20 - Alasan

5K 616 78
                                    

Namun tak berapa lama, saat Hasna berusaha menutupi tubuh Yusuf di bagian dadanya, Yusuf malah membuka matanya. Mata Hasna membulat, terkejut karena Yusuf tiba-tiba terjaga. Mata mereka beradu sementara tangan Hasna masih bertengger di dada Yusuf.

Hasna yang semula menunduk langsung menarik wajahnya menjauh dari Yusuf, tapi usahanya untuk menghindar kalah cepat dari Yusuf yang langsung menahan lengannya. Hasna meringis, malu. Wajahnya memerah.

Yusuf yang semula masih berbaring kini sudah duduk. Lengan Hasna masih berada di genggamannya. Ia sedikit menarik Hasna untuk ikut duduk di sampingnya.

"Apa aku punya salah?" tanya Yusuf saat Hasna ikut duduk bersamanya.

Hasna menunduk, namun pupil matanya beralih ke tangan Yusuf yang kini terlihat saling bertaut.

"Aku ..."

"Gak ada, Kak Yusuf gak salah apa-apa," Hasna memotong ucapan Yusuf.

Yusuf tersenyum. Hasna sudah kembali seperti semula. Cara bicaranya juga sudah berubah.

"Terus, kenapa dengan mata kamu?"

"Gak pa-pah."

"Itu potongan mata habis nangis."

"Yang pasti bukan nangis karena bahagia."

Yusuf menoleh saat mendengar jawaban itu. Menatap raut wajah yang sama sekali tak menoleh. Hidung bangir Hasna terlihat sempurna dengan potongan rambut sedikit pendek di bagian depannya. Rambut itu menutup bagian mata Hasna yang membengkak.

Perlahan Yusuf mengangkat tangannya ke wajah Hasna. Memindah poni yang menjuntai ke belakang telinga Hasna menggunakan jari telunjuknya. Refleks Hasna menoleh. Terkejut dengan perlakuan Yusuf.

Apa apaan ini?
Kenapa dia bisa bersikap manis begini?
Setelah tadi berkata lain pada Kak Amar?

"Kalau begitu, kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini?" tanya Yusuf tanpa berkedip.

Hasna berdehem pelan. Lalu bangkit dari duduknya. Ia melangkah ke arah lemari, mengeluarkan satu selimut lagi dari sana.

"Sudah malam, sebaiknya Kak Yusuf tidur. Besok 'kan harus pulang sehabis subuh."

Hasna menghindari percakapan itu. Hatinya masih belum selesai dibuat kebat kebit dengan perlakuan Yusuf tadi. Masih ditambah dengan pertanyaan yang juga membuatnya makin berdebar.

Netra Yusuf mengikuti gerak gerik Hasna hingga ke tempat tidur. Hatinya bingung. Kenapa sikap Hasna kali ini sangat berpengaruh bagi hatinya.

*****

Kebiasaan Yusuf yang pasti bangun sebelum subuh, menjadi keuntungan tersendiri untuknya kali ini. Ia bangun lebih dulu dibanding Hasna. Begitu juga dengan anggota keluarganya yang lain.

Melihat Hasna yang masih lelap dalam tidurnya, ia memberanikan diri duduk di sisi tempat tidur. Menatap wajah manis di depannya dengan seksama. Sesungguhnya wanita itu telah halal baginya. Namun, hatinya masih belum menemukan sesuatu yang benar-benar bisa ia pertanggung jawabkan nanti jika ia berani menyentuhnya.

Yusuf beranjak menuju kamar mandi yang kebetulan juga tersedia di kamar itu. Berkumur-kumur lalu membasuh mukanya dengan air wudhu. Beberapa menit kemudian, ia sudah khusyuk berkhalwat dengan Tuhannya di samping tempat tidur Hasna.

Amar yang sudah bangun dan melihat pintu kamar Hasna tak tertutup, iseng mendekat, mengintip penyebab pintu kamar itu terbuka. Matanya terbelalak kaget saat melihat Yusuf yang tengah memutar tasbihnya di sana. Khusyuk melafalkan wirid.

Rahasia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang