Khawatir

5.7K 468 4
                                    

Author POV

Seorang cewek meneguk alkohol entah berapa gelas, yang penting sekarang dia sudah tepar di meja barista sebuah pub.

"Mbak, tolong geser." Barista bar itu mengguncang pelan pundak cewek itu.

Cewek itu hanya mengguman tapi tidak bangun. Tiba-tiba seorang lelaki mengangkat cewek itu.

"Biar aku saja bos." Ucap lelaki itu sembari membawa cewek itu menjauh dari meja bar.

Lelaki itu membawanya ke tempat sepi dengan senyuman mesumnya. Tiba-tiba lelaki itu di pukul dari samping sehingga dia jatuh bersama cewek itu.

"Minggir lu."

Orang itu menendang kasar lelaki itu buat menjauhkan tangan kotornya dari seorang Loisa yang galau belakangan ini.

Orang itu mengangkat Loisa dan membopongnya. Lelaki itu dipelototi sehingga dia hanya bisa diam di tanah.

"Untung aku lihat kau, calonnya Al."

Orang itu Bintang, sohibnya Alice. Dia kebetulan lewat karena habis makan malam bersama pacarnya, Tasya. Mereka sudah berbaikan.

Bintang membawa Loisa ke mobilnya, di kursi belakangnya lalu menutup pintunya dan pindah ke kursi depan.

"Gimana keadaannya?" Tanya Tasya sembari melihat ke belakang.

"Dia mabuk." Bintang diam sebentar. "Aku tak tau rumahnya. Boleh di bawa ke rumahmu kan?"

Bintang melihat kekasihnya meminta persetujuan. Tasya mengangguk.

"Kayaknya dia lagi terpuruk."

Mobil Bintang melaju ke perumahan Duta Mas, perumahan yang cukup elit. Setelah berpapasan dengan satpam di situ, mobil itu segera ke rumah Tasya.

"Kamu buka pintu aja, nanti cewek itu aku bawa."

Tasya mengangguk lalu segera membuka rumahnya dan menunjukkan kamar yang akan di tempati Loisa yang diikuti Bintang sambil membopong Loisa.

"Hupp!" Bintang meletakkan Loisa di kasur yang sepertinya ruangan itu dirawat Tasya.

"Dia bule." Ucap Tasya lalu menoleh tajam ke Bintang. "Kau menyukainya?"

Bintang terkejut. "Mana mungkin. Lagi pula dia calonnya bos."

"Calonnya Al?"

Mereka meninggalkan Loisa di kamar itu dan berjalan ke ruang tamu.

"Setahuku Alice tidak pernah pacaran. Jadi ini calonnya ketemu dimana? Di jodohkan?"

Bintang hanya melirik dan berniat untuk tidak menjawab.

"Apa perlu kita telpon Al?" Tanya Tasya.

"Cob⚊"

"Tidak perlu."

Terdengar suara lemah di belakang mereka. Sontak membuat mereka terkejut. Loisa sudah bangun walau sedikit oleng. Dia duduk di lantai.

"Dia ga akan peduli." Ucap Loisa lemah. "Dia mengabaikanku seminggu ini.

Mau tak mau Bintang dan Tasya ikut duduk di lantai. Mereka dapat melihat wajah berantakan Loisa.

"Memangnya kalian kenapa?"

Suara Tasya mewakili pertanyaan Bintang juga. Sementara Loisa hanya menatap lantai.

"Aku tidak tahu. Terakhir kalinya dia mengirim Matcha Milk itu ke hotel tempat ku bekerja. Setelah itu dia tidak mau berkomunikasi padaku."

Black Coffee (GXG) {FIN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang