“ngomong-ngomong. Usia kandungan lo udah berapa sih?” tanya Mia saat mereka sedang dirumah Mia. Untungnya, Mia adalah anak rantau, orang tuanya hanya akan berkunjung beberapa kali dalam beberapa bulan, jadi mereka bisa dengan leluasa membahas hal ini tanpa takut didengar orang tua Mia.
“gue gak tau tepatnya berapa. Mungkin 9 atau 10 minggu” sahut Yewon. Mia mengangguk.
“terus, sekarang gimana? Lo gak mungkin ngelahirin anak ini gada bapaknya?” tanya Mia. Jelas pertanyaan itu benar-benar menusuk hati Yewon. Tapi itu benar. Dia tidak mungkin melahirkan tanpa seorang ayah. Meski sekarang dia sebatang kara. Orang-orang pasti akan berpikir bahwa Yewon adalah gadis yang tidak baik kelak.
Yewon bahkan tidak berpikir sampai kesana. Yang ia pikirkan awalnya hanyalah ingin mati dan mati.
“gak tau. Gue pusing” keluh Yewon sambil menunduk. Berusaha agar tidak menangis meski usahanya itu gagal. Matanya berkaca-kaca.
“gue bahkan gak kepikiran sampe situ. Gue rasanya mau mati aja biar gak nyusahin orang lain ntar”
Mia langsung menggeser tempat duduknya menjadi dekat dengan Yewon. Memeluknya dari samping.
“gak boleh gitu. Lo tega mau bunuh bayi ini. Sebenci-bencinya lo sama diri lo sendiri, sama Wooseok, sama anak ini. Tapi lo gak berhak ngebunuh anak ini karena anak tuh titipan dari yang diatas, Won. Gue bakal bantu lo sebisa gue. Jangan nyerah” ucap Mia menyemangati. Senang rasanya ada seseorang yang memikirkan dirinya ketika Yewon bahkan tidak memikirkan dirinya lagi.
Atau mungkin Yewon sudah kehilangan akal, makanya dia sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi.
'Sebenci-bencinya lo sama diri lo sendiri, sama anak lo, lo gak berhak ngebunuh anak ini karena anak ini titipan yang diatas'
Haruskah Yewon bertahan? Apakah ia pantas bahagia? Apakah ia masih bisa menebus semua kesalahan selama ini. Haruskah ia mempertahankan janin yang ada didaam tubuhnya saat ini?
———
“kak? Udah lama gak mampir?” sapa Hangyul saat melihat Jinhyuk yang baru saja masuk dan duduk disebelahnya.
“sibuk” sahut Jinhyuk seadanya. Kemudian ditawari minuman oleh Hangyul. Disana, ada Hangyul dan 3 temannya, Yohan, Seobin, dan Midam.
“kak!” ketiganya ikut menyapa. Jinhyuk mengangguk menanggapi.
“pesen aja, kak. Gue yang bayar tenang aja” tawar Hangyul.
Akhirnya Jinhyuk memesan segelas bir. Dia tidak ingin mabuk malam ini. Dia sudah tidak melakukannya sejak hampir 2 bulan yang lalu. Dia kesini hanya karena bosan diapartemennya.
“kak Wooseok mana? Kok jarang keliatan juga?” tanya Seobin pada Jinhyuk.
“gatau. Gue juga udah gak kontekan sama dia. Sama-sama sibuk” sahut Jinhyuk sambil meneguk minumannya.
Seobin mengangguk mengerti. Kemudian Midam menatap Jinhyuk untuk beberapa saat. Ia tahu sepertinya Jinhyuk terlihat ada masalah sekarang.
“kenapa, kak? Lagi banyak masalah ya?” tanya Midam asal. Yohan dan Hangyul menoleh bersamaan, begitu pula Jinhyuk.
Jinhyuk tertawa canggung, bagaimana Midam bisa tahu. Ia sedang banyak pikiran sekarang.
“adalah sedikit. Kok lo tau?” tanya Jinhyuk.
Midam bergidik, “keliatan aja auranya agak kusut” sahut Midam sambil tertawa.
“ngomong-ngomong, terakhir kalian Wooseok kapan? Gue lagi nyari dia juga nih” tanya Jinhyuk.
Midam, Hangyul, Seobin dan Yohan tampak berpikir, “gatau dah, kak. Udah lama banget. Terakhir ketemu dikampus doang wakti itu kalo gue” sahut Yohan. Jinhyuk baru ingat kalau Yohan dan Wooseok satu fakultas.
“gue juga kayanya udah lama banget sih ga liat” kata Hangyul.
“gue terakhir ketemu disini kalo gak salah, kak. Yang dia bareng cewenya” jelas Seobin.
“emang ada apa, kak?” tanya Midam. Jinhyuk hanya menggeleng.
“adalah masalah kerjaan” sahut Jinhyuk kemudian meneguk habis birnya sebelum akhirnya ia berdiri berniat pulang.
“cabut ya, Gyul, Dam, lo berdua juga” pamit Jinhyuk.
“yoi, kak”
———
“gimana kakak lo?”
“gatau. Belum ketemu” sahut Yonghee lemas. Dia sekarang sedang berada dikantin fakultasnya bersama teman-temannya, Hyunsuk dan Jinyoung.
“tenang. Pasti ketemu kok nanti” ucap Jinyoung menenangkan. Ia tidak tega melihata temannya terus merasa cemas perihal kakaknya yang Jinyoung juga sebenarnya tidak tahu alasan kenapa kakaknya kabur pergi dari rumah. Yonghee tidak menceritakan detailnya, ia hanya minta jika melihat kakak perempuannya segera hubungi dia.
“yoi. Thanks ya. Yuk cabut, udah gak ada kelas lagi kan?” ajak Yonghee. Dua temannya mengangguk.
Sementara dirumah Mia, Yewon sedang sendirian karena Mia sedang kuliah dan belum pulang.
Ia tidak tahu harus apa, jadi ia hanya akan menonton tv, tapi sebelum itu ia keluar sebentar untuk mengecek keadaan diluar lalu mengunci pintu.
Mia selalu mengingatkan Yewon untuk selalu mengunci pintu jika Mia sedang tidak rumah. Mia sengaja membuat 2 kunci untuk cadangan jika ia lupa atau menghilangkan satu kuncinya maka akan ada gantinya.
Maka setelah Yewon tinggal dirumahnya ia memberi satu kunci tersebut untuk Yewon dan satu untuknya. Jadi jika Mia pulang dengan pintu yang terkunci ia tidak perlu memanggil Yewon lagi kalau-kalau dia sedang tidur.
Baru saja membuka pintu depan dan melihat keluar berniat mengecek apakah ada tanda-tanda bahwa Mia pulang, mata Yewon justru mendapati seorang pria yang berdiri tak jauh dari rumah Mia sambil terus menatap kearah rumah Mia.
Baik Yewon maupun pria tersebut sama-sama terkejut saat pandangan mereka bertemu. Yewon berfikir apakah pria itu salah satu tetangga Mia, atau justru orang jahat yang sedang mengintai.
Sementara pria itu nampak terkejut karena sudah tertangkap basah sedang menatapi rumah Mia.
Buru-buru Yewon menutup pintu dan menguncinya segera. Tidak ingin menjadi sasaran jika orang itu benar-benar orang jahat. Semoga pria tadi tidak menyadari bahwa Yewon hanya seorang diri dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnancy: Lee Jinhyuk✔
FanfictionBagi Jinhyuk, hidup bukan hanya sekedar takut akan kehilangan sesuatu yang disayangi, tapi juga tentang apa itu merelakan dan mengikhlaskan semua yang kita sayangi pergi. ©bexxx