25 - Jika

5.2K 629 106
                                    

Iya, iya .. He he

Saya minta maaf atas keterlambatan up
Mohon dimaklumi
Saya juga punya dunia nyata
Yang tidak bisa ditinggal juga.

Habis ini jangan nagih dulu ya..
😁😁

Selamat membaca..

Assalamua'alaikum...!

❤ _______________________ ❤

"Suf,  ini hanya wacana. Bagaimana jika kamu ditakdir menjadi imam bagi Syahida?"

"Mohon maaf, Pak Yai! Maksudnya bagaimana, nggeh?"

Yusuf yang tengah duduk di samping Kyai Zainal tak berani menatap mata sang kyai. Pandangannya hanya terpaku pda motif karpet yang ia pijak.

"Kamu itu, kalau ditakdir berjodoh dengan Syahida, bagaimana?"

Kyai Zainal mengulang tanyanya. Sementara gadis muda berkerudung putih tengah menunggu di balik tirai pintu dengan hati berdebar dan senyum yang tak bisa lekang dari bibirnya.

"Ma ... maksud ... Pak Yai?"

Kyai Zainal tersenyum seraya menepuk-nepuk pundak Yusuf yang sudah terlihat pucat. Dia yakin, pertanyaan itu memang akan membuat Yusuf berekspresi seperti itu.

"Ndak usah kaget ngunu toh! 'Kan ini cuma wacana. Belum diistikhoroin juga. Jadi ndak usah takut begitu."

"Mboten, Pak Yai." Suara Yusuf masih terdengar gugup.

"Maksud kamu, kamu ndak mau?"

"Bukan, maksudnya ..."

Yusuf menggantung kalimatnya, sementara tanganya menyentuh tengkuk yang mulai berkeringat. Padahal ruangan itu, ruangan ber-AC.

"Ha, ha ... iya, iya, aku yo ngerti. Ya ... dipikir-pikir saja dulu! Atau kalau perlu coba kamu istikhoro juga, siapa tahu memang sudah ditakdir berjodoh." Kyai Zainal makin menggoda Yusuf yang tampak salah tingkah di depannya.

****

Hasna berkali-kali menekan perutnya yang terasa sakit. Ismi yang memperhatikannya sejak tadi jadi ikut meringis melihat tingkah Hasna di depannya.

"Kenapa?" tanyanya penasaran.

"Perut aku gak enak banget." Hasna menjawab sambil meringis.

"Diare?"

"Justru mampet."

"Duh, emang tadi makan apa?"

"Kan makannya bareng kamu, nasi dekosan."

"Oh iya, lupa!" Ismi nyengir kuda.

"Emang sering begini perut kamu?" tanya Ismi lagi.

"Gak juga sih, mungkin karena kemarin sore aku makan rujak ya, jadi begah perutku."

"Loh, bukannya rujak justru bikin lancar pencernaan. 'Kan isinya buah semua."

"Gak tau lah, kayaknya aku butuh minumam yang ada bakteri baiknya deh."

"Dih, alesan! Bilang aja pingin gak ikut kelas. Sekarang waktunya kelas ustad Yusuf, loh!"

Hasna menghela nafas seraya memunculkan suara brrh dari bibirnya. Itu memang yang dia hindari. Dia paling gak bisa kalau harus berpura-pura serius dalam matkul yang diampu oleh Yusuf. Bisa-bisa nanti dia melakukan sesuatu yang bikin dirinya malu lagi di depan Yusuf. Belum lagi, perutnya memang benar-benar terasa begah sekarang.

Rahasia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang