BAB 3

499 59 4
                                    


¤ 나 여기 이써 - AKU ADA DISINI ¤

Tidak peduli apa yang terjadi...
Aku tidak pernah meninggalkanmu

●●● JAY CHO ●●●


Aku membawa Syana keluar dari kerumunan. Setelah ku rasa sudah jauh dari mereka aku menjauhkannya sejauh mungkin dariku. Ia tampak terkejut akan itu namun sedetik kemudian ia menatapku sinis serta senyum yang samar.

"Kau kira aku akan percaya? Hah!"

"Apa aku memintanya?"

Dasar wanita gila!

Dia benar-benar lebih dari srigala yang berbulu domba.

Aku tak ingin berdebat dengan orang seperti dia karena sudah sangat jelas kalau aku hanya membuang waktu dan tenagaku untuk orang sepertinya.

"Dengarkan aku baik-baik. Sekali lagi kau menyentuh Lili, aku tidak akan membiarkanmu lolos. Camkan itu!"

"Ck! Kau akan tampak seperti kau adalah pelindungnya. Tapi, bagaimana yah... aku sama sekali tak takut."

Lagi! Ia menampakkan senyum evil-nya.

Aku pergi dari sana tanpa memedulikan dia mengoceh. Segera aku kembali ke tempat tadi, kuharap Lili masih berada disana. Aku tidak bermaksud meninggalkannya hanya untuk membela wanita ular itu. Tidak sama sekali.

Tak ada seorang pun lagi.
Arrgggh... kemana dia....?

Aku kembali ke rumahnya sambil menghubungi ponselnya, namun tak ada jawaban. Aku terus mencobanya.. Beberapa panggilanku tak di jawabnya. Apa dia marah padaku?

"Kau dimana?" Tanyaku segera setelah panggilan itu tersambung.

"Ke mini market."

"Tunggu aku disana dan jangan kemana-mana, paham?"

Tanpa membuang waktu, aku langsung memutar balik. Kecepatan lariku memang sangat cepat karena aku  pernah menjuarai bidang ini saat aku berada di bangku sekolah.

Saat berada di depan mini market, aku mengatur sejenak pernapasanku. Saat ku masuk, aku tak melihat sosoknya. Aku mencarinya ke tempat dimana kami sering duduk disini saat menyantapi ramen atau pun makanan lainnya.

Ku lihat ia kesusahan menempelkan plester luka pada tengkuknya. Aku mendekat dan mengambil plester itu, sejenak aku meniup lukanya sebentar sebelum aku menempelkanya. Dia yang terluka, tapi melihat lukanya ini membuatku seperti aku yang memilikinya, ck! Konyol sekali.

"Apa sangat sakit?" Tanyaku dengan bodohhya kata-kata itu yang keluar. Tentu saja itu akan sakit dan juga perih. Mungkin akan berbekas?

"Tidak..." jawabnya usai ku lekatkan.

Aku tahu dia berbohong padaku. Walaupun senyumnya itu seakan meyakinkanku bahwa dia baik-baik.

Aku kemudian meninggalkannya, ku lihat dia agak terkejut dengan itu. Tapi, aku tak peduli.

"Kamu mau kemana? Hyak!"

Aku terus berjalan tanpa menghiraukannya sekali pun. Setelah itu, tak lama aku kembali dengan dua cup ramen pedas yang sudah ku buatkan untuknya dan membawa makanan pelengkap lainnya.

"Makanlah... kau belum makan sejak tadi." Sambil menyodorkan ramen yang ku tiup sedikit agar tak terlalu panas di lidahnya. Lili tak menyukai jika itu sangat panas, ia lebih baik menunggu dingin atau setidaknya hanga-hangat sedikit.

D E L U T I O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang