Cinta dan Sayang

2.8K 206 2
                                    

Nat berdoa sebelum gereja mulai alias saat teduh dulu sebelum mulai kebaktian. Setelahnya dia memandang seluruh jemaat yang sudah duduk maupun yang masih mencari tempat duduk.

Tiba-tiba kursi di depannya diisi seorang cewek, Nat dapat mencium aroma parfum orang itu. Nat tidak memikirkannya dan fokus menyiapkan hatinya untuk beribadah.

Sepulang dari gereja, Nat segera pergi ke cafe tempat dia bekerja. Yup, sebagai pegawai F&B bekerja tanpa melihat hari kecuali jadwal off masing-masing.

"Siang, Nat." Sapa para pegawai cafe saat melihat Nat berdiri di tempat bartender dan sedang mengenakan apronnya.

"Nat, malam ini kita bakal lembur." Ucap atasannya, Bayu.

"Oh iya, pak." Sahut Nat.

"Kamu ga tanya kenapa lembur?" Ucap Bayu.

Nat diam sebentar dan salah satu alisnya naik.

"Kenapa?"

Bayu menghela napas melihat Nat tidak peduli. "Calon abang iparmu mau ngadain pertunangan disini."

Nat mengangguk lalu terkejut. "Haa?? Mereka mau tunangan? Disini??"

Terdengar cekikikan teman-temannya melihat Nat terkejut dan suaranya terdengar menggelegar di cafe. Para pelanggan menoleh kearahnya sehingga Nat tersenyum kikuk sembari meminta maaf.

"Serius?" Nat kini fokus ke atasannya. "Kok kak Tasya ga bilang sih."

Terlihat Nat kesal mengetahui kakak sepupunya dan Bintang akan tunangan dan mereka tunangan di cafe tempat Nat bekerja.

"Kenapa ga di cafe mereka?" Tanya Nat ketus.

Bayu hanya menaikkan bahunya santai. "Katanya cuma mau bikin kamu terkejut."

"Ck, suka gitulah si kak Tasya." Kesal Nat.

"Jadi kita semua lembur nanti, sekalian melihat pertunjukan di depan kita." Celetuk salah satu pegawainya.

"Pertunjukkan matamu." Sahut Nat kesal.

Sepanjang hari Nat dan seluruh pegawai cafe bekerja dengan baik hingga pukul 6 sore. Mereka menutup cafe lebih awal dan mempersiapkan semuanya untuk pertunangan Bintang dan Anatasya. Nat yang mahir dalam dapur karena pernah menyandang 'Chef' sewaktu dia kerja sebelumnya selama 3 tahun, dia fokus dalam menyiapkan makanan untuk nanti malam.

Tiba-tiba dia tergelincir dan terjatuh. Suara piring dan pisau jatuh membuat pegawai yang ada di cafe terdiam dan beberapa melihat ke dapur.

Di lihatnya Nat ternyata menggenggam pisau tak sengaja dan terlihat darah mengucur deras. Nat duduk lalu melepaskan pisau itu dari genggamannya.

"Sial dah." Ucapnya sambil berdiri.

Dia mencuci tangannya sembari meringis. Banyaknya darah mengucur di wastafel lalu seorang cewek memberikan handuk bersih kepadanya.

"Tahan darahnya, aku ambilkan obat." Ucap cewek itu.

Nat hanya mengangguk lalu mendadak kakinya lemas dan terduduk di dekat wastafel sembari menghentikan aliran darahnya sehingga handuk itu menjadi merah.

"Astaga Nat!" Terdengar suara khas Tasya kalau panik.

Nat hanya menoleh melihat Tasya mendatanginya. Lalu ada cewek yang berlari kearah mereka dan duduk di dekat mereka. Cewek itu mengambil tangan Nat yang terluka dan membukanya. Terlihat sayatan itu dalam dan membuat Tasya horor. Nat hanya pasrah dilihat Tasya seperti itu.

Cewek itu menyiramkan alkohol ke luka Nat yang terbuka itu dan sontak itu membuat Nat teriak sekuat-kuatnya. Cewek itu refleks menutup mulut Nat.

"Diem!"

Nat berlinangan air mata menandakan kalau itu benar-benar sakit dan berusaha menarik tangannya dari genggaman cewek itu. Tapi cewek itu menatap tajam kearahnya.

"Nanti tetanus, Nat." Ucap Tasya.

Nat hanya bisa meringis sambil menutup matanya. Cewek itu segera mengobati luka Nat secepatnya dan langsung diperban.

"Sudah." Ucap cewek itu.

Nat masih meringis. Tangannya nyut-nyut perih. Efek alkohol di tangannya masih ada. Nat merasakan tangannya yang luka di angkat dan terasa basah. Nat membuka matanya dan melihat cewek itu mengecup tangannya yang luka.

"Biar sembuh." Ucap cewek itu.

Tasya dan Nat hanya menatapnya lama sehingga itu membuat cewek itu salah tingkah. Cewek itu hendak berdiri tapi tangannya ditahan Nat dengan tangan yang sehat.

"Makasih." Ucap Nat tanpa ekspresi.

Cewek itu tersenyum lalu pergi meninggalkan Nat dan Tasya. Nat meniup-niup tangannya yang luka itu sementara Tasya melihat Nat.

Merasa dilihat, Nat melirik kearah Tasya.

"Kenapa kak?" Tanya Nat.

Tasya menggeleng lalu tersenyum. "Siapa cewek itu?"

"Temen se-cafe." Sahut Nat.

Tasya tersenyum. "Kalian cocok."

Nat mendelik. "Aku lagi gamau bahas masalah jodoh."

Nat berdiri dan duduk di mini bar cafe sambil melihat teman-temannya menata cafe. Dapur telah di over-handle.

"Masih sakit?" Tanya temannya yang tadi mengobati tangan Nat.

"Sudah mendingan." Sahut Nat acuh.

Temannya itu hanya tersenyum melihat Nat cuek walaupun hatinya terasa sakit karena tidak bisa melihat Nat tersenyum lagi sejak Al meninggal.

"Kapan kau bisa tersenyum lagi, Nat." Lirih pelan temannya.

Nat menoleh kearah cewek itu saat mendengar namanya disebut.

"Kau memanggilku?"

Cewek itu menggeleng sembari tersenyum lalu dia membantu temannya merias cafe itu. Nat hanya bisa terduduk.

"Ngapain disini? Jagain Nat aja sana!" Seru teman-teman cafenya itu.

Cewek itu hanya menggeleng dan langsung membantu teman-teman cowoknya itu.

Bintang, calon Tasya memberikan espresso buatannya ke Nat yang terlihat melamun.

"Kau seperti Al lama-lama kulihat."

Nat hanya diam sembari meneguk espresso itu lalu dia melihat kopi pekat itu.

"Espresso.. Black Coffee.. mereka mirip tapi beda rasa." Ucap Nat pelan. "Lalu bagaimana bisa membedakan cinta dan sayang?"

Bintang dan Tasya hanya bisa saling pandang melihat adik mereka berada di dilemanya sendiri.

"Cinta itu kau bisa merasakan jantungmu berdetak tidak biasa dan terasa ribuan kupu-kupu berada di perutmu. Rasanya aneh tapi menyenangkan." Ucap Bintang.

"Sayang itu kau merasakan adanya rasa nyaman dan tidak ingin terpisah dari orang yang kau sayangi. Suatu saat kau bisa membedakannya." Ucap Tasya.

Nat mengangguk lalu melihat teman-temannya bekerja.

'Loisa dan Githa. Bagaimana aku bisa membedakan rasanya?'

***

Black Coffee (GXG) {FIN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang