17

2.1K 359 3
                                    


“dengan siapa?” tanya dokter yang baru saja menangani Yewon.

“t—tetangganya, dok” jawab Jinhyuk gugup. Antara masih khawatir dan juga bingung harus mengaku sebagai siapa disini.

“oh, apakah ada keluarga pasien yang akan datang?” tanya dokter lagi.

Jinhyuk mematung. Mengingat-ingat, pasalnya, tidak ada lagi orang yang mengenal Yewon kecuali ia dan Mia, juga pacar Mia. Wooseok tidak masuk hitungan karena dia benar-benar tidak pantas untuk disebut 'keluarga pasien'.

Apakah ia harus menelpon Mia? Tapi bagaimana cara mengabarinya, nomor ponselnya saja Jinhyuk tidak punya.

Sekarang ia benar-benar meras bodoh karena tidak pernah meminta kontak Mia, atau paling tidak Yoonbin untuk menghargai perasaan Yoonbin.

“eee...apakah ada sesuatu yang penting? Saya tadi belum sempat mengabari orang-orang terdekatnya karena mungkin bisa menganggu pekerjaan mereka, tapi akan saya beritahu secepatnya” ujar Jinhyuk.

Dokter mengangguk, akhirnya memilih untuk memberitahunya pada Jinhyuk.

“sebenarnya pasien tidak apa-apa. Masalah makanan yang ia telan juga ternyata hanya sedikit, itu tidak ada masalah yang serius. Hanya saja, saat ia pingsan, benturan yang terjadi sepertinya lumayan keras, jadi saya sarankan agar pasien tidak boleh kelelahan, ia harus istirahat total paling tidak selama seminggu, mengingay kandungannya sudah masuk usia tua, hanya menjaga-jaga agar janinnya tidak mengalami trauma atau semacamnya” jelas sang dokter. Jinhyuk mengangguk paham.

Setelah membicarakan itu dokter menyarankan menebus obat pada resepsionis yang langsung Jinhyuk lakukan.

Lali ia berniat mencari keberadaan Mia untuk memberitahu keadaan Yewon sebelum perempuan itu bangun dan menyadari kalau bukan Mia yang ada disampingnya.

Disisi lain, Yoonbin dan Mia baru saja sampai dipekarangan rumah Yewon.

Setelah kegiatan belanjanya diganggu oleh Yonghee—adik dari Yewon, dan menembakinya dengan pertanyaan dimana sebenarnya kakaknya berada, akhirnya Mia menyerah.

Ia membawa Yonghee ke kafe yang ada didekat pusat perbelanjaan, kemudian menjelaskan bahwa ia akan memberitahu semuanya, tapi tidak sekarang. Mia beralasan ada yang harus ia kerjaan dan sangat terburu-buru.

Awalnya Yonghee menolak, dan terus memaksa agar Mia memberitahunya, tapi Mia tetap bersikeras menolak. Sebagai gantinya, ia berjanji akan cerita secepatnya, semua yang ingin diketahui oleh Yonghee.

Bukan, bukan Mia jahat. Ia tidak bermaksud ingin memisahkan dua kakak beradik itu, hanya saja, Mia takut Yonghee belum siap nelihat keadaan kakaknya, atau lebih parah, bisa saja Yonghee memaksanya untuk ikut pulang kembali kerumah mereka yang pastinya akan mengakibatkan kehebohan.

Bukan hanya orangtuanya yang akan malu, tapi Yewon juga. Meski, Mia tahu Yewon tidak akan setuju jika diajak kembali kerumah, karena, sedari awal pun, Yewon terlihat sangat ingin menjauhi orang-orang terdekatnya bahkan Mia sendiri.

“loh, kok pintunya gak ditutup?” tanya Yoonbin saat melihat pintu rumah Yewon yang ternyata tidak tertutup rapat.

Mia yang mendengar Yoonbin berucap seperti itu langsung mendorong pintunya dan melesat masuk.

“Won?” seru Mia dari ruang tengah. Tidak ada jawaban. Tentu saja karena tidak ada orang dirumah.

“masa dia pergi lupa ngunci pintu?” ujar Mia sambil membuka pintu kamar dan hasilnya sama, nihil. Ia tidak melihat Yewon ada didalam sana.

“mungkin pergi deket sini doang, makanya gak ditutup rapet” sahut Yoonbin sambil masuk kedapur dan langsung melihat ada nutela yang tumpah disamping meja makan.

“yang....” seeu Yoonbin bersamaan dengan suara mobil yang terdengar dari arah luar.

Mereka berdua keluar bersamaan dan melihat Jinhyuk yang baru saja masuk melewati pintu.

“kak Jinhyuk?”

“kalian?? Malah ketemu disini, baru gue mau nyari kalian” ujar Jinhyuk lega.

“Yewon mana—”

“ikut gue, Yewon dirumah sakit” ujar Jinhyuk memotong ucapan Mia.

“hah? Kok bisa? Kenapa?” tanya Mia bertubi-tubi.

“keracunan makanan”



———



“gimana kuliah kamu, nak?” tanya ayah Yonghee.

Suasana dirumah mereka sebenanrnya sudah lumayan kondusif pasca adu mulut yang terjadi beberapa waktu lalu. Yonghee sekarang memang jarang ada dirumah juga bukan karena benci dan tidak betah dengan rumahnya. Bohong jika ia bilang sudah tidak lagi marah tentang apa yang sudah kedua orang tuanya lakukan pada kakak perempuannya, hanya, Yonghee sadar, mau bagaimana pun, rumah ada tempatnya untuk kembali, sekesal apapun ia pada mereka, ibunya lah yang sudah melahirkan dan membesarkan Yonghee, ayahnya juga lah yang sudah rela membanting tulang untuk menghidupinya.

Hanya saja, Yonghee tidak meyukai ketidakadilan yang mereka berikan padanya dan pada kakanya.

Yonghee lebih sering menghabiskan waktu dikampus, berangkat pagi dan pulang petang hanya agar tidak terlalu memikirkan perihal kakaknya dan tidak terlalu mau mendapatkan perhatian lebih seperti sedang diawasi.

“baik, besok mungkin aku akan pulang lebih terlambat, jangan tunggu aku” sahut Yonghee.

“apakah itu urusan penting? Uang jajan masih ada? Mau pakai mobil ayah?”

Yonghee melirik sebentar kepada ibu dan terutama ayahnya. Ini dia yang Yonghee maksudkan. Perhatian dan perlakuan berlebihan seperti ini yang membuat Yonghee berfikir bahwa ia tak lebih dari seorang anak manja yang semua kemauannya selalu dituruti.

“gak. Aku pakai motor saja” ujar Yonghee pelan kemudian meninggalkan meja makan dengan cepat. Sampai didepan pintu kamarnya, Yonghee memanggil ayahnya yang masih terlihat dari jauh,

“ayah...” serunya.

Ayahnya hanya melihat dengan tatapannya yanh seakan bertanya 'ada apa?'

“seandainya aku bisa bawa pulang kak Yewon, kalian berdua..............”

“—bisa maafin dia gak?”

Pregnancy: Lee Jinhyuk✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang