Nostalgia

7.4K 635 2
                                    

Author POV

Alice menyelesaikan makan malamnya dan melihat beberapa lelaki memainkan billiard. Dia menyeruput susu putihnya. Dia sangat suka susu putih, makanya dia berani pesan makanan pedas malam ini.

"Kak Al." Seseorang memanggilnya.

Sontak ia melihat ke arah bar. Beberapa anak service berdiri rapi seakan mereka mau berfoto.

Alice berdiri lalu berjalan kearah mereka.

"Kalian mau difoto?" Tanya-nya.

"Bareng ko lah." Seru Sari, Alice pun masih mengenal anak service.

Alice tersenyum dan mereka berfoto, dari foto biasa hingga foto tak jelas karena posenya sudah menggila.

"Kirimin ke Instagram. Tag aku." Celetuk Alice.

Alice berjalan kearah mejanya lalu meneguk habis susunya dan dia pergi ke dalam resto.

Dilihatnya Loisa sudah tidak ada di mejanya. Jadi dia tidak ambil pusing sambil berjalan kearah kasir.

"Al!" Seru seseorang yang dia tahu dari mana asalnya.

Orang kitchen live mendekatinya. Kali ini yang masuk sore dan malam ada bang Galih, bang Daud, kak Ira dan Ilham. Iya, mereka semua staff sejak dirinya masih magang.

"Rp 120.000, kak." Ucap kasir itu.

"Ini, Dri."

Kasir yang melayaninya bernama Adriana, dia staff di hotel ini sejak Alice masih magang.

Setelah membayar, dirinya pergi kearah kitchen. Mereka bersalaman dan Alice sedikit canggung karena sudah lama tidak bertemu mereka.

"Gimana sekarang, Al?" Tanya bang Galih.

"Aku buka cafe, bang." Jawabnya.

Alice POV

"Aku buka cafe, bang."

"Cafe? Wahh diskon ke kami ya." Celetuk Ilham dengan suara melengkingnya.

2 orang dari kitchen ini ada yang belok. Itu semua aku tahu dari aku magang dulu.

Kak Ira, orang yang pernah kusuka sewaktu magang. Dan Ilham yang membuatku kesal karena sikapnya yang melambai dan cerewet.

"Tenang aja, Ham." Sahutku.

"Eh kita foto yuk. Kan jarang-jarang Alice dateng kesini." Usul Ilham.

Mereka mengangguk sedangkan aku menyanggupinya. Kami berfoto sebentar lalu teriak bang Sularto dari pintu kitchen.

Untung jam resto udah closing atau ga malu-maluin semua staff yang disini.

Bang Larto, staff Steward (bagian cuci piring). Steward jangan dianggap rendah. Mereka punya skill cuci piring yang cepat. Panci sebesar apapun mereka bisa cuci dalam waktu yang sebentar.

Bang Larto minta aku berfoto dengannya berdua. Dia sama seperti Ilham yang lemah gemulai dan cerewet. Belok sih iya juga.

Bang Larto salah satu staff kitchen yang memperlakukanku perempuan selama aku magang. Padahal aku selalu bilang kalau aku bisa mengerjakan semuanya.

Sampai dia bilang, 'kamu bakal aku anggap cowok kalau kamu ganti yang dibawah.'

Sikap cerewetnya selalu membuatku kesal.

Dan sekarang aku pamit undur diri dari mereka. Dan untung terakhir aku melihat wajah Kak Ira. Tampak menggemaskan tapi sayang sudah menikah.

Aku baru diberitahu oleh Ilham, dia memang susah diajak merahasiakan sesuatu. Dia memberitahuku dengan suara lantang kalau kak Ira sudah menikah dan punya baby.

Aku senang mendengarnya. Semoga saja anaknya ikut wajah Kak Ira.

Aku berjalan kearah lift dan mataku berpapasan dengan matanya. Siapa lagi kalau bukan Loisa.

Melihatnya dan mendengar suaranya membuatku sesak.

Tapi tunggu, dia menangis di tepi kolam renang?

Aku berjalan kearahnya tanpa menganggunya. Aku hanya berdiri tak jauh darinya.

"Laki-laki brengsek!" Teriaknya.

Aku menatapnya sebentar lalu seseorang menarik tanganku.

"Biarin aja kak, bu GM kalau marah, besok dia bakal tenang lagi."

Aku hanya mengangguk ucapan dari Luna, anak F&B Service.

"Aku pulang dulu ya kak." Pamitnya.

"Iya, hati-hati." Sahutku.

Aku menoleh kembali ke belakang dan terkejut melihat sosok mengerikan berada di depanku dengan kantung mata yang besar dan tubuhnya basah kuyup.

Sosok itu diberikan handuk oleh anak recreation yang bertugas lalu dia pergi melewatiku.

"Mandi pakai air hangat." Ucapku agak keras biar didengar makhluk galau itu.

Iya, dia Loisa yang menangis ga jelas di dekat kolam renang dibawah hujan.

Gila.

Black Coffee (GXG) {FIN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang