”maaf ya, Yewon. Gue gabisa bantu apa-apa” ujar Yiren sambil memegang tangan Yewon.“iya gapapa Yiren. Gue juga tau kalo cepat atau lambat ini bakal kejadian” sahut Yewon.
Meski sekarang perasaannya sedang tidak karuan karena ia baru saja diberhentikan dari pekerjaannya.
Baru saja.
Itu baru saja terjadi. Setelah menerima kabar bahwa Yewon masuk rumah sakit sejak kejadian direstoran lalu, juga setelah tahu bahwa ternyata Yewon sedang, hamil. Dua temannya, yaitu Yiren dan Remi dan termasuk atasan Yewon berniat menjenguknya.
Lee Hyunjae datang dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Seperti tidak menyangka, kecewa, dan tidak terima.
Yewon tahu pasti mantan bosnya itu sangat kecewa padanya. Bisa dibilang, selama beberapa bulan kerja disana Yewon sudah berbohong padanya.
“gue juga kayanya mau nyari kerjaan baru aja abis ini” kata Remi.
“heh? Kok gitu?” tanya Yewon kaget.
“Pak Hyunjae gak bilang ya dia mau nutup restorannya?” tanya Yiren pada Yewon.
Yewon menggeleng. Tadi, setelah berbicara empat mata dengan Hyunjae, ia hanya mengatakan bahwa Yewon tidak perlu lagi bekerja direstoran. Ia juga mengatakan bahwa Aisha juga sudah tidak lagi bekerja padanya setelah kejadian itu. Hyunjae sudah menasihatinya sebelum dia benar-benar akan berhenti.
Ia tidak bilang bahwa ia akan menutup usahanya tersebut.
“katanya sih capek bagi waktu. Usaha dia gak cuman direstoran ternyata, ada beberapa lagi. Makanya mau ditutup aja” jelas Remi.
“dia ngasih tau kita juga tiba-tiba banget semalem. Tapi yaudah lah, mau gimana lagi” sambung Yiren.
Yewon jadi merasa tidak enak. Apakah Hyunjae melakukannya karena Yewon.
Apakah Yewon sudah membuat namanya malu sehingga ia harus nenutup restorannya tersebut. Yewon takut apa yang diberitahukan teman-temannya itu tidak benar.“ngomong-ngomong, Mia langsung pulang apa kesini lagi ntar” tanya Remi.
“katanya sih abis kuliah mampir sini dulu, bentar lagi paling” sahut Yewon.
“yaudah kita baliknya nunggu Mia aja, biar lo gak sendirian” saran Yiren. Remi mengangguk.
“gapapa kali kalo lo berdua sibuk tinggal aja. Gue udah bisa jalan sendiri kok”
“gak kok” sahut Yiren. “Won, gue........boleh nanya gak?”
“iya?”
“usia kandungan lo udah berapa bulan?”
“oh, 4 jalan 5 bulan kalo gak salah” sahut Yewon sambil tersenyum.
“jadi, selama ini lo udah nikah?”
“...............gak, gue belum nikah”
"APA?" teriak Mia kaget.
"yang...." seru Yoonbin berusaha menenangkan pacarnya itu.
"gue orangnya gak bisa diajak becanda, kak. Salah orang kalo mau becandain gue"
"gue serius. Gue mau nikahin Yewon!"
Mia menatap pria yang ada sekarang duduk didepannya itu.
Tidak ada keraguan dimatanya. Ia bicara penuh percaya diri dan ketulusan. Mia bisa melihat itu, hanya saja.........
"kak Jinhyuk, gini ya.... Gue tau lo tuh udah baik banget sama Yewon. Tapi rasanya gue masih gak percaya lo mau nikahin Yewon. Lo aja kenal Yewon baru beberapa bulan pas dia ketauan hamil. Bisa aja kan lo mau mainin Yewon doang, lo kan temenan sama si Wooseok Wooseok itu, bisa aja kalian bersekongkol mau ngapain Yewon" serang Mia. Tentu saja ia akan melakukan apa saja untuk melindungi temannya itu, Mia tidak ingin gegabah karena sekarang yang harus ia jaga bukan hanya Yewon, tapi bayi yang ada didalam tubuh Yewon.
"mainin gimana Mia? Gue kalo mau macem-macem sama dia juga udah dari awal. Kalo gue mau macem-macem sama dia ngapain gue ngasih tau elo segala sesuatu tentang gue? Gue serius!" sahut Jinhyuk meyakinkan.
"gue gak percaya!" sahut Mia.
"Mia, kenapa gak dengerin dulu aja alasannya dia kenapa mau nikahin Yewon. Mungkin aja dia beneran serius, ini juga demi kebaikan Yewon sama anaknya" ujar Yoonbin menenangkan pacarnya.
"gue serius! Seratus persen serius, kenapa kalian susah banget buat percaya sih?" tanya Jinhyuk yang mulai agak jengkel tapi berusaha tetap mengontrol dirinya agar tetap tenang. Ia tidak boleh gegabah, Jinhyuk tidak ingin semua yang sudah ia rencanakan selama ini gagal.
"lo pikir buat apa gue selama ini terus ngikutin dan ngejaga Yewon, mastiin dia sama anaknya baik-baik aja dan selalu stand by pas dia collaps?"
"kenapa?" tanya Mia.
"karena gue sayang sama dia"
---
Sudah beberapa hari ini Yonghee merasa ada yang aneh.
Yonghee masih ingat dengan jelas dulu ada seseorang yang Yonghee tidak kenal memanggilnya saat berada dikantin.
Yonghee juga masih mengingat wajahnya dengan jelas. Hyunsuk bilang, dia adalah mahasiswa tingkat akhir yang berada difakultas Hukum.
Dan sudah beberapa kali Yonghee mendapati orang itu tengah menatapi Yonghee ketika sedang tidak sengaja berpapasan atau berada disalah satu tempat yang sama.
Jika diingat-ingat, Yonghee tidak pernah ada masalah dengan orang itu karena waktu itu pun saat ditanyai apakah mereka saling kenal Yonghee tidak memakai bahasa yang kasar. Jadi, jika orang itu merasa marah atau kesal pada Yonghee itu tidak mungkin.
Tapi, orang itu juga tidak terlihat kesal. Tidak juga terlihat seperti orang yang ingin mengenal Yonghee. Lagipula dia sepertinya tipe kakak tingkat yang tidak selevel berteman dengan Junior seperti Yonghee.
Lalu apa masalah orang itu, Yonghee masih tidak tahu.
"gue cabut duluan, cui. Udah janji mau nganterin nyokap" pamit Hyunsuk meninggalkan dua temannya.
"gue juga cabut deh, capek. Lo mampir kerumah gue gak?" tanya Jinyoung pada Yonghee.
"iya ntar mampir, gue masih ada urusan lo balik aja duluan" suruh Yonghee.
"gak maua gue temenin?"
"gak usaha gapapa bentar doang kok"
"oke, kalo apa-apa telpon aja, gue cabut ya, nyusul lo!" pamit Jinyoung. Yonghee mengangguk.
Setelah kepergian dua temannya, Yonghee masih betah duduk dikantin fakultas mereka. Sebenarnya tidak ada urusan apapun yang harus ia lakukan. Ia hanya terlalu suntuk jika pulang cepat.
Kerumah Jinyoung pun sama saja. Ia masih tidak bisa berhenti memikirkan kakak perempuannya. Jadi ia memilih untuk berada diluar lebih lama sebelum pulang kerumah.
Mungkin saja jika beruntung ia bisa bertemu dengan kakaknya.
Setelah merasa bosan, akhirnya Yonghee menuju parkiran berniat mengujungi rumah Jinyoung.
Tapi baru saja memakai helmnya seseorang menyapanya.
"Yonghee!"
"iya?" sahut Yonghee kaget lalu menoleh.
Oh, dia............
"boleh ngomong sama lo bentar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnancy: Lee Jinhyuk✔
Fiksi PenggemarBagi Jinhyuk, hidup bukan hanya sekedar takut akan kehilangan sesuatu yang disayangi, tapi juga tentang apa itu merelakan dan mengikhlaskan semua yang kita sayangi pergi. ©bexxx