu lelah." seperti biasa, Jeongyeon akan memberikan wejangan-wejangannya sebagai suami dan calon ayah.
Nayeon tersenyum sambil mengelus-elus perutnya yang sudah mulai membesar. "Iya, Jeongyeon. Aku selalu mengingat wejanganmu itu."
"Baiklah, aku jalan." Jeongyeon berlutut untuk memberikan kecupan di perut Nayeon, lalu berdiri lagi untuk memberikan kecupan di kening Nayeon. Setelahnya, ia pun langsung berjalan menuju lift dan Nayeon baru masuk kembali saat melihat suaminya sudah masuk ke dalam lift. Dan barulah Nayeon bersiap untuk berangkat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand [✓]
أدب الهواة2Yeon Fanfiction Menceritakan tentang kisah seorang wanita karir yang sudah menginjak umur 35 tahun. Ia tidak pernah merasakan yang namanya cinta karena terlalu sibuk dengan dunia kerjanya. Suatu hari, sang sahabat memaksanya ikut dalam sebuah pesta...