BAB 4

381 56 10
                                    

¤  나쁜 기억 - KENANGAN YANG BURUK ¤

Benar. Jika kau pernah memberiku pelangi.
Tapi...
Semoga di masa depan kita tidak bertemu

●●● DAVID LEE ●●●


Empat Tahun yang Lalu....

Aku sudah lumayan lama mengawasinya. Tak lama sejak kepindahanku di sekolah ini aku sudah mulai mengawasinya. Berawal dari dia mengajakku kencan secara tiba-tiba dan ku sikapi itu dengan sangat dingin. Karena ku tahu ia melakukanya bukan atas kemauannya tapi karena ia kalah bermain bersama teman-temannya saat itu.

Sebulan terkahir ini aku sudah mendapatkan banyak hal. Seperti alamat rumahnya, kesukaannya, dan mmh... termasuk nomor ponselnya. Aku mendapatkan semuanya dengan usahaku sendiri. Yeah, meskipun aku tahu, mendapatkan nomor ponselnya itu dengan sangat mudah karena kami tergabung dalam chat group kelas. Bukannya aku tidak memiliki seorang teman disini, tapi sikap dinginku selalu membuat mereka tak nyaman dan bahkan enggan mendekatiku lebih jauh dan aku juga tak berniat untuk mencari muka atas itu. Aku sudah terbiasa.

Dan sekarang adalah harinya...

Sebelum pulang sekolah tadi, aku sempat menyakan beberapa hal dari sahabat dekatnya ketika dia tidak ada. Berdasarkan jawabannya aku terdorong untuk mencobanya, soal hasil itu masalah kesekian yang terpenting aku sudah mencoba.

Kutatap layar ponselku yang dimana namanya tertera dengan jelas disana. Aku bahkan sekarang belum mengganti seragamku. Aku pulang dan langsung menutup diri dalam kamarku.

Kegugupuan menyerangku yang bahkan sebelum menekan panel hijaunya. Aku harus tenang....
Tenanglah....
Tarik napasmu David....
Dan buang...

Klik!

Drrrtt.... Drrtt... Drrtt...

Aku langsung melompat terkejut karena aksi spontanku yang tidak berkompromi terlebih dahulu.

"Hallo...?"

"Hallo...?"

Arrghh... ini membuatku gila!
Apa yang harus ku lakukan sekarang?

Klik!!

Aku reflek memencet panel merahnya dan seketika membuatku lega karena tak mendengar suara gadis itu. Tapi, detik berikutnya aku tersadar dengan apa yang terjadi dan apa yang baru saja ku lakukan. Aku berguling-guling diatas ranjangku karena menyadari kebodohanku. Seharusnya tadi aku mengucapkan satu atau dua kata. Kenapa aku harus sebodoh ini! Aku sudah lama menunggu momen ini. Aarghhhh, dasar bodoh!

Aku berjalan masuk ke ruang kelas dengan santainya. Tangan kiriku ku masukkan ke dalam saku celana sedang tangan kanaku menyandang tas yang ku sampirkan di bahuku. Aku berjalan bak model di catwalk menuju tempat dudukku yang berada di paling pojok belakang dekat dengan jendela.

Saat sudah ku dudukkan diriku, aku kembali merutuki diriku karena teringat dengan yang terjadi semalam. Ini benar-benar di luar dugaan. Aku kemudian memberanikan diri melirik ke tempat duduknya, dan ternyata tak ada dia disana. Sepertinya ia belum datang?

Saat aku tengah memikirkan sesuatu agar aku tidak terganggu lagi dengan yang semalam itu, tiba-tiba suara cekikkan dari suara yang sudah sangat familiar di telingaku membuatku menoleh pada orang itu. Dia bersama pria itu, yang ku ketahui selalu ada bersamanya selama ini. Mereka sangat terlihat akrab sekali dan itu membuatku iri dengan kenyataan itu. Apa dia pacarnya? Tidak... Tidak mungkin... Tanpa sadar buku yang ada di gengamanku menjadi remuk serta sangat kusut sekali.

D E L U T I O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang