Jadi, masih benci Hyunjin apa ngga nih?🌚
"Suapin, Lusi." Hyunjin mengulang perkataannya membuat Lusi mau tidak mau menuruti permintaan cowok itu.
Nyesel gue kenapa tadi gak sekalian aja naruh racun tikus di buburnya ya, pikir Lusi geram.
Hyunjin ini sudah dikasih hati minta ginjal rupanya.
"Ngapain lo ngeliatin gue gitu banget?" Hyunjin berkata jengah ketika Yeji menatapnya tak berkedip.
Gadis itu buru-buru menggeleng lalu pandangannya bergulir menatap Kim, mereka saling berpandangan sesaat.
Seolah tatapannya berbicara, 'ini beneran Hyunjin yang tadi marah-marah sama gue?' Pada Kim, yang dibalas gelengan malas oleh gadis itu.
"Udah kenyang." Hyunjin menolak suapan terakhir yang diberikan Lusi.
"Ck, dikit lagi elah," Lusi memaksa Hyunjin untuk membuka mulutnya.
Cowok itu menggeleng sambil merebut sendok didepan mulutnya. "Udah kenyang sayaaaaang."
Lusi mendelik mendengar panggilan Hyunjin untuknya, dengan kesal gadis itu menaruh mangkuk bubur yang masih tersisa sedikit.
"Yaudah, tugas gue disini udah selesai kan? Gue mau pulang."
Hyunjin keburu mencekal tangan Lusi ketika gadis itu berniat keluar.
Lusi menatap Hyunjin datar. "Apa lagi?" Tanyanya dingin.
Hyunjin menatap Kim, memberi isyarat pada cewek itu untuk membawa Yeji keluar dari dalam ruangan. Biar bagaimanapun dia butuh waktu berdua dengan Lusi.
Kim pun menuruti dengan wajah masam, gadis itu sempat menatap punggung Lusi tajam sebelum menyeret Yeji untuk ikut dengannya.
Hyunjin menyingkap selimutnya ketika Kim dan Yeji sudah keluar, duduk menghadap Lusi yang juga menatapnya.
Selanjutnya, Lusi menegang ketika tanpa aba-aba Hyunjin memeluknya, membenamkan wajahnya diceruk leher gadis itu.
"I miss you..." gumamnya parau,
"So bad."
Lusi yang masih shock hanya bisa membisu, tak berniat membalas pelukan Hyunjin.
Beberapa saat kemudian Lusi bisa merasakan bahunya basah, gadis itu melihat pundak Hyunjin yang bergetar.
Hyunjin...
Menangis?
Untuk pertama kalinya dipelukan Lusi. Hyunjinnya. Oh bukan, Hyunjin menangis.
"Maaf... aku tau sebanyak apapun kata maaf yang aku ucap gak bakal bisa nyembuhin rasa sakit kamu, Tapi Lus—"
"Ssst," Lusi memotong ucapan Hyunjin lalu membalas pelukan cowok itu. Mengusap pelan kepala bagian belakang Hyunjin.
Posisinya Hyunjin duduk di ranjang rumah sakit dengan Lusi yang berdiri sambil memeluk Hyunjin.
Selesai dengan tangisnya, Hyunjin menjauhkan tubuhnya dari Lusi.
Entah kenapa ada rasa hampa di hati Lusi ketika Hyunjin melepas pelukannya.
Tapi kenapa?
Lusi pun mempertanyakan hal yang sama.
Pandangannya bergulir melihat lengan cowok didepannya yang berbalut perban
Matanya terbelalak, kedua tangan cowok itu terbalut perban yang cukup lebar.
Ada apa dengan tangan Hyunjin?
"I-ini kenapa?" Tanya Lusi pelan seraya menyentuh telapak tangan Hyunjin.
Dia meringis melihatnya, pasti nyeri sekali.
"Hyunjin..." Lusi memanggil cowok itu ketika pertanyaannya tak kunjung mendapat jawaban.
Hyunjin menatap kosong kearahnya. "Gak sengaja kemarin kepentok ujung meja."
Kepentok ujung meja? Jawaban terbodoh yang pernah Lusi dengar ketika melihat luka yang cukup parah.
"Bisa gitu dua-duanya?" Tanya nya sarkas.
"Gak sakit kok."
"Hyunjin, gue nanya ini kenapa. Bukannya sakit apa ngga!" Geramnya.
"Jangan-jangan lo berantem lagi ya?"
Akhirnya Lusi kalah dengan rasa khawatirnya.
Hyunjin menggeleng keras, meyakinkan Lusi bahwa dia tidak melakukan hal itu.
"Ayah sama Bunda cerai..." ucapan yang baru keluar dari mulut Hyunjin lagi-lagi membuatnya terbelalak.
"C-cerai?" Hyunjin ngangguk.
"Dan cewek tadi namanya Yeji—"
"Cewek baru lo." Potong Lusi cepat.
"Nggak Lusi. Bisa kamu denger dulu penjelasanku?" Tanya Hyunjin frustasi.
Kemudian Lusi mengangguk patuh, agak merasa bersalah.
"Beberapa hari yang lalu ayah bawa dia kerumah dan bilang kalo dia adik aku," jelas Hyunjin dengan wajah menunduk.
Lusi menatap Hyunjin bingung, bukankah bundanya Hyunjin tidak bisa lagi mengandung semenjak melahirkannya?
"Satu ayah beda ibu."
"HAH SERIUS?!" Lusi berteriak saking tak percayanya, Hyunjin mengangguk lemah.
"Aku gak tau harus gimana, keluargaku hancur. Dan ayah lebih memilih ibunya Yeji dan akan membawa mereka pindah kerumah. Sementara aku disini bener-bener merasa sendiri."
"Aku butuh kamu, aku butuh kamu yang selalu ada buat aku disaat titik terlemahku," lagi-lagi Lusi menegang.
Hyunjin membutuhkannya? Bukankah cowok itu mempunyai Kim Hyunjin untuk tempat dia berbagi keluh kesahnya?
Bukankah seperti itu?
Lusi rasa Hyunjin tidak lagi membutuhkannya ketika ada Kim Hyunjin yang selalu disampingnya kan?
Ingin sekali Lusi mengatakan itu.
Namun, alih-alih membalas dengan sarkas ucapan Hyunjin, gadis itu malah memeluk tubuh Hyunjin yang tampak bergetar.
Lagi-lagi otak dan tubuhnya tak pernah sejalan.
Otaknya berteriak untuk pergi namun tubuhnya malah memeluk cowok itu.
Rasanya Lusi ingin sekali menertawakan kebodohannya, sudah berkali-kali disakiti tapi tetap peduli.
Betapa bodohnya gadis bernama Park Lusi ini.
Menelungkupkan wajahnya diceruk leher gadisnya, Hyunjin membalas pelukan Lusi dengan erat.
Betapa perasaannya tenang ketika merasa bahwa rumahnya telah kembali.
Tempat berkeluh kesahnya.
Dan juga—
Cintanya.
....
Tapi tidak semudah itu hwang fucking hyunjin
HAHAHAHAHAHAHAHA
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsat Boyfriend [HHJ]
RomanceMari kita lihat, seberapa bangsat seorang Hwang Hyunjin. Heroinesa; December 7, 2018.