22 - Cemburu Tersembunyi

6.1K 619 145
                                    

Yusuf masih terdiam di dalam mobilnya saat Hasna masuk ke dalam rumahnya tanpa berbicara lagi. Berulang kali bacaan istighfar keluar dari bibirnya. Ia seperti tak punya cara untuk menghibur Hasna lagi.

Sebuah motor berhenti tepat di samping mobilnya. Seorang laki-laki yang mengendarainya, melepas helm berwarna putih dari kepalanya. Yusuf mengernyit, seperti mengenal wajah pria di sampingnya.

Tanpa menoleh, pria itu lantas menaiki teras rumah Hasna lalu mengetuk pintu sambil berdiri di depannya. Yusuf tak bergeming dari tempatnya. Ia masih mencoba memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tampak asisten rumah tangga Hasna yang membuka pintu, sebentar kemudian Hasna ikut keluar, menyapa pria yang baru saja datang. Wajah Hasna yang tadinya terlihat sembab sudah terlihat lebih segar. Senyumnya terlihat kembali saat mengetahui siapa yang datang.

Hasna menoleh ke arah mobil Yusuf yang terparkir di samping sepeda milik pemuda di depannya. Kaca yang tak tembus pandang dari luar itu tak memperlihatkan keberadaan Yusuf di dalam mobil. Jadi, Hasna berfikir mungki Yusuf sudah masuk ke dalam kamarnya. Karena tadi dia pun sempat masuk ke dalam kamar dan membasuh mukanya di kamar mandi.

Hasna mempersilahkan pria yang ternyata adalah Aditya itu untuk duduk menunggunya di teras. Sementara ia kembali masuk untuk meminta asisten rumah tangganya membuatkan minum untuk mereka. Yusuf masih diam, menikmati adegan canggung di hadapannya.

Hasna sudah kembali keluar dari dalam  bersama ART yang juga membawa minum dan kudapan untuk mereka. Yusuf mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetikkan sebuah pesan untuk Hasna.

[Tidak baik seorang wanita yang sudah bersuami duduk bersama laki laki lain]

Hanya centang dua tanpa warna biru. Yusuf juga melihat Hasna masih tampak sibuk melayani Aditya dengan menyodorkan kudapan dan minuman dari atas nampan. Sementara ponselnya ia tinggal di atas meja.

Yusuf mengatur nafasnya yang mulai terlihat kesal. Apalagi saat melihat Hasna yang terlihat sangat menikmati pertemuan itu. Wajahnya tak seredup saat bersamanya tadi. Binar matanya benar-benar mampu membuat Yusuf kesal.

"Aku pikir kamu hanya bercanda mau ke sini," ucap Hasna.

"Mana mungkin aku bercanda. Aku saja sudah sangat lama ingin ketemu kamu."
Aditya menatap Hasna penuh makna.

"Baru kapan hari ketemu, 'kan?"

"Tapi 'kan belum sempet ngobrol."

"He, he, iya juga. Kamu pulang kuliah atau ..."

"Memang mau ke sini."

"Oh..."

"Di TI mau fokus di bidang apa?" tanya Aditya.

"Jurusan desain, insyaallah."

"Oh, masih suka menggambar?"

"Desain, Dit."

"Iya, sama aja lah!"

"Dih, sok tahu. Beda lah."

Yusuf mengetikkan sebuah pesan lagi untuk Hasna.

[Hasna. Apa kamu sudah tahu batasan-batasan dari seorang perempuan yang sudah menikah?]

Hasna melirik notif yang terlihat dari layar ponselnya. Tanpa menghiraukannya, Hasna hanya menoleh ke sekeliling rumah. Mencari keberadaan Yusuf. Karena bingung, kenapa Yusuf bisa mengirimkan pesan seperti itu padanya, padahal dia tidak terlihat di sana.

Rahasia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang