Part 19 (Gambar untuk Ansara)

660 28 0
                                    

Saat siang harinya, Ansara pulang dari sekolah bersama dengan Kim. Pie sudah duduk manis di meja makan dan sudah menyiapkan menu makan siang yang special untuk anak dan suaminya. Selesai makan siang, Ansara berniat beranjak pergi dari meja makan.

"Ansara sayang.. daddy dan mommy ingin bicara padamu, duduk sebentar nak" ucap Kim lembut pada Ansara. Ansara duduk kembali ke kursi meja makan dan mendengarkan apa yang daddy dan mommynya akan katakan.

"Ansara, bagaimana kalau kamu punya adik?" tanya Kim pada Ansara dan membuat Ansara mengerutkan keningnya.

"Punya adik? Adiknya dari perut mommy?" tanya Ansara dengan wajah polos.

"Iya, dari perut mommy" ucap Kim menatap Ansara dan Pie bergantian. Pie hanya tersenyum mendengar pertanyaan Ansara.

"Ansara mau adik bayi, jadi kalau Ansara main ada temannya" ucap Ansara pada Kim dan Pie.

"Coba kamu pegang perut mommy dan tanya pada mommy apa ada adik bayi di dalam perut mommy" ucap Kim dan menyuruh Ansara mendekati Pie.

Ansara menghampiri Pie dan memegang perut Pie sambil bertanya.

"Mommy apa ada adik bayi di dalam perut mommy?" tanya Ansara sambil tangannya memegang perut Pie dan matanya menatap Pie.

"Ada sayang, disini ada adik bayinya" ucap Pie tersenyum pada Ansara dan menunjuk perutnya yang dipegang oleh Ansara.

"Benarkah?" ucap Ansara sambil menatap Kim dan Pie meminta penjelasan. Kim dan Pie hanya mengangguk tanda bahwa mengiyakan apa yang dipertanyakan oleh Ansara.

"Aahhh.. aku senanggg.. aku akan punya adik bayi" teriak Ansara dan memeluk perut Pie. Pie mengelus kepala Ansara dan mencium pucuk rambut Ansara.

Kim sangat senang melihat senyum dari Pie dan putri pertamanya itu. Inilah tujuan hidup Kim, hanya untuk membahagiakan mereka.

Sore harinya KimPie dan Ansara mengecek kehamilan Pie ke rumah sakit. Pie meminta untuk melakukan tes USG dan memastikan bahwa memang ada janin di perutnya. Setelah ke rumah sakit, KimPie langsung pulang ke rumah dan memberitahu keluarga yang lain melalui telefon.

Saat Kim sedang berada di kamarnya, Pie menghampiri Ansara dan mengecek buku pelajaran Ansara. Saat membuka tas Ansara, Pie menemukan 3 lembar kertas gambar yang berisi gambar sebuah keluarga di dalam tas Ansara. Gambar tersebut terdiri dari seorang ibu, anak perempuan dan ayahnya. Dengan latar yang berbeda-beda. Pie mengambil ke 3 gambar tersebut dan menanyakannya pada Ansara.

"Sayang.. darimana kamu mendapatkan ini?" tanya Pie pada Ansara sambil menunjukkan 3 lembar kertas yang berisi gambar tadi.

"Aku dikasih sama satpam sekolah ma, katanya itu buat aku. Gambarnya bagus ya ma" ucap Ansara sambil terus bermain dengan lego nya.

Pie mengerutkan keningnya, Pie harus bertanya pada satpam penjaga sekolah Ansara dan memastikan siapa yang memberikan gambar ini pada Ansara.

Keesokan harinya, Pie sengaja datang ke sekolah Ansara dan menanyakan tentang 3 lembar kertas gambar yang diberikan pada Ansara.

"Bapak yakin tidak tau siapa yang menitipkan gambar ini?" tanya Pie pada satpam penjaga sekolah Ansara.

"Saya tidak tau bu, saya hanya memberikan pada dek Ansara karena tertulis untuk Ansara Suppanad" ucap satpam tersebut.

"Pak, di pintu gerbang kan ada cctv nya yaa.. saya boleh lihat pak.. tolong ya pak" ucap Pie memohon karena Pie takut jika orang yang mengirim gambar tersebut berniat jahat kepada Ansara. Pie tidak ingin lengah dalam masalah ini karena menyangkut putri kesayangannya itu.

Setelah memohon pada satpam, akhirnya satpam mengizinkan Pie untuk melihat rekaman cctv pada gerbang sekolah. Saat melihat hari dimana orang tersebut memberikan gambar, terdapat seorang laki-laki turun dari mobil berwarna hitam dan memakai masker di wajahnya. Sepertinya orang tersebut mengetahui bahwa ada cctv yang dapat merekam wajahnya. Tetapi walaupun memakai masker, sepertinya Pie dapat mengenali seseorang tersebut melalui mobilnya.

Setelah melihat rekaman cctv, Pie segera mengendarai mobilnya menuju rumah sakit. Beberapa menit kemudian, Pie sampai di rumah sakit dimana dia berkonsultasi dengan Dr. Andrew dan dimana dia dua kali bertemu dengan Boy. Pie menelfon seseorang tapi tidak diangkat. Pie segera menuju lobby dan menghampiri loket apotek.

"Permisi, saya bisa melihat identitas salah satu pasien disini" ucap Pie pada salah satu apoteker.

"Maaf bu, ada perlu apa? Karena kami tidak akan sembarangan memberikan identitas pasien kami" ucap apoteker tersebut.

"Saya salah satu keluarganya, saya ingin mengetahui alamat rumahnya pasti di kartu pasien dia mencantumkan alamat rumahnya kan?" ucap Pie pada apoteker tersebut.

"Iya bu, tapi kami tidak bisa memberikan identitas pasien kepada orang lain kecuali atas persetujuan pasien tersebut" jelas apoteker tersebut.

"Yaudah kalau gitu kalian boleh telfon pasiennya. Pasien itu bernama Boy Attachitsataporn" ucap Pie dan kemudian apoteker tersebut membantu untuk menelfon pasien tersebut yang ternyata adalah Boy.

Apoteker tersebut menelfon Boy tetapi tidak diangkat. Setelah Pie membujuk apoteker tersebut dan meyakinkan bahwa Pie memang salah satu kerabat dekat dari Boy, akhirnya apoteker tersebut memberikan alamat Boy pada Pie.

Tak lama kemudian, Pie segera menuju alamat dimana Boy tinggal. Pie memasuki sebuah komplek perumahan dan Pie berhenti di depan salah satu rumah besar di komplek tersebut.

Pie menekan tombol bel tetapi tidak ada yang membuka pintu. Pie mencoba untuk membuka pintu gerbangnya sendiri dan akhirnya berhasil. Pie masuk ke dalam rumah tersebut dan memarkir mobilnya di garasi mobil rumah tersebut. Pie menekan bel pintu rumah tetapi tidak ada yang membuka pintu. Pie mencoba mendorong pintu secara perlahan dan ternyata pintu itu tidak dikunci. Pie memasuki rumah yang cukup besar tersebut dan mencoba memanggil sang pemilik rumah. Pie melihat sekeliling rumah tersebut dan terdapat satu kamar di lantai atas. Pie segera naik ke lantai atas dengan perasaan takut tetapi Pie penasaran.

"Boy.. apa kau di kamar?" ucap Pie sambil berjalan menuju salah satu kamar.

Pie membuka pintu kamar itu dan tidak melihat satu orang pun di dalam kamar tersebut. Pie sedikit takut dan wajahnya mulai khawatir.

"Boy, ini aku Pie. Kau dimana?" ucap Pie teriak tapi tidak ada jawaban.

Tak lama kemudian, Bruukk.. terdengar suara benda jatuh dari dalam kamar mandi yang terdapat dalam kamar tersebut. Pie segera berjalan ke sumber suara dan membuka pintu kamar mandi. Pie mencoba membuka pintu kamar mandi tersebut dan ternyata terkunci.

"Boy.. apa kau di dalam.. buka pintunya Boy, kau kenapa?" teriak Pie dari depan pintu kamar mandi.

Pie terus mengetuk pintu kamar mandi agar Boy membuka pintu kamar mandinya, tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, dan Boy sudah terbaring lemas di dalam kamar mandi. Pie segera menghampiri Boy dan mencoba untuk memopong Boy ke tempat tidur. Pie terlihat panik dan Boy hanya terbaring lemas dengan hidung yang sudah mengeluarkan darah. Pie segera mengambil tissue dan menyeka darah yang keluar dari hidung Boy.

Beberapa menit kemudian, Boy membuka matanya perlahan dan melihat Pie yang sudah duduk disampingnya.

"Boy.. kau sudah sadar?" tanya Pie terlihat panik.

"Pie.. apa yang kau lakukan disini?" lirih Boy pada Pie.

"Boy.. aku.." ucap Pie menggantung.

MY HANDSOME GIRL SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang