Twenty Two

11K 1.4K 142
                                    

Cek profil ku ya, jangan lupa baca work ku yang lain eheee

Terhitung sudah dua minggu Hyunjin keluar dari rumah sakit, dan keadaan cowok itu pun sudah sepenuhnya membaik. Mungkin hanya hatinya yang masih menyimpan kedengkian untuk orangtuanya, terlebih ayahnya.

Ditambah beberapa hari lalu ayahnya membawa ibu Yeji pindah ke rumah mereka, membuat Hyunjin semakin muak berada dirumah. Ditambah dengan bundanya yang benar-benar tidak ada kabar seperti tidak memperdulikannya disini.

Oh, betapa Hyunjin membenci keadaan seperti ini.

Dan berbicara mengenai hubungannya dengan Lusi.

Haduh, Hyunjin rasanya ingin menonjok wajah sok ganteng Lai Guanlin saja karna setiap hari selalu berdekatan dengan miliknya.

Bagaimana tidak, dimana-mana Hyunjin selalu melihat Lusi selalu bersama cowok jangkung itu.

Tidak di sekolah, di jalanan bahkan di tukang nasi goreng pun selalu bersama.

Pernah beberapa hari lalu Hyunjin sedang sangat lapar, dia pun berniat untuk mencari makan. Nasi goreng, dia mendatangi tukang nasi goreng yang dulu pernah menjadi tempat makan favorit Lusi bersamanya.

Dan ketika dia sampai disana, laparnya mendadak hilang melihat Lusi yang tengah bercanda sambil memakan nasi goreng bersama Guanlin.

Berakhir dengan Hyunjin yang tak jadi memesan dan memilih datang ke bar milik Bang Chan.

Dan jika kalian berharap Lusi akan menerima kembali Hyunjin setelah di rumah sakit waktu itu.

Jawabannya adalah, tidak.

Gadis itu seperti menegaskan kalau waktu itu dia hanya merasa iba dengan Hyunjin sehingga dengan rela menjenguk cowok itu.

Hyunjin kira sih sepertinya perasaan gadis itu untuknya sudah memudar.

Tapi Hyunjin kembali berpikir, secepat itu Lusi melupakannya? Hah... itu terlihat mustahil man.

Tapi yasudah lah, Hyunjin bisa apa saat ini. Yang dia bisa hanya menghela nafas sambil menahan emosi setiap melihat Lusi semakin menempel pada Guanlin.

"Jin, kok gak dimakan?" Hyunjin tersentak dari lamunannya ketika Kim menggenggam tangannya.

Saat ini mereka tengah berada di kantin.

"A-ah, aku gak laper."

Kim mengernyit mendengar jawaban Hyunjin, "bukannya tadi kamu yang ngajakin aku kesini, kamu bilang tadi laper banget kan."

Iya itu tadi, mood gue udah ancur sekarang ngeliat sicecunguk makin berani mepet mantan gue.

Hyunjin hanya mampu membatin.

"Gak tau tiba-tiba pas sampe sini laperku udah ilang," jawab Hyunjin sambil senyum tipis kearah Kim, lalu kembali menatap penuh dengki pada punggung Guanlin yang tengah duduk didepan Lusi.

Hyunjin merasakan genggaman ditangannya semakin erat. "Mau sampe kapan sih kamu kaya gini?"

Hyunjin menatap Kim tak mengerti, "maksudnya?"

"Jin, aku tau banget kamu. Aku tau kok kalo kamu masih belum moveon dari bocah itu, tapi tolong, hargain aku disini sebagai orang yang sayang sama kamu dong."

Hyunjin semakin tidak mengerti dengan apa yang Kim bicarakan.

"Kim—"

"Hyunjin, aku mohon mulai sekarang lupain cewek yang namanya Park Lusi. Dia udah bahagia sama yang lain, please liat aku yang selalu ada buat kamu selama ini, aku yang disini, di depan kamu, bukan Lusi. Jadi please, stop merhatiin dia di saat kamu lagi sama aku," tegas Kim, gadis itu menatap Hyunjin dengan mata berkaca-kaca.

"Kim, sorry. Sorry banget udah bikin kamu sedih gini," kata Hyunjin panik, cowok itu mengusap lembut tangan Kim, merasa bersalah.

Dari dulu Hyunjin memang paling lemah terhadap gadis Kim ini.

Kim mengangguk lalu tersenyum tipis.

Hyunjin yang melihatnya pun mencubit kedua pipi gadis itu gemas.

Tanpa menyadari bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang menatap mereka miris.

Kayaknya keputusan gue buat moveon emang pilihan yang terbaik.

....

Jam 9 malam, Lusi merutuki dirinya yang begitu pelupa untuk membeli perlengkapan mandi dari siang.

Sebenarnya sedari tadi dia sudah niat, namun dirinya malah lupa.

Maka dengan itu Lusi pun memilih pergi ke indoapril terdekat, gadis itu pun hanya memakai celana training dengan kaos kebesaran berwarna putih plus dompet dan ponsel digenggamannya.

Berjalan sendirian dimalam hari yang lumayan sepi.








"Semuanya jadi 150 ribu mba," Lusi pun memberikan dua lembar uang berwarna merah pada mbak kasir.

"Kembaliannya 50 ribu."



Yeji, mengernyitkan matanya melihat gadis yang tengah antre di depannya.

Ah, Lusi! Batinnya ketika mengingat nama gadis di depannya.

"Makasih," ucap Lusi pada mba-mba kasir, lalu berjalan keluar dengan menenteng belanjaannya yang lumayan banyak.

Saat ini Yeji pun tengah berada di tempat belanja yang sama dengan Lusi, dan gadis itu tepat berada di belakang Lusi yang tadi membayar belanjaannya.

Awalnya gadis itu tak ngeh, namun ketika mendengar suara Lusi dia langsung mengingat bahwa gadis itu yang beberapa minggu lalu menjenguk Hyunjin di rumah sakit.

"Uangnya 10 ribu kembali 2 ribu ya mba," ucapan sang kasir membuyarkan lamunan Yeji, gadis itu pun mengangguk lalu keluar.

Entah kenapa, bukannya pergi dari sana Yeji malah memperhatikan punggung Lusi yang berjalan santai beberapa meter jauh di depannya.

Matanya menyipit ketika melihat ada seseorang dengan pakaian serba hitam serta wajah yang tertutupi masker berlari seperti mengajar Lusi.

Yeji melotot ketika melihat orang itu mengeluarkan benda tajam seperti dari kantung jaketnya.

"LUSI AWAS!"

SRET!

"AAAAARGHH!"

Bangsat Boyfriend [HHJ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang