DON'T BE SAD (2)

1.6K 87 1
                                    

Kanya memutari kota Seoul dengan perasaan bahagia.

Hati? Sakit? Kecewa? Marah? Tentu ia rasa kan, namun tak ada salah nya kan jika ia berlibur dan menenangkan fikiran nya bersama calon bayi nya?

"Dingin banget, aku suka, kayak nya aku betah deh disini," monolog nya.

Kanya mengambil kamera yang ia simpan dalam sling bag nya.

Berfoto foto ria dengan spot cantik yang ia dapat kan.

Kanya tersenyum melihat hasil foto nya.

Langsung saja ia mengirimkan ke Tina.

Ma, aku makin cantikkan?

Tulis nya di pesan chat tersebut. Dia tersenyum geli membaca pesan nya sendiri, "Apaan banget deh gue,"

Dengan hati yang sudah sedikit membaik, Kanya berjalan lagi menyusuri kota Seoul.

Ku harap, kalian benar benar memahami arti kata sedikit itu.

Sedikit. Ya, sedikit.

Rasanya, puas sudah Kanya mengelilingi Seoul hari ini, mungkin ia akan lanjut besok.

Sebenarnya, ingin saja lanjut lagi, namun kaki nya serasa sudah ingin patah. Juga, mengingat dia tak sendiri sekarang.

Kanya berjalan santai ke arah apartemen nya.

Ponsel nya bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk.

Kanya berhenti sejenak dalam jalan nya, dan merogoh saku jaket nya untuk melihat pesan itu.

Pasti mama.

Wajah bahagia nya luntur seketika melihat siapa pengirim pesan itu.

Reca Aleardo : Tunggu aku sayang, tunggu kebahagiaan menjemput kita. Sebentar lagi, ya sebentar lagi.

Kebahagiaan?

Kanya tidak akan pernah sudi lagi menatap wajah Reca. Tidak akan pernah!!

Bahkan, jika Reca ingib mengambil alih bayi ini, Kanya tidak akan mengizinkan nya, bagaimana pun ia yang mengandung, ia yang harus membesarkan nya, bukan bajingan setan itu!

Cepat cepat Kanya memblokir kontak Reca dan melanjutkan jalan nya.

Tentu saja, wajah nya berubah datar.

"Gue, gak bakal sudi liat kuman itu lagi."

***

Reca berdecak kesal di bangku kebesaran dan kekuasaannya.

Kanya baru saja memblokir nomor nya.

Pintu nya terbuka tanpa di ketuk, Reca sudah tau itu siapa, Sinta.

"Siang sayang, lunch bareng yuk?"

"Lo sendiri aja sana. Gue males."

Sinta menatap nya dongkol, "Kamu itu kenapa gak ada romantis romantis nya sih?! Ini bukan kemauan aku! Ini kemauan anak kamu!" bentak Sinta.

"Lo sendiri aja gue bilang!" balas Reca ikut membentak juga.

Mata Sinta berkaca kaca.

Bukan nya kasihan, Reca malah semakin muak.

"Lo gak mau pergi juga? Gue yang pergi!"

Saat Reca hendak keluar, Sinta berkata, "Aku bakal bilang sama mama dan papa kamu, kalo kamu gini ke aku!"

"Terus? Lo pikir gue peduli? Lo pikir mereka suka sama lo? Bangun dari tidur panjang lo Sinta!"

Reca tersenyum puas setelah berucap seperti tadi, kemudian melanjutkan langkah nya.

ONE SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang