32 - Tamu Tak Diundang

2.5K 379 28
                                    

Mohon maaf bagi yang sudah menunggu dari kemarin. Sungguh, manusia hanya bisa berencana, sementara Allah yang menentukan segalanya. 🥺🥺

-------------------------------------------------

Hasna buru-buru keluar dari mobil sesampainya ia di rumah eyangnya. Baru saja Yusuf mau mengingatkan untuk berhati-hati, Hasna sudah lebih dulu jatuh di teras rumah. Lututnya membentur sudut tangga teras yang tak dilapisi kuku macan.

"Ssh ...." Ia mengaduh kesakitan.

"Loh, Hasna!" Amar yang baru saja keluar terkejut melihat Hasna yang tengah duduk memegangi lututnya.

Yusuf sendiri langsung meraih lengan Hasna dan membantunya berdiri sebelum Amar mengambil alih tugasnya. "Makanya hati-hati!"

Hasna mengibas lengannya. Enggan dibantu Yusuf. Sementara kakinya mulai terasa perih. Sedikit meringis ia menaiki beberapa tangga teras di depannya.

"Kak Amar gak mau bantu Hasna?" tanya Hasna sedikit meninggikan suaranya.

Amar melirik ke arah Yusuf yang mulai membuang muka karena kesal. Ia langsung meninggalkan Hasna tanpa menoleh lagi. Masuk ke dalam rumah tanpa memberi persetujuan pada Amar.

Sedikit kikuk, Amar pun melangkah mendekati Hasna. Dia bukan tidak tahu kalau Yusuf tidak setuju. Namun, meninggalkan Hasna dalam keadaan begini juga rasanya tidak baik.

"Hasna kebiasaan, deh. Serampangan!" ujar Amar sambil memapahnya masuk.

"Yee, serampangan tuh penampilan tau," sahut Hasna.

"Idih, itu mah slebor."

Keduanya tertawa lirih saat masuk ke dalam rumah. Yusuf sendiri belum masuk ke dalam kamar eyangnya. Ia masih berdiri di depan kamar sambil menunggu Hasna.

Amar melepaskan tangannya dari lengan Hasna. Lalu menunjuk Yusuf yang berdiri menatap pintu kamar eyang kakung.

"Hasna bisa jalan sendiri, 'kan? Kak Amar harus beli obat eyang."

Hasna mengangguk sambil lalu mengucapkan terima kasih pada Amar. Ia lalu melangkah mendekati Yusuf. Seseorang membuka pintu kamar eyang. Sedikit mengagetkan mereka.

"Ayah," ujar Hasna.

"Kamu sudah datang?"

Hasna dan Yusuf mencium tangan Ahmad bergantian.

"Eyang gimana?" tanya Hasna.

"Sudah enakan. Masuklah ...!"

Ayah Hasna membuka pintu sedikit lebih lebar untuk mereka. Tampak semua keluarga sudah berkumpul di sana. Sedangkan Eyang tengah terlelap di tempat tidur dengan selang infus yang juga tertanam di tangan kanannya.

Hasna mencium tangan keluarganya satu persatu. Begitu juga dengan Yusuf. Bunda Hasna meminta Hasna untuk ikut duduk di sampingnya. Padahal Hasna sangat ingin mendekat pada eyangnya.

Mereka tidak memperbolehkan untuk mendekat karena eyangnya baru tertidur. Dokter pun baru saja pulang sebelum mereka datang.

"Kalau mau di sini, jangan rame. Jaga eyang kalian. Kalau eyang bangun, kasih tahu kami," ujar Nur Sari.

"Eyang kenapa bisa sampai jatuh, Bunda?" Hasna memperlirih suaranya.

"Bunda juga tidak tahu. Bibi Mira juga belum cerita apa-apa." Nur Sari menoleh pada Ibu Yusuf yang juga masih terlihat shock.

***

Yusuf menoleh pada Hasna yang mencoba meluruskan kakinya di sofa. Semua keluarganya sudah sejak tadi meninggalkan kamar eyangnya. Sementara mereka berdua masih di sana.

Rahasia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang