¤ 비밀 - RAHASIA ¤
Setiap orang memiliki rahasia masing-masing
Hanya saja, tergantung dengan dia
apakah ia mau berbagi atau menyimpannya sendiri●●● JAY CHO ●●●
David menerobos masuk ke kantor Jay. Ia sama sekali tak mengindahkan larangan yang di sampaikan oleh pihak sekretaris atau pun lainnya. Terlihat jelas kalau David tidak dalam keadaan kepala dingin. David membuka pintu ruangan Jay dengan kasar hingga menimbulkan suara yang cukup keras akibat dentuman pintu dengan tembok. Jay mengdongak dan sebelas lisnya terangkat, selanjutnya ia melepas kaca mata bening yang sejak tadi bertengger di hidungnya. Berkas yang ia periksa juga telah ia tutup. Jay merapatkan tangannya dan menatap David yang tengah berdiri di tengah ruangan dengan napas yang naik turun.
"Kenapa kau ke sini?" Tanya Jay dengan tenang. Sedang David menatapnya dengan jijik. David perlahan mendekat hingga jarak yang tersisa diantara mereka hanyalah sebuah meja. David meletakkan kedua telapak tangannya di atas meja dan menatap lekat-lekat ke manik Jay. "Kau kah orangnya?" Suara David begitu tajam dan sangat sinis. Jay kembali mengerutkan keningnya tapi ia masih tampak sangat tenang. "Tentang apa?" Tangan David hanya mengepal dan makin mengepal diatas meja. Ia perlahan meredam sebentar emosinya dan kembali menatap Jay seakan dalam beberapa detik lagi ia akan membunuhnya. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya yang ingin kau ketahui. Tapi, kurasa kau salah orang." Ucap Jay. Jay berdiri dan melangkah ke sofa yang terletak di tengah ruangan. Ia kemudian mengupas sebuah apel.
David lagi-lagi memejamkan matanya. "Aku sudah tahu apa yang sudah kau rencanakan selama ini. Dan aku benar-benar tidak akan pernah memaafkanmu." Ucapan David barusan membuat pergerakan pisau diatas apel Jay mendadak terhenti dan bersamaan dengan itu David berbalik. "Kau pikir aku akan terus di bodohi hingga akhir? Kau dan Syana adalah orang yang sangat menjijikan!"
"Apa Syana mengatakan sesuatu omong kosong lagi padamu? Seberapa jauh yang dia katakan, apa yang jalang itu lakukan hingga kau terus percaya padanya?" Jay kini menatapnya tajam.
"Kenapa, Kau khawatir? Kau khawatir tentang dirimu atau khawatirkan tentang Lili?" Ejek David dengan smirknya.
Jay memakan satu potongan apelnya dan setelah itu ia berucap, "berpikirlah sesukamu. Lagi pula selama ini kau selalu melakukan itu. Bukan kah begitu?" Jay menyengir melihat perubahan raut wajah David. "Aku hanya akan memberitahumu sekali saja. Urus dirimu sendiri saja dan jangan khawatirkan orang lain. Disini kau lah yang bermasalah. Ingat itu!" Jay menyilangkan kakinya dan merentangkan tangannya di sofa, smirknya tercetak jelas saat mengucapkan itu.
"Lidahmu itu sungguh manis! Ck! Cuih!!" Kepalan tangan David benar-benar sudah bergetar karena emosi yang ia tahan sejak tadi.
"Pak Sutradara Lee, sebaiknya anda fokus dengan pekerjaanmu saja." Jay menekankan dengan nada ejekan saat menyebut profesi David.
David melenggang sebelum ia benar-benar kehilangan kendali di ruangan ini. Ia tidak dapat menjamin keselamatan Jay kalau sampai ia kelepasan, karena itu lah ia pergi untuk mengalah. Baru saja lima langkah, ia berhenti saat tepat sejajar dengan Jay.
"Astaga, aku hampir saja lupa," David menyerongkan sedikit bahunya agar dapat melihat Jay. "Kau senang dengan hadiah yang aku kirimkan tempo hari? Itu hanya salinannya. Aku memiliki rekaman aslinya. Bagaimana kau suka kan? Lain kali aku akan memberimu dengan hadiah lainnya. Tunggulah!"Kening Jay terangkat samar saat mendengar kata hadiah. Raut wajahnya berubah entah apa artinya. Ingatannya kemudian berjalan ke waktu dimana ia menerima sebuah paket dari anonim yang berisikan USB sebuah rekaman cctv.

KAMU SEDANG MEMBACA
D E L U T I O N
RomansaDunia yang kau lihat itu adalah palsu. Tapi, bagaimana pun aku menunjukkan dunia yang benar itu sama sekali tidak berarti untukmu. Aku sudah mati di dasar tebing yang dingin. Sejauh ini aku, aku sudah mengupayakan segalanya. Dalam hal apa pun aku la...