"Lili, bisa kita bicara sebentar?" Raut wajah David begitu tulus pada Lili saat meminta kesediaan Lili.
Lili menatap Jay lalu berganti lagi mentap David. "Baiklah..."
Mendengar itu, sudut bibir David terangkat samar. Dimana ia kini merasa menang dari Jay. Jay tertohok dengan itu. Hatinya menjadi sesak saat Lili mengiyakan permintaan David.
"Aku harus ke kantor sekarang," ucap Jay sambil bangkit dan berjalan hendak melalui mereka.
"Baguslah! Karena pembicaraan kami begitu privasi." Sindir David.
"Jay..." panggil Lili , membuat Jay yang tadinya berjalan dengan raut wajah masam kini berbalik dengan wajah ceria untuk Lili. "Akan ku hubungi nanti." Ucap Lili.
[SKIP]
Setelah kepergian Jay, David dan Lili kini duduk berdua di sofa. Makanan yang David bawa masih tersimpan rapi di dalam kantong plastiknya. Suasana kini menjadi canggung. Lili terus-terusan memegangi tangannya yang gugup ketika duduk berdampingan dengan Dadid sekarang entah kenapa. Begitu juga sebaliknya yanga terjadi pada David, ia sesekali menetralisirkan tenggorokannya dan juga tak hetinya ia memegang lututnya.
"K—Kau mau minum sesuatu?" Tanya Lili memecah keheningan yang ada. Ini lebih baik dari pada sebelumnya.
"Eoh! Boleh."
"Kau mau minum apa?"
"Apapun. Terserah kau saja."
"Baiklah tungggulah sebentar aku akan membuatkannya untukmu."
David mengangguk patuh. Dengan segera Lili meluncur ke dapur, mengambil beberapa buah untuk membuat jus. David menunggu dengan gelisah. Karena tak tahan, ia pun akhirnya menyusul Lili ke dapun dan duduk di Pantry.
"Kau menyukai ini? Sebenarnya aku ingin membuatkan Smoothy pisang kesukaannmu. Tapi, bahan di kulkas sudah habis." Ujar Lili sambil memindahkan jus jeruk yang ia buat ke gelas.
David tersenyum lebar. Batinnya berteriak gembira. "Kau masih mengingat kesukaannku sampai sekarang. Senang mendengarnya."
Lili berputar mengelilingi meja pantry dan meletakkan gelas jus tepat di hadapan David. Setelah itu, ia mendudukan dirinya juga. David langsung meminum jus buatan Lili dengan rakus hingga ia menghabiskan lebih dari setengah gelas dalam satu tegukan.
"Bagaimana? Apa itu enak?" tanya Lili ragu.
"Sangat enak." David tidak membual tapi ia mengatakan fakta, itu sontak membuat Lili senang dan juga lega.
"Lili-ah... Aku akan mulai berbicara serius sekarang. Jadi, dengarkan aku baik-baik, eung?" Ucap David sedetik setelah meletakkan gelasnya kembali. Lili membeku, pupilnya sedkit melebar dan jantungnya mulai berirama riuh. Melihat Lili diam seperti itu, David merasa telah mendapatkan ijinnya lagi.
"Apa aku boleh bertanya tentang kejadian di atap saat empat tahun yang lalu?"
Lili seketika berkaca-kaca. Akhirnya ia mendengar kalimat itu dari David walaupun sangat terlambat.
Menyadari Lili akan menangis, David berkata, "Tak apa... Kau tidak perlu menceritakannya jika itu berat."
Lili menggeleng kuat, "Tidak... Aku akan menceritakannya dan memberitahumu semuanya."
"Baiklah. Kau boleh berhenti jika tak bisa lagi."
Memori empat tahu lalu kini terputar acak di dalam kepala Lili, yang terulang-ulang adalah kejadian Syana yang tiba-tiba memeluk Lili dan kemudian mendapati darah yang keluar begitu banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E L U T I O N
RomansaDunia yang kau lihat itu adalah palsu. Tapi, bagaimana pun aku menunjukkan dunia yang benar itu sama sekali tidak berarti untukmu. Aku sudah mati di dasar tebing yang dingin. Sejauh ini aku, aku sudah mengupayakan segalanya. Dalam hal apa pun aku la...