BAB 8

284 57 6
                                    

어떡 넌 마에미 ? - BAGAIMANA PERASAANMU

Jika aku berdiri dan melihat saja itu hanya akan menghancurkanku. Tapi, jika aku maju dan mendekat ke arahnya apa aku bisa meraihnya?

●●● JAY CHO ●●●

"Kau akan terserang flu nantinya." Aku berkata demikian agar dia tak terlalu terkejut akan keberadaanku.

Sedari tadi aku berada disini. Tidak... aku seharian disini. Aku sama sekali tidak meninggalkan tempat ini setelah mengantarnya . Aku khawatir jika terjadi sesuatu padanya. Dan soal David? Aku menyaksikannya bagaimana ia bertindak kasar pada Lili. Aku agak terlambat. Ketika Lili keluar tadi, aku tidak sadar karena aku tengah beristrahat di dalam mobil. Hingga, akhirnya ku lihat sosok mereka melalui kaca spionku.

Sebenarnya aku ingin menarik Lili ketika David mengatakan hal yang tidak patut untuk ia ucapkan pada Lili. Tapi, melihat Lili yang tetap bertahan membuat aku terdiam sejenak. Aku membiarkan dia untuk mempertahankan harga dirinya di hadapan pria brengsek itu.

"Jay..." ucapnya parau. Sisa-sisa tangisan kecilnya masih tersisa walaupun samar karena ia meredamnya begitu pintar.

Aku tersenyum hangat, namun nyaris seperti aku memaksakannya. Aku tidak tahan melihatnya seperti ini. Aku kemudian melepaskan mantelku dan kemudian ku pakaikan padanya termasuk syal coklat miliku. Ia kini berada dalam mantel serta syal yang berlapis.

"Kau bisa sakit nantinya. Aku bisa mengurus diriku sendiri." Sambil melepas mantel yang baru saja aku pakaikan padanya.

Aku mencegahnya dan menggeleng pelan. "Tak apa. Kau akan mengurusku jika aku sakit." Kataku dengan sumringah dan dengan nada bercanda.

Hatchiiimmm !!!!

Sial!

Baru saja aku bersin dan sontak membuatku menggaruk tengkukku yang sama sekali tak gatal. Lili memandangku dengan  bibir yang mencibir.

"Lihat dirimu itu. Aughhh...."

Lili benar-benar melepas mantel tadi dan memakaikannya kembali padaku. Tak lupa juga ia mengikat syal di leherku dengan baik. Aku sudah melarangnya lagi, tapi yang ku dapat adalah cubitannya pada lengan kiriku.

"Aku ini dokter yang sibuk. Aku tidak bisa merawatmu dan berjaga 24 jam di sampingmu. Jika kau sakit, siapa yang akan menjadi supir dan mengantarku, eoh? Jadi, jangan sampai sakit, mengerti?"

Kali aku lah yang mencibir kesal karena mendengar itu.

"Mengerti, Dokter Hwang Lili." Ucapku dengan setengah mengejek dan juga sangat formal sekali. Aku sengaja melakukannnya sebagai bentuk protesku padanya karena telah menyebutku sebagai supirnya.

"Ayo, pulang." Ajaknya, lalu melangkah lebih dulu ke depanku.

"Aku tidak membawa mobil!" Ucapku setengah teriak.

"Tak apa. Kita akan berjalan kaki sampai kita menemukan bus. Ku pikir tadi adalah bus terakhirnya."

Aku menyusulnya setengah berlari dan menarik bersamaku menuju dimana mobilku berada. Salju mulai turun dengan deras hingga membuat jalanan cepat tertutupi beruntung belum terlalu tebal.

Aku menghela napas berat saat melihat mobilku yang hampir tenggelam karena salju. Apa ini tengah terjadi badai? Kenapa cuacanya ekstrim seperti ini? Udaranya juga begitu dingin menembus pakaian serta kulit.

D E L U T I O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang