“lo gak mau ngasih tau gue sesuatu, Won?” tanya Yiren. Kening Yewon berkerut. Apa maksudnya?“ngasih tau apa?” tanya Yewon saat ia baru saja selesai mencuci tangannya, mengambil tisu dan mengeringkan tangannya.
“gak tau ya perasaan gue doang apa yang lain juga tapi serius lo makin gemuk sekarang” kata Yiren. Yewon tentu saja terkejut.
Benarkah ia terlihat seperti itu? Mau bagaimana pun Yewon sedang mengandung. Ia tahu cepat atau lambat orang-orang disekitarnya akan tahu tentang itu.
Tapi Yewon tidak tahu akan secepat ini. Tapi, jika diingat lagi, saat periksa kandungan minggu kemarin usia kandungannya sudah sekitar 14 atau 15 minggu. Yang artinya perutnya sudah mulai terlihat besar.
Ia belum memikirkan apa yang akan terjadi jika orang-orang direstoran tahu jika Yewon sedang mengandung. Apakah ia akan tetap bekerja disini, atau dipecat oleh bosnya. Dan lagi, apakah semua karyawan disini terutama Aisha akan semakin membenci Yewon? Memandang Yewon jijik dan sebagainya.
“perasaan lo aja kali” kata Yewon mengakhiri kemudian berjalan meninggalkan Yiren.
Istirahat makan siang sudah selesai dan sekarang waktunya kembali bekerja. Didepan, Yewon sudah berdiri pada posisinya dengan Yewon dan Yiren, Remi yang bertugas menjaga mesin kasir juga sudah siap. Beberapa pelanggan masuk dan mulai memesan.
Satu pelanggan laki-laki yang duduk dimeja nomor 3 dekat jendela mengangkat tangannya dan Yewon berjalan kearah pelanggan tersebut.
Ia memesan beberap makanan dan minuman, dan menyerahkan sesuatu pada Yewon.
“seseorang menitipkan ini untukmu” katanya sambil menyerahkan kantong plastik pada Yewon.
Yewon menatap pelanggan laki-laki itu bingung.
“untukku?” tanya Yewon. Laki-laki itu mengangguk sambil tersenyum.
Rasanya wajahnya terlihat tidak asing. Yewon seperti pernah bertemu dengannya tapi ia tidak ingat itu siapa dan dimana mereka pernah bertemu.
Kemudian Yewon menerima kantong plastik itu dan menyadari itu paket belanjaan yang selalu ia terima selama ini dari orang misterius yang Yewon tidak tahu namanya.
Bagaimana bisa orang itu menitipkan ini pada sembarang orang yang tidak dikenal? Dan lagi, bagaiman juga pelanggan itu tahu bahwa titipan itu ditujukan untuk Yewon. Ada dua pelayan direstoran ini, dan bisa saja ia salah orang, bagaimana dia bisa tahu yang mana yang bernama Yewon.
Memikirkan itu jadi membuat Yewon pusing. Sambil menunggu makanan siap Yewon kedapur untuk mengambil minum. Tenggorokannya kering. Ia sedang tidak ingin minum Yogurt atau hal lainnya sekarang.
“Yewon, bisa bicara sebentar?” tiba-tiba saja atasannya memanggilnya. Yewon menghampiri atasannya itu.
“i—iya pak?” tanya Yewon gugup.
“bagaimana keadaanmu hari ini? Apakah semua baik-baik saja?” tanya Hyunjae—atasannya— pada Yewon.
“baik, pak. Saya rasa, tidak ada masalah,” sahut Yewon. Ada apa? Yewon tentu saja bingung kenapa atasannya tiba-tina menanyainya sepertk ini.
“baguslah. Jika terjadi sesuatu, bilang saja. Atau jika kau tidak enak badan, silahkan pulang saja ya”
Yewon hanya mengangguk masih menunduk sesekali jika atasannya itu menatapnya.
Melihat itu, Aisha yang baru saja selesai membuang sampah memecah keheningan.
“oh, pak Hyunjae, saya lupa memberitahu tadi Yewon sempat memecahkan gelas, tapi semuanya sudah saya bersihkan” ujar Aisha sambil tersenyum ramah pada Hyunjae.
Memang, tadi siang, Yewon tidak sengaja memecahkan gelas karena meletakkan gelas yang selesai ia pakai terlalu diujung yang membuat gelas itu jatuh dan pecah.
Tapi Yewon segera membersihkan pecahan gelas tersebut dan membuagnya. Aisha bahkan hanya menatapnya saat itu ketika Remi ikut membantunya memungut pecahan kaca tersebut.
Bisa-bisanya ia mengatakan ia sudah membersihkan semuanya.
“ah, benarkah?” tanya Hyunjae sambil menatap Yewon dan Aisha secara bergantian.
“s—saya minta maaf, pak, saya memang ceroboh” ucap Yewon.
“apakah kau terluka?” tanya Hyunjae pada Yewon. Yang tentu saja langsung membuat Aisha berekspresi masam.
Yewon menggeleng cepat.
“baguslah. Kalau begitu, saya pergi dulu”
Setelah kepergian atasannya Yewon menatap Aisha yang menatap kesal kearahnya, kemudian berjalan melewati Yewon dan dengan sengaja menyenggol bahunya.
“kopi tidak bagus untuk ibu hamil nona muda” tegur Mia. “buatkan dia hot chocolate saja”
Kemudian pelayan itu meninggalkan mereka berdua.
Mia memutuskan mengunjungi Yewon setelah ia selesai mengerjakan tugas kelompok dirumah temannya.
Mengajak Yewon ke kedai kopi yang biasanya ia datangi dengan Yoonbin.
“gimana kuliah lo?” tanya Yewon pada Mia.
“capek!” keluh Mia. Tentu saja langsung disambut tawa oleh Yewon.
Jika ia masih ada diposisi Mia sekarang mungkin Yewon juga akan mengeluhkan hal yang sama. Sayangnya, sekarang Yewon bukan lagi seorang mahasiswa.
“pacar lo gimana? Gak dijemput lo?” tanya Yewon lagi.
“gue emang gamau minta jemput. Dia baik juga, lagi main paling sama temen-temennya” jawan Mia. “lo gimana? Kerjaan lo baik-baik aja kan?”
Yewon mengangguk. Yah, meski tidak sepenuhnya baik karena selalu saja ada yang membuat suasana hati Yewon buruk ketika ditempat kerja. Kadang ia merasa tidak betah bekerja disana karena Aisha yang terus memperlakukannya dengan buruk. Tapi, jika Yewon keluar, bagaimana ia akan menghidupi dirinya sendiri dan bayi yang ada diperutnya sekarang.
“kandungan lo sehat-sehat juga kan? Jangan sering kecapek'an. Pulang kerja jangan melipir kemana-mana” ingat Mia. Yewon tertawa. Mia benar-benar terlihat seperti seorang ibu yang protektif jika sedang memberinya petuah seperti sekarang.
“iya gue tau. Gue udah periksa kemaren” ujar Yewon.
“serius? Kapan? Sendiri?” tanya Mia kaget.
Yewon mengangguk. “iya, sendiri. Usianya udah 14 jalan 15 minggu” jelas Yewon.
“kenapa gak ngajak gue sihhh?” tanya Mia antusias, “14 minggu berapa sih? 3 bulan ya?”
“iya, 3 bulan jalan 4 bulan” sahut Yewon senang. Entahlah, rasanya senang jika bisa membahas si kecil tanpa takut diejek atau dipandang rendah karena 'dia' hadir tanpa ada calon ayah.
“kapan periksa lagi? Gue ikut yaa!” pinta Mia.
“gak sampe sebulan lagi kok. Kalo lo gak sibuk boleh aja sih” ujar Yewon.
“gue usahain biar gak sibuk deh” kata Mia. Yewon tersenyum. Apakah ia bisa mengajak Mia? Apakah tidak masalah jika yang datang Mia? Bukan pasangan Yewon yang dokter itu harapkan?
“kak, kalo kita nikah, pengen punya anak berapa?”
“jangan punya anak dulu deh, takut gak bisa ngurus”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnancy: Lee Jinhyuk✔
FanfictionBagi Jinhyuk, hidup bukan hanya sekedar takut akan kehilangan sesuatu yang disayangi, tapi juga tentang apa itu merelakan dan mengikhlaskan semua yang kita sayangi pergi. ©bexxx