6. Ana uhibbuka fillah.

2.5K 89 1
                                    

Nama ku Edwin Rayhan. Aku adalah santri di salah satu pondok pesantren di Jogja.

Status ku sekarang adalah seorang ustad. Yang berdakwah kemana pun selama 40 hari.

Bulan ini, aku akan berangkat berdakwah ke daerah Bandung.

Namun, sebelum aku memulai perjalanan. Umi selalu bertanya.

"Nak, kapan kamu bawa pendamping? Umi pingin nimang cucu,"

"Mi, Edwin bakal bawa kalo Allah udah kasi jalan nya, dan mungkin sekarang belum,"

"Tapi nak,"

"Mi, berdoa buat Edwin. Biar segera menemukan wanita itu ya,"

"Pasti nak,"

"Yaudah, Edwin berangkat ya mi,"

"Hati hati ya,"

"Iya mi, assalamualaikum, doakan Edwin ya,"

"Waalaikumsalam, iya nak,"

Aku memulai perjalanan ini. Dan semoga aku menemukan diri nya bertemu.

***

Dua minggu ini, Edwin berkeliling kota Bandung untuk berdakwah. Dan hari ini, dia di minta jadwal untuk mengisi tausyiah disalah satu mesjid.

Edwin berjalan ke kamar mandi pria untul mengambil air wudhu.

"Assalamualaikum," sapa seorang jamaah.

"Waalaikumsalam warahmatullah," jawab Edwin.

Saat tengah mengambil air wudhu, Edwin mendengar ada dua orang perempuan bercadar sedang berbincang. Atau lebih tepat nya berdebat.

"Ih, tuh kan, ada tausyiah. Sindi mah gak percaya," ujar wanita bercadar hitam.

"Sindi mah gak tau atuh Rek. Lagian, kamu kan biasanya jahilin aku terus, jadi gak bisa dipercaya kamu mah," sahut teman nya yang memakai cadar abu abu.

"Kapan coba Reka boong soal tausyiah gini. Ah udah ah, ayo wudhu, abis itu sholat,"

Edwin memandang dua wanita itu. Dua wanita itu melewatinya, yang memakai cadar hitam membungkuk, tanda hormat. Sementara yang memakai cadar abu abu tidak.

"Ih, sopan sedikit Sindi,"

"Tau ah, sama kamu teh aku salah terus Rek,"

Mereka memasuki kamar mandi. Edwin tak bisa mengalihkan pandangan nya dari wanita bercadar hitam tadi.

"Heh, jangan melamun aja ustad," tegur salah seorang jamaah yang melintasi Edwin dan menepuk bahunya.

"Astaghfirullah," sesal Edwin.

"Kamu liatin si Reka ya?" tanya jamaah itu.

"Hah? Reka siapa pak?"

"Itu, si Reka yang pakai cadar hitam."

"Ooh, jadi namanya Reka?"

"Kalo kamu mau sama dia, lewati dulu saya." ujar jamaah itu sambil menepuk nepuk bahu Edwin pelan.

"Hah?" Edwin bingung.

"Reka anak saya," jamaah itu terkekeh.

"Astagfirullah, maaf pak, maaf,"

Jamaah itu tersenyum, "Sudah, ayuk masuk, saya gak sabar dengan tausyiah kamu,"

***

Edwin mencoba fokus pada tausyiah yang di sampaikan nya. Walau jantung nya selalu berdebar debar. Mungkin benar, Edwin harus solat istikharah malam ini.

ONE SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang