"Apa? Pasti kau bohong kan dokter? Anakku pasti sembuh kan?" teriak Lin sambil memegang kedua bahu dokter dan seperti memohon pada dokter untuk mengecek ulang keadaan Boy. Dokter hanya dapat memegang lengan Lin dan mengelusnya pelan.
"Mohon maaf kami sudah berusaha sekuat tenaga" ucap dokter dan kemudian perlahan pergi meninggalkan Lin, Meak dan lainnya.
Lin menangis sangat histeris sedangkan Meak hanya merangkul Lin dan berusaha menenangkan Lin. Lin masuk ke kamar Boy dan jenazah Boy sudah ditutupi oleh kain putih. Lin meronta-ronta meminta suster membuka kain putihnya dan mengatakan bahwa Boy masih hidup.
"Sudah sayang.. ikhlaskan saja" ucap Meak pada istrinya.
"Tidak pa, Boy masih hidup. Dia ingin menikah dan ingin menjadi dokter sepertimu" teriak Lin dan berusaha untuk mendekati jenazah Boy tertapi ditahan oleh Meak.
Sedangkan Pie, Piti dan Ansara hanya berdiri di ambang pintu sambil menangis. Ansara juga ikut menangis. Pie sangat sedih. Pie tidak mengira bahwa kata-kata yang diucapkan Boy padanya adalah kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Boy. Pie tau bahwa Boy sangat tulus padanya dan Ansara. Boy bukan orang jahat. Boy tidak ingin menghancurkan keluarga Pie. Boy hanya membantu keluarganya.
Beberapa jam kemudian, jenazah Boy sudah dibawa ke rumah duka. Seluruh keluarga datang dan mengenakan pakaian serba hitam. Ansara juga selalu setia berdiri disamping jenazah Boy. Ansara sangat sedih, melihat daddy keduanya meninggal dunia.
Tak lama kemudian, datang seseorang dengan wajah lesu yaitu Kim. Kim datang ke rumah duka dan menyesali perbuatannya. Kim tidak menyaksikan detik-detik terakhir sebelum Boy meninggal dunia. Kim berjalan kearah peti mati Boy dan berdiri disamping peti mati Boy. Pie yang melihat Kim datang, segera berjalan ke arah Kim dan merangkul Kim.
"Boy menitipkan ini padaku, dan menyuruhku untuk memberikannya padamu" ucap Pie dan memberikan surat yang dititipkan Boy padanya untuk Kim.
"Dia menulis itu sudah lama dan ingin kau membacanya" tambah Pie. Kim menerima surat tersebut sambil terus menatap peti mati Boy.
Pie mengelus bahu Kim, Kim terus menatap peti mati Boy. Tak lama kemudian, proses kremasi akan dimulai. Dan abu dari jenazah Kim akan ditaruh di rumah duka tersebut. Keluarga Boy memilih untuk melakukannya di Thailand karena banyak kerabat Boy yang tinggal di Thailand.
Beberapa jam kemudian, upacara pemakaman telah selesai. Lin dan Meak sudah bersiap-siap untuk kembali ke Amerika dan menetap disana.
"Om, Tante sekali lagi aku turut berduka cita, aku yakin Boy sudah tenang disana. Aku juga minta maaf jika ada kesalahan yang sudah kulakukan. Dan hati-hati diperjalanan yaa" ucap Pie pada Lin dan Meak.
"Iya Pie, terima kasih kau sudah banyak membantu keluarga kami. Maaf jika kami merepotkan kalian. Piti, aku juga terima kasih padamu, kau tidak melupakan kami dan mau membantu kami" ucap Meak pada Pie kemudian beralih pada Piti dan Lin hanya tersenyum pada Pie dan Piti.
"Iya Meak. Lin, kau yang tabah yaa.. tetap semangat.. kau harus melanjutkan hidupmu, Boy sudah bahagia disana" ucap Piti memberi semangat pada Lin dan kemudian memeluk Lin.
"Ansara" ucap Lin setelah melepas pelukannya pada Piti. Pie dan Piti hanya tersenyum.
Ansara segera menghampiri Lin dan menatap Lin.
"Oma pergi dulu ya, kau baik-baik disini dengan mommy dan daddy Kim. Nanti kau harus datang mengunjungi oma dan opa di Amerika ya?" ucap Lin pada Ansara.
"Iya oma, aku akan kesana bersama mommy dan daddy" ucap Ansara kemudian memeluk Lin dan Meak bergantian.
Setelah itu, mereka mengantar Lin dan Meak ke pintu keluar dan kemudian Lin dan Meak masuk ke mobil untuk pergi ke Bandara. Kemudian Pie melihat sekelilingnya mencari Kim. Pie masuk ke dalam rumah duka dan mencari Kim. Saat Pie melewati sebuah ruangan, Pie melihat seseorang yang sedang duduk dilantai sambil menangis. Ternyata itu adalah Kim, yang sedang membaca surat dari Boy.
Hai Kim, jika kau sedang membaca surat ini berarti aku sudah mengikhlaskan semuanya. Aku sudah tidak akan mencampuri semua kehidupanmu dengan Pie. Kau tau, sejujurnya aku sangat mencintai Pie. Karena itu aku ingin menjadi pendonor sperma darinya dan aku berharap saat aku bertemu dengannya, Pie menikah denganku. Tetapi setelah bertemu denganmu, aku tau bahwa keinginanku tidak akan terwujud. Pie sangat mencintaimu. Dan setelah Ansara lahir, aku mencoba untuk melupakan bahwa dia anakku, tetapi tidak bisa. Semakin aku melupakannya semakin aku ingin bertemu dengannya. Ansara tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar, aku sangat bangga padamu. Kau mampu merawatnya dengan baik.
Kim, sangat sulit bagiku untuk menikah dan memiliki anak. Aku memiliki penyakit yang sudah kulalui selama bertahun-tahun. Karena itu, setelah mendengarmu ingin memiliki anak ke 2. Aku mencoba menghubungi Dr. Andrew dan mengatakan aku ingin menjadi pendonasi kalian lagi. Penyakitku bertambah parah, aku yakin tidak akan ada kesempatan untuk diriku. Aku juga ingin berguna untuk orang lain disisa-sisa hidupku. Donasiku kali ini sangatlah tulus pada kalian, tidak ada maksud untuk menghancurkan keluarga kalian. Aku harap kau dapat mengerti maksudku Kim.
Aku juga ingin meminta maaf padamu karena telah membuatmu terluka. Aku tau kau sangat membenciku, saat kau tau bahwa Ansara dan anak keduamu adalah anakku. Tapi yang harus kau tau, aku hanya ingin membantumu. Dan terima kasih karena kau dan Pie sudah mewujudkan salah satu impian dalam hidupku yaitu memiliki anak. Dengan memiliki anak, jika aku meninggal nanti. Dialah yang akan datang ke rumah duka untuk mendoakanku. Sekali lagi terima kasih Kim dan Pie. Aku harap kalian akan bersama selamanya.
– Boy Attachitsataporn -
Setelah membaca surat itu, Kim menangis sejadi-jadinya. Kim sangat menyesal karena tidak banyak berbuat baik pada Boy. Kim menyesal karena sudah berfikiran buruk pada Boy. Kim mengingat dimana pertama kali dirinya bertemu dengan Boy. Dimana dia menatap sinis Boy saat Boy berbicara dengan Pie. Kim menyesali semua perbuatan buruknya pada Boy. Pie yang melihat Kim menangis, berusaha menenangkan Kim. Pie merangkul Kim dan memeluk Kim sangat erat. Pie mencium rambut Kim dan berbisik pada Kim.
"Kau harus ikhlaskan Boy, dia sudah tenang disana. Ini semua bukan salahmu. Ini semua adalah takdir yang diberikan oleh Tuhan pada kita" ucap Pie sambil mengelus punggung Kim.
.
.
Beberapa bulan kemudian, Kim berada di dalam mobil bersama Pie. Kim mengendarai mobilnya sangat kencang tetapi masih didalam kendalinya.
"Kim.. cepatt... aku sudah tidak tahan... bayinya mau keluarrr..." teriak Pie dikursi belakang mobil dan menarik-narik baju Kim untuk mempercepat mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HANDSOME GIRL SEASON 2
Fiksi PenggemarSekuel dari MY HANDSOME GIRL SEASON 1.. . Setelah mendapatkan restu dari kedua orang tua Kim dan Pie. Akhirnya KimPie menikah di Paris. Bagaimana kehidupan pernikahan Kim dan Pie? Bagaimana karir mereka disana? Dan apakah Pie berhasil melakukan prog...