11

2.5K 437 22
                                    


“wihhh kak, sibuk banget yaa sampe baru nongol lagi. bener-bener udah jarang kesini” sapa Yohan yang saat Jinhyuk baru saja mendudukkan dirinya didepan counter tepat disebelahnya dan Hangyul.

“gini-gini aja sebenernya gue, udah males aja ke klub makanya jarang muncul” sahut Jinhyuk sambil menerina rokok yang baru saja ditawarkan oleh Hangyul.

Malam ini, geng itu terlihat full team. Ada Hangyul, Yohan, Midam, Seobin, Sihoon, dan Junghwan.

Jinhyuk sudah akrab sekali dengan keenam orang itu karena dulu ketika ia sering ke klub dengan Wooseok dan Byungchan mereka akan berkumpul untuk mabuk bersama.

“gimana kerjaannya? Lancar aja, kak?” tanya Midam pada Jinhyuk.

“ya gitu, Dam”

“bagi-bagi kerjaan dong kak. Gue bosen nganggur nih. Gak mau nyari karyawan baru, kak?” ujar Midam sambil tertawa.

“halah lu gua tawarin kerjaan ditempat gua nolak mulu bilang ntar aja ntar aja, sekarang malah minta tolong kak Jinhyuk” seru Hangyul sambil memukul lengan Midam.

“ya kan gue maunya kerja diperusahaannya kak Jinhyuk, bukan dibengkel” sahut Midam.

“bacot!!”

Jinhyuk hanya tertawa menanggapi adu mulut antara Hangyul dan Midam. Dia tidak tahu jika Midam serius atau tidak ingij bekerja diperusahaannya karena sejujurnya, sudah lama sekali Jinhyuk tidak melihat dan mengtrol perusahaannya tersebut karena terlalu sibuk beberapa waktu terakhir.

Ia hanya menyerahkan semuanya pada orang kepercayaannya yang dulu juga sempat bekerja dengan ayahnya yang sekarang sudah bekerja dengan Jinhyuk untuk mengurus dan menjalankan perusahaannya selagi Jinhyuk sibuk dengan kegiatan kuliah dan kegiatan lainnya.

Mungkin, ia bisa mempertimbangkan untuk menambah karyawan baru nanti. Tentu saja setelah berdiskusi dengan asisten kepercayaannya.

“ngomong-ngomong, kak, kita ketemu kak Wooseok kemaren” ujar Yohan tiba-tiba. Jinhyuk yang tadinya baru saja menenggak bir nya langsung menoleh pada pria itu.

“udah punya cewek baru aja dia. Kaget gue liat ceweknya montok banget gilaaa” lanjut Yohan.

“ketemu dimana?” tanya Jinhyuk.

“disini. Kemaren dia ke sini, sama ceweknya, berdua doang. Kak Byungchan dateng juga tapi pas kak Wooseok udah mau balik” sahut Yohan.

“kita nanyain kemana aja dia dah lama gak keliatan katanya pindah ke kota sebelah. Dia juga udah gak kuliah lagi” ujar Junghwan ikut menanggapi.

“hooh. Gue juga ngasih tau kalo kak Wooseok dicariin kak Jinhyuk tapi dia nyautnya 'oh iya' doang, gue mau ngasih tau lo tapi lupa kak” kata Yohan sambil tertawa.

“punya kontaknya kaga lo pada?” tanya Jinhyuk.

“lah kontaknya ganti emang, kak?” tanya Hangyul.

“kayanya iya. Yang lama gue coba hubungin udah gak bisa”

“kaga ada yang minta juga kita semalem, kak” kata Seobin. “ntar deh kalo dia kesini lagi kita mintain”

“emang ada apa sih kak? Kok kayanya lo ngebet banget mau ketemu kak Wooseok?” tanya Hangyul heran. Setahu mereka, Jinhyuk dan Wooseok adalah teman dekat. Dulu bahkan sering bepergian berdua jika Byungchan sedang tidak bisa bergabung.

“adalah. Ada yang mau gue omongin, cabut dulu ya!” pamit Jinhyuk setelah mematikan api rokoknya dan beranjak.

“kak, jangan lupa gue jadiin karyawan lo ya!!”

















Ini hari sabtu dan 2 hari lagi adalah jadwal Yewon untuk periksa kandungannya. Tapi, justru ia sekarang panik karena baru saja menyadari bahwa buku yang diberikan oleh dokter dipemeriksaan sebelumnya hilang.

Yewon tidak menemukan buku berwarna pink itu didalam tasnya dan disetiap sudut rumah kecilnya.

Ia merutuki dirinya sendiri karena ceroboh dan tidak berhati-hati. Bagaimana jika Yewon tidak menemukannya. Apakah dokternya akan memarahinya jika tahu buku itu hilang karena seharusnya ia harus terus membawa buku itu setiap periksa kandungan.

Sudah berkali-kali Yewon mengulangi mencari diarea kamarnya tapi hasilnya tetap saja nihil.

Yewon akhirnya menyerah dan memilih istirahat karena merasa lelah terus kesana-kemari.

Perut Yewon sudah mulai kelihatan bubcit. Wajar saja, kandungan Yewon mungkin sudah menginjak usia 17 atau 18 minggu sekarang. Diusia kandungan seperti ini nemang sangat rentan seorang ibu terus merasa lelah meski tidak melakukan pekerjaan yang berat.

Diusia ini juga dia sudah mulai sering mengalami morning sickness. Kebanyakan orang seharusnya memang sudah nengalami morning sickness diusia kandungan 13 atau 14 minggu.

Mual yang dirasakan juga semakin sering. Tidak jarang Yewon bangun pukul 3 pagi karena merasakan mual yang mengharuskannya bangun untuk kekamar mandi dan berakhir membuatnya tidak bisa tidur sampai pagi.

Dan diusia kandungan ini juga detak jantung sikecil mulai bekerja. Kadang, Yewon bisa merasakan detak jantung calon anaknya ketika ia menempelkan tangannya diperutnya. Bahkan, terkadang, dimalam hari, jika Yewon merasa sangat kesepian, ia akan menempelkan tangannya diperutnya dan mengajak calon anaknya berbicara. Tidak banyak, terkadang hanya menyapa, atau bertanya apakah ia baik-baik saja dan beberapa pertanyaan lainnya.

Karena merasa lelah, perlahan, Yewon mulai kehilangan kesadarannya dan mulai tertidur diatas sofa ruang tengahnya.













“tuan, anda diminta ke kamar ayah sekarang!”

Han Seungwoo, adalah asisten pribadi ayah Jinhyuk yang sekarang sudah berpindah menjadi asisten pribadi Jinhyuk sendiri.

Ia adalah orang kepercayaan tuan Lee karena Seungwoo sudah hampir 15 tahun bekerja dengannya.

Jinhyuk yang baru saja dipanggil oleh Seungwoo pun mengangguk dan beranjak menuju kamar yang dimaksud.

Ayah Jinhyuk, atau yang sering disapa tuan Lee itu sudah hampir 3 tahun ini terbaring diatas tempat tidurnya karena penyakit kanker yang diderita beliau.

Tuan Lee adalah seorang pengusaha sukses sebelumnya. Ia membangun perusahaannya sendiri dan sukses yang sekarang sudah diambil alih oleh putra semata wayangnya, Lee Jinhyuk.

“ada apa ayah?” tanya Jinhyuk setelah menutup pintu.

Ayahnya, terbaring lemah sambil menatap Jinhyuk sayu.

Jinhyuk, sebenarnya tahu apa yang ingin dibicarakan oleh ayahnya. Ia sudah sering dipanggil kesini untuk pertanyaan yang sama.

“apakah kau sudah menemukannya? Pilihanmu?” tanya sanga ayah.

Dulu, tiap kali Jinhyuk datang kesini dan ditanya dengan pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut ayahnya tadi, Jinhyuk akan cepat menjawab bahwa ia belum menemukannya. Ia belum mau, atau belum siap.

“sudah, ayah. Aku sudah menemukannya” sahut Jinhyuk pelan.

Tuan Lee tentu saja terkejut mendengarnya. Ingin rasanya ia memeluk anaknya sekarang juga tapi apalah daya bahkan untuk menampilkan senyum bahagia saja tuan Lee tidak bisa.

Tuan Lee, benar-benar sekarat. Jika diibaratkan, ia sudah diujung. Jinhyuk tidak tahu sampai kapan ayahnya bisa bertahan. Bisa saja hari ini, detik ini ia kehilangan orang yang paling ia sayangi dan berjasa untuknya semasa hidupnya.

Jinhyuk tidak ingin mengecewakannya meski ia juga sebenarnya tidak tahu apakah ini akan terjadi atau tidak.

“nak, ayah sudah sekarat. Bawa dia agar ayah bisa melihatnya sebelum benar-benar pergi”

“jangan mengatakan sesuatu yang seperti itu. Ayah pasti sembuh” ujar Jinhyuk sambil menahan air matanya.

Pregnancy: Lee Jinhyuk✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang