Hasna melangkahkan kakinya ke halaman depan. Keluarganya sudah pada masuk ke dalam kamar masing-masing. Tersisa dirinya yang masih belum bisa tidur. Mungkin karena efek lapar yang melandanya.
Bukan tanpa usaha, Hasna pun sudah mendatangi dapur. Mencari makanan sisa yang mungkin masih bisa ia makan. Hasilnya nihil. Tersisa mie instan dengan gas yang sudah habis.
Jadilah ia memutar arah menuju halaman depan, berharap angin malam akan mengundang kantuknya.Sebuah lincak berukuran cukup besar yang terparkir di halaman, menjadi pilihan satu-satunya untuk merebahkan tubuhnya.
Ucapan tasbih mengalir dari bibirnya saat melihat bintang-bintang kecil gemerlapan di hadapannya. Hasna mulai memejamkan matanya.
Membayangkan wajah Yusuf yang terkadang lebih sering menyembunyikan senyumnya. Dua sudut bibirnya ikut tertarik. Membentuk sebuah perahu.Sebuah wajah yang sangat dikenalnya tiba-tiba saja muncul di atasnya. Menutupi pemandangan langit yang sebelumnya dinikmatinya. Sontak, latahnya kembali muncul disertai dengan refleks tubuhnya yang langsung bangun dari tidurnya.
"MAMPUUUUSSS!"
Wajah itu tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Hasna. Hasna sendiri sudah manyun sambil mengelus-ngelus dadanya.
"Kak Amar, gak lucu ih!" sungutnya seraya duduk kembali di sisi lincak.
"Kamu ngapain di sini?"
"Kak Amar yang ngapain di sini?"
"Kak Amar mau keluar, mau cari makan, lapar."
"Ikut dong!"
"Boleh, tapi Kak Amar naek motor."
"Kalau gitu, Hasna ganti dulu ya!"
Hasna mengangkat rok yang menutupi tubuhnya."Oke!"
Hasna sedikit berlari menuju kamarnya. Yusuf yang juga masih belum tidur, membuka pintu kamarnya saat mendengar derap langkah Hasna. Hasna menghentikan langkahnya, lalu membingkai senyumnya untuk Yusuf sebelum masuk ke dalam kamarnya.
Yusuf sama sekali tak menghiraukan senyum Hasna. Ia melengos pergi tanpa bertanya apapun pada Hasna. Hasna mengangkat tangannya, hanya berani menunjukkan tonjokkannya di balik punggung Yusuf yang menjauh.
Hasna keluar dengan bersemangat. Rok yang tadi dipakainya sudah berganti menjadi kulot. Namun, orang yang janjian dengannya, kini sudah tak lagi terlihat. Ia menengok kanan kiri. Sepi. Tinggal satu tempat lagi yang belum dia cek, parkir.
Ia menengok gawai di tangannya.
Mencari nama Amar di antara anggota grup keluarganya. Lalu memencet tombol telpon warna hijau setelah menemukan nomor Amar.Tersambung, tapi tidak diangkat. Terpaksa Hasna kembali masuk ke dalam kamarnya dengan rutukan kesal pada Amar.
"Awas saja kalau besok sampai ketemu!"
Baru saja Hasna menarik selimut menutupi mukanya, terdengar bunyi ketukan pintu. Cepat Hasna beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya. Terlihat Amar yang tengah berdiri di depan pintu dengan sebungkus plastik berisi bungkusan nasi.
"Idih, sok baik! Katanya mau nungguin Hasna, tapi malah pergi sendiri!" Hasna melayangkan protesnya.
Amar tertawa lirih.
"Kak Amar gak pergi sendiri, Hasna. Sama Yusuf tuh!" Amar memberi ruang pada pandangan Hasna agar melihat Yusuf yang tengah berjalan membawa piring dan sendok di belakangnya. Hasna mengangkat alisnya.
"Ayo, mau makan gak? Kak Amar beli nasi goreng nih!"
"Gak jadi, Hasna diet!"
Hasna menjawab sambil terus memperhatikan Yusuf yang mulai menata piring di ruang keluarga.
"Serius?" tanya Amar memastikan.
"Nasi gorengnya favorit loh!" imbuhnya.
Hasna menggeleng, berusaha mempertahankan prinsipnya.
"Amar, biarin aja! Jangan dipaksa!" seru Yusuf dari belakang.
Amar menghentikan bujukannya sesuai dengan instruksi Yusuf. Ia langsung bergegas menghampiri Yusuf dan meninggalkan Hasna yang mulai manyun. Kesal.
Hasna membanting pintu kamarnya keras. Perutnya makin melilit mendengar wangi nasi goreng yang terbuka dari bungkus kertas berwarna cokelat itu. Ia berkali-kali mencoba memejamkan matanya agar bisa tertidur. Tak peduli dengan suara dari dua kakak sepupunya yang terdengar tengah asyik mengobrol di luar.
****
Sepuluh menit kemudian, tersengar bunyi ketukan pintu lagi di kamarnya.
"Siapa?" serunya dari balik selimut.
Tak ada jawaban, yang ada hanya bunyi ketukan yang semakin keras. Hasna beranjak dengan malas dari tempat tidurnya. Awas saja kalau sampai Kak Amarnya yang muncul di depannya lagi. Hasna sudah menyediakan guling untuk menggebuknya.
Namun ternyata, guling yang sudah Hasna siapkan di tangannya, harus rela meluncur ke lantai saat Hasna melihat Yusuf yang berdiri di depan kamarnya dengan membawa nampan berisi piring, sebungkus nasi, sendok, dan segelas air.
Yusuf menyodorkan nampan di tangannya ke depan Hasna yang sudah terbelalak kaget melihat Yusuf. Tangannya tanpa sadar langsung menerima nampan dari tangan Yusuf.
"Buang-buang makanan, dosa!" ucap Yusuf setelah nampannya berpindah tangan. Hasna makin membulatkan matanya melihat Yusuf menutup pintu kamarnya. sudut bibirnya terangkat sebelah. Lagi-lagi Yusuf membuatnya kesal.
****
Kadang masih bingung nentuin nama, kalau banyak yang typo kena ke nama 'Ana', mungkin itu karena tokoh Ana lebih lama bersama saya daripad Hasna.
Jangan lupa vote dn koment ya.. 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia [Terbit]
RomanceRasa yang dimiliki Hasna Mutia untuk Kakak Sepupunya Yusuf Muhammad, ternyata tak mendapat balasan seperti yang dia inginkan. Walau itu hanyalah presepsi yang dia simpulkan sendiri setelah melihat sikap Yusuf yang terkesan menghindarinya. Hingga per...