Namanya Yuda Arsyi. Aku bingung dengan hidup nya. Bagaimana dia hidup selali dengan bayang bayang ke mantan kekasih nya yang sudah meninggal tiga bulan lalu akibat kecelakaan.
"Yuda, kamu harus ikhlasin dia," ucap ku.
"Lo gak ngerti gimana cinta nya gue ke Runa!" dia membentak ku.
Jujur, rasanya sakit melihatnya seperti ini karna perempuan.
Tak sadar kah Yuda bahwa selama ini ada aku? Aku selalu bersama nya di suka mau pun duka.
Yuda, kapan sadar kalo aku cinta kamu?
"Tapi mau gimana pun kamu harus ikhlasin Runa!" balas ku.
"Lo ngomong terlalu gampang," dia tertawa sumbang.
Aku menggeram kesal, "LO HARUS SADAR YUDA! SADAR! RUNA UDAH MENINGGAL! DIA GAK AKAN KEMBALI LAGI SAMA LO! RUNA UDAH MENINGGAL!!!" tandas ku. Aku berteriak karna terlalu kesal.
Plak!
Oh astaga! Yuda menampar ku. Pipi ku perih sekali rasa nya. Apa salah ku? Aku mengatakan kebenaran.
Mungkin Yuda tersadar atas perlakuan nya, dia melihat tangan nya yang baru saja menampar ku dan melihat pipi ku yang merah karna ulah nya.
"Runi, maaf." sesal nya.
Aku mengusap pipi ku. Rasa nya hati ku lebih perih dari rasa perih di pipi ini.
Aku mengambil tas selempang ku, dan keluar dari rumah nya dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk.
"RUNI!"
Aku tak peduli.
***
Ya, nama ku memang Runi. Tidak, aku dan Runa tidak kembar. Aku juga gak tau kenapa nama kami bisa hampir sama gitu.
Mungkin ortu janjian kali ya?
Bahkan, tanggal lahir kami pun hampir sama.
Ya, Runa lebih tua satu hari dari ku.
Entah apa yang Runa lakukan sampai bisa membuat Yuda sebegitu terpuruk dengan kepergian nya.
Aku memaklumi jika Yuda bersedih atas kepergian Runa.
Tapi, ini sudah tiga bulan!
Dia selalu sedih mikirin Runa. Tanpa ada niatan buat bangkit dari keterpurukannya.
Aku bahkan menganggapnya hampir gila!
Kalian tau, aku terkadang sakit hati jika Yuda tak sengaja memanggil ku Runa.
Beberapa hari yang lalu contoh nya. Kami sedang makan di kantin kampus.
"Yud, makan gih, dari tadi liatin aku terus," kata ku sambil tertawa.
"Iya Runa."
Hilang sudah nafsu makan ku.
"Yud, aku Runi."
Dia mengerjap ngerjap kan mata nya.
"Maaf Runi,"
Aku memaksa bulan sabit di bibir ku terbit, "Kalem,"
Tak menyangkal, bahwa hati ku teriris saat itu.
Aku menikmati setiap air mata yang jatuh ke pipi ku.
"Yuda, kapan kamu sadar. Aku cinta kamu."
***
Aku melihat Yuda yang baru saja memarkir kan motor nya di area parkiran kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT
Historia CortaKumpulan cerita pendek berbeda beda genre. selamat membaca. dan jangan lupa vote:). tengkyu