Tentu saja ada kecanggungan yang terjadi setelah Yonghee memilih memaksa mengantar Yewon sampai dirumah dengan selamat.
Terakhir kali Yewon bertemu dengan adik laki-laki nya itu sudah berbulan-bulan yang lalu.
Dan sekarang Yewon merasa seperti ia harus menghindari adiknya, tapi juga ingin melihat adiknya. Dilema.
“kakak tinggal disini? Sendirian?” tanya Yonghee yang sudah masuk sambil melihat-lihat isi rumah yang Yewon tempati sekarang.
Tidak ada AC, tidak ada mesin cuci, kamar mandi kecil dengan kloset yang berada disisi kanan. Benar-benar jauh berbeda dengan rumah orangtuanya.
“bantu kakak bawa ini kedapur dulu” seru Yewon sambil membawa tas belanjaan. Yonghee mengerti dan membantu Yewon.
Sudah lama sekali mereka tidak saling bicara seperti ini. Dulu, Yewon sering mengajak adiknya mengobrol karena Yonghee memang termasuk orang yang lumayan pendiam, bahkan dirumah.
“mau minum gak?” tanya Yewon. Yonghee mengabaikannya karena masih melihat-lihat dapur dan kamar Yewon.
Kamarnya sudah penuh dengan barang-barang bayi yang sudah sempat Yewon beli sebelumnya. Semuanya berwarna Pink dan beberapa ada yang warna biru.
“kalo mau minum ambil dikulkas sendiri ya” seru Yewon kemudian dia menuju ruang tengah. Beberapa menit setelahnya Yonghee kembali dan duduk disebelah Yewon.
“udah berapa bulan, kak?” tanya Yonghee tiba-tiba.
Yewon sempat kaget, tapi ia tersenyum, “jalan 8 bulan”
“udah bisa gerak-gerak berarti? Itu gerak gak, kak?” tanya Yonghee dengan antusias.
“udah donh, ini lagi gak gerak sih, biasanya paling aktif subuh. Kadang siang sore juga”
“tidur kali sekarang” ujar Yonghee asal. Yewon tertawa.
“gimana kabar lo?” tanya Yewon basa-basi.
“baik. Kak Yewon baik? Kandungannya baik?” tanya Yonghee.
Yewon tertawa. Matanya berusaha keras agar tidak mengeluarkan air mata bahkan hanya setetes. Tiap kali melihat wajah adik laki-laki nya Yewon seperti diserang rasa bersalah yang besar.
Ia sedih karena tidak bisa menjadi sesuatu yang baik untuk adik laki-laki nya yang sudah beranjak dewasa ini.
Mereka berdua diam untuk beberapa saat. Seperti, sedang mengontrol diri masing-masing untuk tidak menangis.
“kabar ayah sama ibu gimana?” tanya Yewon. Dan saat itu juga ekspresi Yonghee berubah.
“baik” sahut Yonghee. “kaya biasa”
Yewon tersenyum kecut. Tentu saja mereka akan baik-baik saja dan selalu baik-baik saja.
“pulang, kak” kata Yonghee lemah.
“gak. Lo lah yang pulang. Anak ayah ibu itu elo, jangan bikin dia kecewa kayak gue”
“kakak juga anak ayah ibu. Kakak mungkin bikin kecewa ayah sama ibu, tapi gak sama aku. Aku gak kecewa sama kakak”
“itu dia masalahnya, Yonghee. Gue bikin ayah ibu kecewa dan itu gak bagus. Lo gak kecewa ke gue, tapi gue yang kecewa sama lo. Gue ngerasa bersalah karena gak bisa jadi kakak yang baik buat lo. Gak bisa ngasih contoh yang bener buat lo” seru Yewon sambil mengelap pipinya yang sekarang sudah basah oleh air matanya. Bahkan Yonghee sekarang berkaca-kaca.
“kapan sih kakak jadi gak baik buat aku? Kakak itu selalu jadi yang terbaik. Selalu jadi orang yang ada sama aku pas ayah sama ibu lagi sibuk sama kerjaannya. Kakak yang bantu aku ngurus kuliah, kakak yang bantu aku bergaul sama orang-orang biar bisa punya temen kaya Hyunsuk kaya Jinyoung, kakak yang bantu ngerjain tugasku, kakak ngelakuin semuanya buat aku. Gak ada alasan yang bikin jadi gak baik didepan aku”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnancy: Lee Jinhyuk✔
Fiksi PenggemarBagi Jinhyuk, hidup bukan hanya sekedar takut akan kehilangan sesuatu yang disayangi, tapi juga tentang apa itu merelakan dan mengikhlaskan semua yang kita sayangi pergi. ©bexxx