Author POV
Setelah Alice merapikan rambut cepaknya dan bajunya, dia bermain dengan anjing pemilik apartement itu.
"Uhh kamu lucu banget.. gemesin." Alice memainkan telinga anjing itu sembari membaringkan diri di sofa sedangkan si anjing menimpa perutnya.
Harum semerbak tercium di hidung Alice dan sontak ia melihat wanita itu berdiri di pintu kamarnya dengan pakaian menawan yang tersenyum kearahnya.
"Aduh cantik banget sih itu orang." Gerutu Alice dalam hati.
Alice memperbaiki posisinya sementara si anjing masih setia menemaninya.
"Ha..halo." ucap Alice terbata-bata.
Jantungnya berdetak lebih kencang yang tidak tahu kenapa. Dia paling benci kalau sudah seperti itu. Pasti dia akan kaku untuk berbincang dengan orang yang sudah membuat jantungnya berantakan.
Wanita itu berjalan mendekatinya sedangkan Alice sibuk mengatur jantungnya sembari mengelus anjing yang masih di depannya itu.
"Kita makan malam di resto bawah. Tampilanmu sudah cukup untuk menemaniku dinner."
Wanita itu menggendong anjing yang di depan Alice yang sontak membuat Alice dapat mencium harum badan wanita itu. Mungkin karena parfumnya. Mungkin saja.
"Chico, kamu di sini saja ya." Ucap Loisa sambil menurunkan anjing kecil itu ke lantai.
Alice langsung saja berdiri dan memakai sepatunya yang langsung ditahan Loisa.
"Kamu pakai sepatu ini saja." Loisa menyodorkan sepatu lelaki sehingga membuat Alice mengkerutkan keningnya.
"Kamu punya pacar disini?"
"Iya, sudah 2 tahun kami pacaran."
Jawaban Loisa entah kenapa membuat Alice sedih.
"Emm.. Aku tidak usah makan malam disini." Ucap Alice, "Besok-besok kalau kamu ke cafe ku lagi, kamu kukasih diskon."
Loisa terdiam lalu melihat Alice menepuk pelan kepala Chico, anjing lucu itu.
"Aku pulang dulu ya."
Alice POV
Aku keluar kamar apartement Kak Loisa itu. Iya, sekarang aku ingat kalau wanita tadi itu pelanggan baru di cafe ku.
Tapi aku tidak tahu kenapa aku ingin menangis. Mungkin aku mengidap bipolar.
"Alice!!" Teriak seseorang yang sontak membuatku menghentikan langkahku.
Kulihat semua orang lalu terlihat seseorang melambaikan tangan ke arahku.
Aku lupa kalau dulu aku pernah magang di hotel ini dan entah kenapa aku terkenal. Padahal aku pendiam selama magang.
"Ivan?" Aku berjalan kearah resepsionis.
"Ngapain disini? Mau nginap?" Ucap Ivan.
"Engga, tadi aku pingsan di mobil orang yang punya apartement disini." Aku diam sebentar. "Mungkin dia ga tega bangunin aku kali."
Ivan hanya menggeleng sembari melihat layar komputer yang berada dibawah kami.
"Diluar masih hujan. Kamu udah ku booking kamar buat nginap." Ucap Ivan yang membuatku terdiam.
"Aku traktir."
Aku melihat keluar dan hujan masih dengan derasnya turun ke bumi. Aku hanya menghela napas.
"Iya deh." Ucapku lemas. "Mana kuncinya?"
"Tunggu, KTP bawa kan?"
Aku merogoh dompet yang biasa kutaruh di saku belakang dengan pengaman rantai. Aku mengeluarkan KTP ku dan langsung diambil Ivan.
Aku hanya menunggu sembari bercerita bagaimana keadaan Ivan selama 5 tahun bekerja disini.
"Oke sip." Ivan mengembalikan KTP ku yang langsung ku simpan.
"Kamar 157 menghadap jalan raya." Ucap Ivan sembari memberikan kunci hotelku.
"Kau suka melihat jalan raya kan?" Tanya Ivan, "Biar ga bosan."
"Suka. Makasih, Van." Ucapku. "Kapan-kapan mampir ke cafe ku dong."
Ivan tampak terkejut. "Cafe?"
Aku mengangguk. "Iya. Cafe. Aku yang buat sekaligus jadi karyawannya juga."
"Enak kan? Besok aku datang, jadwal off ku besok."
"Oke!" Sahutku lalu pergi menjauh dari Ivan, lebih tepatnya meja resepsionis.
Aku pergi ke lift yang sepanjang tengah jalan terus disambut teman-teman yang masih ingat aku.
"Sepertinya Loisa orang baru disini."
Loisa POV
Aku memakai sepatu flatku lalu mengunci apartementku. Berjalan kearah lift dan menekan tombol lantai 1, tempat resto tempat ini.
"Apa aku melakukan kesalahan sampai muka anak itu muram? Mungkin dia masih sakit." Gumamku selama di lift.
Aku melangkah kearah Bite nama resto hotel yang sekaligus apartement itu. Seorang F&B Service menyambutku dengan senyumannya.
"Good afternoon, Miss Loisa." Katanya. "May I help you?"
"Yeah, 1 table for 2 person, please." Sahutku.
Aku diantar ke meja yang menurutnya nyaman. Aku duduk dan memesan Penne Carbonara dan French Fries sementara minumnya bir kaleng dingin.
Aku berkutat dengan hp ku sembari menunggu pacarku yang sebentar lagi datang.
Kurasakan kepalaku dicium. Aku tahu kalau itu dia.
"Hey babe, apa aku lama?" Ucap Thomas, pacarku yang sudah 2 tahun selalu bersamaku.
"Tidak, aku baru saja memesan." Ucapku.
Lalu aku tidak sengaja melihat waiter tersenyum menyambut orang yang aku kenal. Ahh, itu anak yang tadi katanya mau pulang.
Kulihat mereka berjalan ke outdoor yang tanpa sengaja aku dan anak itu saling menatap lalu dia membuang muka.
Kini dia membelakangiku dan memilih tempat di dekat billiard.
"Babe." Ku dengar suara Thomas dan langsung kualihkan pandanganku.
"Ya?" Tanyaku sembari membuka bir yang baru diantar waitress.
"Aku minta maaf kalau ini mendadak."
Kini ucapan Thomas membuatku deg-degan. Aku menghentikan aktivitasku.
"Kenapa?" Aku mengangkat salah satu alisku.
"Minggu depan aku akan menikah."
Dunia terasa berhenti. Jantungku membuatku sedikit susah bernapas.
"Apa maksudmu?"
"Aku minta maaf. Tapi hubungan kita cukup sampai disini." Ucap Thomas yang sekarang membuat lemas. "Aku akan menikah dengannya di California."
Aku menatap Thomas tak percaya. Ini bohong kan? Katakan kalau ini bohong. Selama ini berarti Thomas selingkuh dariku.
"Kau selingkuh sejak kapan?" Kali ini suaraku terdengar dingin.
"Aku tidak sengaja menghamilinya."
Mataku terbelalak. WTF. Dia mabuk berat dan... aku tak percaya.
Aku menghela napas. "Baiklah kalau itu keinginanmu. Lagipula kita baru pacaran belum tunangan."
Thomas menatapku khawatir. Aku tahu tatapan itu. Cukup ini terakhir aku melihat tatapan memelas itu. Kuusir Thomas dari mejaku.
Aku menikmati makanan ini seadanya. Semua terasa hambar.
Author POV
Sementara Alice memakan Tom Yum Goong dengan lahap. Dia perlu makanan panas untuk badannya dan cuaca malam ini.
Makan malam keduanya berbanding terbalik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Coffee (GXG) {FIN}
RomanceBook #1 Sebuah kisah cinta antara seorang pelanggan dan barista di sebuah cafe. Ikuti kisah mereka dengan secangkir kopi panas dan cemilanmu. Ini bergenre gxg.. yang homophobic silakan bergeser