Pencemburu

2.3K 87 0
                                    








"LO SELINGKUH!!"

"Atas bukti apa lo ngomong gitu? Punya bukti? Jangan kemakan sama rumor murahan lah,"

"Waww hebat banget lo ngelak anjing,"

"Waah mantul! Dengan enak nya mulut lo bilangin gue anjing? Ringan banget ya ngomong nya babi!"

"Sekarang, gue mau lo ngaku! Ngaku kalo lo selingkuh!"

"Kalo gue udah ngaku, lo mau apa?"

"Ya putus lah! Masih nanya?"

"Yakin mau putus?"

"Yakin!"

"Berapa persen!"

"Seribu,"

Perempuan itu mengangguk sambil terkekeh, ini sudah biasa terjadi, sifat cemburuan milik Tian sering muncul, syukur lah Reina mencintainya apa ada nya bukan ada apa nya.

"Nah kalo kita putus, terus gue jalan sama cowok lain, pelukan sama cowok lain, cium pipi cowok lain, ngelap ingus di baju cowok lain, cowok lain itu nyium pipi gue, gue———,"

"GAK BOLEH!"

Reina tersenyum geli, "Tadi kata nya mau putus, gimana sih?"

"Gak jadi!"

Tian langsung meninggalkan nya.

Reina tersenyum gemas, Tian selalu sangat menggemaskan jika sedang cemburu.

Dan Reina suka mencari ulah.














Hari ini berbeda, tidak ada Tian yang cemburu, melainkan Reina sang bad girl sekolah yang cemburu.

Mengapit rokok di kedua jari tengah dan telunjuk nya kemudian menyesap.

Jika Tian tau, yakin lah lelaki itu pasti akan menceramahinya sampai pagi.

Dan itu yang Reina inginkan.

Diri nya cemburu.

Sangat.

Kala melihat, Tian memeluk Jessica, adik kelas yang memang mengejar ngejar Tian.

"REINA!"

Tian datang.

"Apa?! Mau ngapain?!"

Tanpa aba aba, Tian langsung menggendong nya seperti koala.

"LEPAS!"

"GAK!"

"LEPAS ATAU GUE PATAHIN?!"

"Patahin aja, kan nanti derita lo gak bisa punya anak,"

"Ck!"

Alhasil, Reina pasrah.















Status?

Kalian menanyakan status?

Mereka tidak pacaran.

Mereka terikat dalam pernikahan 2 tahun lalu.

Memang, tak ada yang tau, mereka hanya bilang pacaran.










"Akkhh, Tian!! Cepat ahh lebih cepat!"

"Kamu kenapa hem?"

Tian berbicara sambil menggerakkan pinggulnya.

"Lo aja gila! Meluk meluk Jessica mau aja!"

"Jadi kamu cemburu!"

"Yaiyalah! Gue kan istri lo anjir!"

Tian terkekeh, Reina mendumel sambil mendesah adalah bagian ter favorit nya dalam hidup---setelah bertemu Reina tentunya.

"Rein....," Tian menggeram.

Berbeda dengan Reina yang terus mendesah saat Tian menghentak.

"Ha-hamili aku Tian,"

"Akhh, kenapa kamu selalu ketat Rein? Kalo gini, aku gak bisa berpaling ke yang lain."

"Gak bisa! Emang kamu nya milik aku Tian. Ingat itu!"

Tian tersenyum, "Selamat mengandung benih benih cinta dari ku sayang,"

Kedua nya menggeram kala mendapat puncak mereka bersamaan.

Sangat nikmat, indah, intens.

Demi apapun yang ada di bumi, Reina bersumpah tak akab membagi Tian pada siapa pun.












Reina menangis di dalam kamar mandi.

Itu tentu saja membuat Tian kalang kabut dan mengetuk ngetuk pintu nya.

"Rein, buka pintu nya, lo kenapa?"

Reina semakin kencang menangis.

"Aduh Rein, sini keluar, terserah deh aniaya gue juga gak papa, tapi jangan nangis gitu, gue sakit dengar nya,"

Pintu kamar mendi di tarik dari dalam, Reina keluar dengan keadaan buruk nya.

Rambut acak acakkan.

Mata merah sebab menangis.

Bahu lemas.

Bibir bergetar

Sangat tidak elit untuk di lihat.

Tapi bagaimanapun, Tian tetap cinta.


Reina menyodorkan testpack.

Tian mengambil nya, namun matanya tetap menuju pada sang istri.

Membuang testpack itu begitu saja tanpa melihat hasil nya.

Karna Tian tau, hasil nya tak seperti yang diharapkan.

Reina melotot seram, "KENAPA LO BUANG BODOH!!"

Tian terperanjat kaget, dan dengan cepat memungut kembali testpack tersebut.

Terdiam kala melihat hasil nya.

"Rein lo....,"

Reina langsung melompat kedalam gendongan Tian, "GUE HAMIL TIAN!! LO HARUS TANGGUNG JAWAB!"

Reina kembali menangis kencang.

Tian menepuk dahinya kuat, "Sayang, kita udah nikah,"

Tangisan Reina terhenti.

Sesaat ia masih mencerna ucapan suami nya.

Kemudian terkekeh tanpa dosa, "Oh iya, lupa daddy,"























~end~

Kay juga gak tau ini apa:)

ONE SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang