BAB 6

295 53 5
                                    

¤ 너 사람위 아니야 - KAU BUKAN MANUSIA ¤

Kau bukanlah hal yang bisa menjadi penghalangku
Selama aku masih berdiri dengan tegap, aku akan menikmati semua yang aku lakukan atas pencapaianku

●●● SYANA KIM ●●●


______

Lili menyengrit di sela-sela tidur lelapnya. Peluh keringat membasahi setiap jengkal kening dan juga lehernya. Pacuan napasnya mulai tak beraturan. Tubuhnya menunjukkan rasa risih dan gelisah di dalam kegelapan remang-remang kamarnya.

"Hah!!" Pekik Lili dengan mata yang membelalak. Ia mengusap peluh keringatnya ketika terbangun dari mimpi buruk. "Hosh... Hosh... Hosh..." ia juga berusaha untuk mengatur napasnya yang tersengal-sengal seperti ia baru saja berlari.

"Mimpi itu lagi," desahnya saat ia mengatur napasnya yang mulai agak stabil.

Lili selalu memimpikan hari itu. Hari dimana Syana memutar balik arah pisau hingga mengenai perutnya sendiri. Akhir-akhir ini malah makin parah, sejak ia di Peru dan memutuskan untuk kembali ke Seoul mimpinya kembali lagi dan bahkan terkadang menjadi lebih menyeramkan. Karena itu lah, Lili juga sengaja membuat dirinya mabuk hanya dengan itu lah ia tidak akan memimpikan hal buruk itu.

"Tenanglah Lili... Tenanglah... Ini akan menjadi yang terakhir." Hiburnya, entah sudah kali ke berapanya ia mengucapkan hal-hal seperti  itu hanya untuk sekedar menghibur dan menenangkan dirinya sendiri.

Lili mengambil ponselnya kemudian melirik jam yang berada di samping kirinya. Jam 01.18, ini sudah larut sekali. Dengan cekatan ia menghidupkan ponselnya dan mencari nama Jay disana.

"Apa dia sudah tidur?" Tanyanya lagi. Ia berbicara denga dirinya sendiri. "Tidak... Tidak... Tidak... Aku hanya memastikannya dan mematikannya saat deringan ketiga." Menggeleng dan kemudian memencet panel hijaunya.

Drrtt...

"Satu...."

Drrttt...

"Dua"

"ARGGHHH ADA APA!!" Sentak Jay dengan setengah mata tertutup

"Aish! Kau mengagetkanku!!" Balas Lili lagi.

"Kau lah yang mengganggu orang tidur di jam begini. Apa kau tidak tahu ini sudah larut, Eoh?" Jay benar-benar sangat mengantuk hingga matanya akhirnya tertutup, sedang ponselnya masih berada di telinganya.

Sambungannya terputus. Lili mencibir dan mendumel sebal dengan sikap Jay yang enggan. Ia melirik bantalnya. Helaan napas berat kembali terdengar lagi di ruangan itu ketika Lili membaringkan dirinya. Matanya masih tak menunjukkan kalau ia akan degera terlelap.

Ponselnya bergetar dan membuatnya bangun dengan cepat. Ia segera menjawab teleponnya dengan sudut bibir yang mengembang.

"Ada apa?" Tanya Jay dengan suara yang lebih lembut dibandingkan dengan tadi.

"Aku hanya ingin mendengar suaramu. Disini terlalu gelap." Kata Lili beralasan. Ia sebenarnya ingin mengatakan yang sebenarnya.

"Kalau begitu nyalakan lampunya dan tidurlah kembali. Kau tidak akan melihatnya lagi setelah terang." Kata Jay menyarankan.

Lili terhenyak. Apa maksud dari ucapan Jay barusan? Apa kali ini dia ketahuan lagi?

"Tentu saja tidak akan lagi melihatnya kalau lampunya ku nyalakan. Bagaimana bisa aku tidur, bodoh? Augh!!" Sambil mencakar angin, seolah-olah ia mencakar Jay di depannya.

D E L U T I O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang