Loisa POV
Aku tidak tahu bagaimana tapi saat ini moodku sedang bagus. Jadi aku tidak ingin mood ini rusak dengan mudah.
Kulirik Alice yang berada di bangku belakang, tepat di belakangku sedang memandang ke luar jendela.
"Kita baru bertemu, tak kusangka kau agresif ya." Ucap pelan Alice.
Sepertinya aku ketahuan kalau baru saja memperhatikannya.
Aku tidak tahu kenapa. Kami memang baru saja berkenalan (di cafe) lalu dengan mudah aku membawanya ke apartementku.
Hanya saja, aku merasa cukup nyaman di dekatnya. Aku suka harum badannya yang terasa maskulin.
"Shit! Aku malah mikir aneh." Gerutuku.
"Terima kasih."
Suaranya membuatku tersadar kalau kami sudah di depan cafenya dan hendak keluar dari mobilku.
"Aku ikut."
Anak itu menghentikan tangannya lalu melihat ke arah kaca spion depan.
"Bukannya kau kerja hari ini?"
"Hari ini aku offday." Jawabku sembari membalas tatapannya yang ada di spion sambil tersenyum. "Aku mau dapat diskon."
Anak itu melihat keluar lalu mengangguk.
"Oke."
Lalu dia keluar dan meninggalkan diriku di mobil. Aku menepuk kedua pipiku sendiri. Selama menyetir tadi, jantung ini berulah. Aku jatuh cinta pada anak itu?
"Jatuh cinta ya?" Aku tersenyum sendiri.
Aku teringat kalau aku bakal mendapat diskon darinya. Segera aku keluar dari mobil dan memilih duduk di dekat barista itu.
"Anak itu kemana?"
***
Author POV
Alice memakai pakaian baristanya dan siap melayani tamu. Dan kini dia berada di sebelah Anna, pegawai barunya yang baru masuk kemarin tanpa sepengetahuannya.
Anna diberi kesempatan bekerja oleh Bintang selama 6 bulan. Yap, dia bekerja sebagai anak magang.
"Anna." Ucap Alice. "Kau anak baru yang diterima Bintang?"
Anna menoleh dan mendapati seorang pria, setidaknya itu pandangan pertamanya yang tampak menatapnya datar.
"Iya pak." Ucap Anna percaya diri.
Alice melihat postur tubuh Anna dan cara ia berbicara. Alice mengangguk lalu pandangannya menatap semua pelanggan yang menikmati sarapan mereka.
Tak sengaja ia melihat Loisa meminum Coffee Latte-nya sembari memainkan hpnya.
"Ikut saya ke belakang." Perintah Alice kepada Anna.
Anna mengangguk lalu melangkah mengikuti Alice ke kantornya.
Alice mempersilahkan Anna duduk di kursi tepat di depan meja kerjanya, sementara dirinya duduk di balik meja kerjanya.
Dia membaca biodata milik Anna lalu mengangguk.
"Anna Elizabeth lahir di Singapura, ya?" Gumamnya sendiri. "Kamu kuliah dimana?"
"Saya kuliah di UIB pak." Jawab Anna.
Alice hanya tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
"Saya pemilik cafe ini dan nama saya Alice Leonhart. Jadi jangan panggil saya pak lagi."
Mereka bersalaman sementara Anna menahan malu karena percaya diri sudah memanggil bosnya dengan sebutan pak padahal perempuan.
"Silakan kembali bekerja." Ucap Alice. "Selamat kamu menjadi keluarga Flow."
Anna keluar dengan kikuk sementara Alice berkutat dengan komputernya.
***
Loisa tampak gelisah melihat Alice, gadis yang sudah membuatnya merasa jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya tidak terlihat sedikit pun di cafe itu."Mas." Loisa memanggil waiter yang ingin kembali ke tempatnya.
Waiter itu menghampirinya dengan catatan di tangannya hendak menerima pesanan.
"Boleh tanya, Alice kemana ya?"
Waiter itu tampak bingung lalu ia melirik ke barista.
"Maaf mbak, sepertinya bos Al sedang di kantornya." Ucap Indra dengan raut wajah minta maaf.
"Apa mbak ada yang ingin disampaikan pada bos?"
"Tidak, hanya saja.." Loisa terdiam sebentar. "Apa kau tahu nomor hpnya?"
Indra tampak ragu. "Kami hanya diberikan nomor Whatsapp saja mbak."
Loisa tampak tersenyum. "Boleh minta?"
Indra berpikir keras. Di satu sisi, dia takut di pecat karena memberikan nomor bosnya sembarangan. Kedua, dia ingin melayani pelanggan di depannya.
"Ada apa Indra?" Suara wibawa Alice terdengar di dekat mereka.
Indra terkejut lalu melihat bosnya berada disampingnya.
"Itu bos⚊"
Loisa memotong ucapan Indra. "Aku ingin minta nomormu."
Alice menatap datar Loisa lalu menggeleng. "Maaf nona, nomorku tidak bisa kuberikan sembarangan. Harap Anda menikmati Coffee Latte-nya."
Alice pergi meninggalkan mereka lalu di tahan dengan suara Loisa.
"Espresso double shot 1 buatanmu."
Alice menoleh tak percaya.
"Wtf, wanita ini memaksa. Tidak diberikan nomor malah⚊huft, GM hotel sewaktu ku magang malah tidak mengenalku. Dan dia, tidak kukenal pun malah agresif. Aku harus jauh-jauh darinya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Coffee (GXG) {FIN}
RomantizmBook #1 Sebuah kisah cinta antara seorang pelanggan dan barista di sebuah cafe. Ikuti kisah mereka dengan secangkir kopi panas dan cemilanmu. Ini bergenre gxg.. yang homophobic silakan bergeser