Part 21 (Kim...)

678 33 6
                                    

"KIM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KIM..." lirih Pie dengan air mata dipipinya.

Ternyata Kim sudah mendengar semua percakapan Boy dan Pie. Kim menahan amarahnya, Kim hanya menatap Boy dan Pie dengan wajah marah dan kecewa. Kim tidak mengatakan apapun dan beranjak pergi meninggalkan Boy dan Pie. Pie berusaha meraih lengan Kim. Tetapi Kim menepisnya.

"Kim.. dengarkan penjelasanku dulu" ucap Pie dan mengejar Kim tapi Kim tidak menghiraukannya.

Setelah sampai di depan pintu, Kim segera naik ke mobilnya dan mengendarai mobilnya. Kim mengetahui keberadaan Pie dengan mendeteksi GPS mobil Pie. Karena saat Kim pulang setelah menjemput Ansara dan Pie tidak ada di rumah.

Beberapa menit kemudian, Pie sampai di rumah dan mendapati mobil Kim sudah terparkir di garasi mobilnya. Itu tanda bahwa Kim pulang ke rumah. Kim memilih untuk pulang ke rumah karena tidak ingin Pie khawatir dan mencarinya, mengingat Pie sedang hamil muda. Pie segera masuk ke dalam kamarnya dan Kim sedang duduk dipinggir tempat tidur dengan mengepalkan tangannya.

"Kim..." ucap Pie dan berjalan perlahan menghampiri Kim. Kim segera berdiri dihadapan Pie dengan dada yang naik turun karena menahan emosinya.

"Rahasia apa lagi yang kamu tutupi dariku?" ucap Kim menatap tajam Pie.

"Aku..." ucap Pie terpotong.

"Kamu rela meninggalkan kewajibanmu sebagai seorang ibu dan seorang istri hanya untuk mengunjungi laki-laki itu?!" ucap Kim dengan nada tinggi. Pie mengerutkan keningnya mendengar ucapan Kim.

"Sejak kapan kamu berhubungan dengannya? Sejak kapan Pie?" ucap Kim dan membuat Pie semakin bingung dengan ucapan Kim. Pie merasa Kim sangat marah karena Kim memergoki Pie sedang mengunjungi Boy.

"Aku sudah mendengar semuanya.. rahasia apalagi yang tidak aku ketahui tentangmu dan Boy? Aku tidak menyangka kamu sejahat itu Pie" ucap Kim semakin marah.

Pie tidak menjawab dan menunjukkan wajah marahnya juga pada Kim. Pie berjalan ke lemari dan mengambil sebuah ikat rambut yang ditemukannya di apartementnya di Paris dan selembar foto.

"Ini ikat rambut siapa? Aku menemukannya di apartement saat aku di Paris. Dan ini.. kamu bisa jelaskan foto ini?" ucap Pie menunjukkan ikat rambut dan selembar foto pada Kim. Kim mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud ucapan Pie.

"Apa maksudmu?" ucap Kim memperhatikan foto dan ikat rambut yang ditunjukkan Pie.

"Ada apa denganmu dan Air? Aku sudah memendam perasaan ini selama 3 tahun Kim. Aku tidak berani untuk mengatakannya padamu karena takut kamu akan marah padaku, tetapi saat ini aku tidak dapat menahannya lagi" jelas Pie dan membuat Kim semakin bingung.

"Kenapa kamu membawa nama Air? Aku tidak ada hubungan dengannya" ucap Kim dan membuat Pie mendengus kesal karena Kim tidak jujur padanya.

"Katakan padaku! Apa hubunganmu dengan Air? Kamu menghabiskan banyak waktu dengan Air, apa yang kamu lakukan dengannya?" ucap Pie dengan nada tinggi dan membuat Kim semakin naik pitam.

Kim tidak menjawab dan mengusap wajahnya dengan gusar. Kim tidak menyangka bahwa selama ini Pie tidak mempercayainya. Kim merasa itu bukanlah hal yang harus Kim jawab dan Kim sudah terlanjur kecewa pada sikap Pie, ditambah dengan kenyataan yang saat ini dia sudah ketahui bahwa Ansara dan anak yang dikandung Pie saat ini adalah anak Boy.

Kim segera keluar dari rumahnya dan mengendarai mobilnya. Pie tidak mengejar Kim, Pie hanya menangis di dalam kamarnya. sedangkan Ansara sedang tidur siang. Hari itu adalah hari yang sangat menyebalkan untuk Pie.

Keesokan harinya, Ansara sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Pie juga sudah siap untuk mengantar Ansara sekolah. Sedangkan Kim, tidak pulang ke rumah tadi malam.

"Mommy, daddy mana? Kok daddy tidak pulang ke rumah?" tanya Ansara pada Pie.

"Daddy sedang sibuk sayang.. Ansara diantar oleh mommy aja ya?" ucap Pie dan membuat Ansara mengangguk.

Setelah mengantar Ansara, Pie kembali ke rumah dan melakukan aktivitasnya seperti biasa. Pie tidak mencari atau menelfon Kim, karena Pie merasa mereka membutuhkan waktu untuk saling berfikir dan mengoreksi diri masing-masing.

Siang harinya di sekolah Ansara.

Ansara sedang duduk di kelasnya dengan tangan dilipat di meja dan menopang kepalanya. Ansara menangis di kelas. Nann yang sedang menjemput Jeed melihat Ansara duduk di kelas sendirian, segera menghampiri Ansara.

"Ansara.. kau sedang apa?" ucap Nann dan membuat Ansara mengangkat kepalanya. Nann terkejut melihat pipi Ansara basah karena air mata.

"Kamu menangis? Kenapa? Apa kau sakit?" ucap Nann dan memegang dahi Ansara.

"Aku tidak sakit om, aku hanya sedih" ucap Ansara pada Nann. Jeed hanya dapat memperhatikan temannya dan papanya itu.

"Sedih kenapa?" tanya Nann dan duduk dihadapan Ansara.

"Kemarin sore, aku mendengar mommy dan daddy bertengkar. Dan hari ini daddy tidak pulang. Apa daddy sangat marah pada mommy om?" ucap Ansara pada Nann dan Nann tidak menjawab berfikir sesuatu.

"Yaudah nanti coba om telfon daddy yaa.. om suruh daddy pulang dan jangan marah lagi pada mommy" ucap Nann pada Ansara.

"Iya om, terima kasih" ucap Ansara dan tersenyum.

"Yaudah ayo cuci mukamu dulu, nanti kalau mommy tau Ansara sedang nangis, mommy jadi makin sedih" ucap Nann dan mengajak Ansara ke toilet.

Selesai dari toilet, tak lama kemudian Pie datang menjemput Ansara. Pie bersikap seperti biasa pada Nann. Pie segera pamit pulang pada Nann dan Jeed. Di perjalanan pulang, Pie juga tidak banyak berbicara. Ansara semakin khawatir dan takut tentang keadaan orang tuanya.

Sementara di tempat lain, Nann sedang dalam perjalanan menuju ke sebuah tempat setelah mengantar Jeed pulang ke rumah. Nann masuk ke dalam sebuah gedung dan ternyata itu adalah gedung dimana tempat Kim bekerja.

Di kantor Kim.

Nann mengetuk pintu ruangan Kim dan Kim menyuruhnya untuk masuk.

"Ada apa kau kemari?" ucap Kim dan menyuruh Nann duduk di sofa.

"Kau tidak pulang semalam?" tanya Nann dan membuat Kim menatapnya.

"Darimana kau tau? Apa Pie menelfonmu?" ucap Kim menatap Nann dengan wajah serius.

"Ah.. aku harusnya tidak ikut campur dalam urusan rumah tanggamu, tapi aku tidak tega melihat Ansara" gumam Nann.

"Ansara kenapa Nann?" tanya Kim panik.

"Saat aku menjemput Jeed tadi, aku melihat Ansara menangis di dalam kelas. Dan dia mengatakan bahwa dia sedih karena melihat daddy dan mommynya bertengkar kemarin sore" jelas Nann pada Kim. Kim mengingat dimana saat dia bertengkar dengan Pie kemarin sore, pintu kamarnya tidak dikunci, mungkin Ansara bangun dari tidurnya dan melihat orang tuanya bertengkar.

"Ada apa sih dengan kalian? Ah aku seharusnya tidak mengetahui ini Kim, tapi aku sudah janji dengan Ansara untuk menyuruhmu pulang" ucap Nann dan mengacak rambutnya dengan gusar.

"Sebenarnya Ansara itu.. anaknya Boy, Nann" ucap Kim mengalihkan pandangannya dari Nann.

"Apa maksudmu Kim?" tanya Nann dan meraih kedua bahu Kim yag berada dihadapannya.

"Inseminasi yang aku lakukan itu donasi sperma dari Boy" ucap Kim dan membuat Nann melotot.

"Apa?!!" ucap Nann sangat terkejut.

Kim menceritakan apa yang didengarnya kemarin di rumah Boy pada Nann. Percakapan antara Boy dan Pie. Dan Kim mengatakan tentang pertengkaran dengan Pie di rumahnya yang membahas soal ikat rambut dan fotonya dengan Air.

MY HANDSOME GIRL SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang