Author POV
Alice bekerja seperti biasa, hanya pegawainya dibuat heran. Dari pagi sampai malam, Alice tidak banyak bicara, dia lebih pendiam. Tatapan juga sedikit dingin. Mereka mengira kalau bos mereka sedang ada masalah dengan pacarnya.
"Al, are you okay?"
Al menoleh dan melihat pegawainya menatapnya tanpa bisa dijelaskan. Al hanya tersenyum.
"I'm okay. Don't worry."
Al melirik jam dinding cafe itu. Sebentar lagi pukul 7 malam. Al segera berkemas dengan diikuti pandangan dari para pegawainya.
"Bos ada apa?" Kali ini mereka tidak bisa menahan rasa penasaran mereka.
Al melirik lalu menghembuskan napasnya kasar.
"Besok cafe ini tolong kau tangani, Bintang." Ucapnya. "Kalau aku tidak datang besok, jangan cemas. Aku perlu sendiri dulu."
Kilatan mata Al tidak bisa menipu mereka. Bintang hendak menepuk pundak sobatnya pelan tetapi langsung ditepis olehnya dengan kasar sehingga membuat mereka terkejut.
"Aku perlu waktu untuk mengerti diriku sendiri." Kata Al sembari melihat Bintang meringis. "Tanganmu akan membiru. Sebaiknya langsung kompres saja."
Wajah dingin Al membuat para pegawai dan sobatnya itu terdiam. Mereka melihat kepergian bosnya itu.
"Apa kalian sepikiran denganku?" Ujar Bintang sambil mengompres tangannya sendiri. "Dia menepis tanganku terlalu kuat. Kurasa dia...."
***
Di tempat lain, Loisa dan lelaki itu segera menuju tempat yang dia sendiri janjikan. Wajahnya terlihat kejam sehingga itu membuat Loisa berdoa yang terbaik buat Leon, kekasihnya.
"Kita lihat keputusan kekasih perempuanmu itu sayang." Ucap lelaki itu.
"Cukup, Ed!" Loisa hendak memukul lelaki itu tapi tangannya ditahan dan dia ditarik ke pelukan lelaki itu.
"Kau cukup melihatnya, Loisa." Lelaki itu berbisik di telinga wanita itu. "Kau harus melihatnya mati dengan cara yang mengenaskan."
Loisa melepaskan diri dari pelukan maut itu dan dibiarkan begitu saja oleh Ed. Senyuman devil lelaki itu muncul.
"I love it." Lelaki itu menjilat bibirnya sendir sambil menyeringai.
***
Alice sudah tiba di tempat yang dijanjikan lelaki yang meneleponnya. Dia berdiri di luar mobilnya sambil merokok. Dia menghembuskan asap rokoknya ke udara. Setidaknya itu membuatnya sedikit tenang.
Terdengar deru mobil sekitar 3 mobil melaju kearahnya. Ada 1 mobil yang hampir menghantam mobilnya.
Al membuang rokoknya ke tanah dan menginjaknya. Keluar seorang lelaki tampan dan wanita cantik. Mereka cukup cocok jika berdiri berdampingan seperti itu.
"Selamat malam, Alice Leonhart." Ucap lelaki itu sembari menepuk tangannya.
Pandangannya di layangkan kearah wanita berbaju merah dan tampak seksi. Wanita itu hanga menatapnya dan tidak berniat menghampirinya. Itu membuat hati Al sakit.
"Jadi serahkan Loisa kepadaku." Ucap Al dingin.
Lelaki itu menyeringai. "Kau cukup berani untuk merebut wanitanya pembunuh berantai, bocah."
Al hanya mendecih sementara tatapan Loisa menyuruh Al untuk pergi.
"Aku Edgard Trevor, tunangan sah Loisa Fyffe." Dia diam sejenak lalu menyeringai. "Pembunuh orang tuamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Coffee (GXG) {FIN}
RomanceBook #1 Sebuah kisah cinta antara seorang pelanggan dan barista di sebuah cafe. Ikuti kisah mereka dengan secangkir kopi panas dan cemilanmu. Ini bergenre gxg.. yang homophobic silakan bergeser