Sekarang, Mia sedang berada dirumah Yewon. Hari ini dia sudah berniat untuk menginap sembari menemani Yewon jika sedang kesusahan.
Perutnya sudah sebesar itu, Mia tidak menyangka waktu berlalu begitu cepat, padahal rasanya baru kemarin ia mendengar Yewon memberitahunya bahwa ia hamil.
Jika bukan Mia, siapa lagi yang akan memperhatikan pola makan Yewon. Mia sudah menganggap Yewon seperti saudaranya sendiri.
Lagipula, Jinhyuk terus merengek pada Mia untuk nenemani Yewon paling tidak dimalam hari karena sejak ditawari Yewon menginap pasal kehujanan kemarin, Jinhyuk jadi semakin khawatir.
Malam itu, cuaca sangat dingin karena hujan, ditambah ia hanya tidur disofa yang sudah tidak lagi empuk dan berbekal selimut tipis yang diberikan Yewon.
Jujur saja Jinhyuk tidak bisa tidur nyenyak, ditambah lagi sekitar pukul 2 atau 3 pagi ia mendapati Yewon beberapa kali bolak balik kamar mandi.
Jinhyuk berpikir, bagaimana jika Yewon ceroboh saat itu. Maksudnya, yah, Yewon memang sering sekali ceroboh, tapi malam itu, dia pergi ke dapur dalam keadaan mata yang masih setengah terpejam, dia belum sadar sepenuhnya, dengan perutnya yang besar, bagaimana jika ia tersandung meja atau sesuatu lainnya. Itu pasti akan sangat berbahaya.
Jinhyuk sampai bergidik membayangkan seperti itu. Setidaknya, jika ada Mia, Yewon tidak perlu repot-repot kedapur membawa perut besarnya, tinggal minta tolong Mia. Dan masalah teratasi.
“anjing banget!” umpat Mia setelah membaringkan dirinya disamping Yewon.
“apasih?” tanya Yewon sambil berguling kearah sahabatnya itu.
“mantan gue ngepost foto bareng cewe, anjing banget captionnya sok romantis” cerca Mia sadis
“yaudah sih kan udah mantan. Ngapain sewot banget” ucap Yewon menertawakan Mia.
“gak gitu, Won. Dia itu orangnya super cuek—ah udah lah gak penting” Mia malah membanting ponselnya ke nakas.
“yang didepan, sepatu siapa?” tanya Mia ke Yewon.
Yewon menoleh, sepatu? Siapa? Yang mana?
“sepatu?”
“iya, yang item. Yang deket pintu depan? Itu sepatu cowok kan?” ujar Mia memperjelas.
Oh, sepatunya kak Jinhyuk.
“sepatunya temen. Kemaren numpang neduh karena ujan, dia ganti sendal pas pulang lupa bawa sepatu” sahut Yewon seadanya. Tidak tahu harus menjawab bagaimana karena sedikit takut bagaimana reaksi Mia jika tahu Yewon membawa laki-laki kerumahnya.
Bukan hanya reaksi Mia sebenarnya yang ia takutkan. Tetangganya juga, ia takut dibilang perempuan tidak baik karena menerima tamu pria kerumahnya, dalam keadaan hamil besar yang selama ini orang-orang tahu bahwa Yewon tidak pernah terlihat bersama laki-laki bahkan siapa suami nya pun orang sekitar tidak tahu.
Yewon juga belum bilang bahwa beberapa waktu terakhir ini ia sering bertemu dengan Jinhyuk. Selain karena tetangga, Jinhyuk sering menolongnya seperti mengganti bola lampu yang rusak dan membetulkan keran airnya.
Mengingat bagaimana dulu mereka berdua berselisih karena Mia terus memaksanya untuk menikah dengan kenalannya yang jelas-jelas ia tidak tahu asal usulnya. Sebenarnya, dengan Jinhyuk sama saja. Yewon tidak tahu asal usul Jinhyuk dengan pasti. Hanya saja karena mereka sering bertemu jadi ia menganggap mereka berteman, tidak lebih.
Berbeda dengan Yewon, Mia sebenarnya justru sudah mengetahui semuanya dari Jinhyuk. Tapi ia memilih diam karena Jinhyuk yang melarangnya mengatakan yang sebenarnya sampai nanti Jinhyuk sendiri yang mengatakan kebenaran bahwa teman laki-laki yang Mia maksud adalah Jinhyuk.
Saat pertama kali menyuruh Yewon berkenalan dengan Jinhyuk sebenarnya Mia sudah langsung ingin memberitahu namanya, tapi Yewon sudah kepalang marah duluan.
Dia marah-marah dan menolak ajakan Mia tanpa berpikir panjang. Yang menyebabkan keduanya jadi berselisih.
“oh” respon Mia polos. “gimana?” tanya Mia lagi.
“apanya yang gimana?” tanya Yewon.
“udah punya pikiran belum kalo nikah itu penting buat status anak lo ntar?” lanjut Mia sarkas. Tidak bermaksud membuat Yewon tersinggung, tapi memang begitulah adanya.
“iya tau” sahut Yewon seadanya.
“kenapa gak coba sama temen lo yang itu aja. Yang punya sepatu tuh”
“ya gak bisa langsung gitu juga dong, Mi. Masa iya gue deketin dia tiba-tiba” ujar Yewon protes.
“ya gak tiba-tiba juga. Liat dianya juga dong. Reaksi dia ke elo gimana? Yang berbadan dua gini? Dia keliatan risih apa biasa aja, apa perhatian? Won, cowok tuh kalo suka sama cewek, pasti ngeliat bodynya juga kan, muka itu nomer 2, bayangin lah mana ada orang asing nih, yang tiba-tiba mau jadi temen kita padahal udah tau status kita lagi hamil 'tanpa pasangan' pula. Semuanya tuh berawal dari temen, Won. Lo ketemu dia gimana? Secara gak sengaja doang? Pas udah tau kondisi lo gini, dia gimana? Menjauh apa masih stay?” ucap Mia panjang lebar. Bukan tanpa alasan Mia mengatakan hal demikian.
“gak tau ah pusing. Gue gak boleh banyak pikiran, udah sana tidur!” suruh Yewon menghindari topik mereka dan membelakangi Mia.
“inget, Won. Sosok ayah tuh penting buat anak” ucap Mia sebelum akhirnya memilih membelakangi Yewon juga.
Untuk beberapa saat keadaan hening padahal keduanya belum ada yang tidur sama sekali. Tidak tahu harus memulai bicara dari mana lagi.
“gue tuh kadang mikir, apa gue bisa bertahan sampe lahiran ntar” ujar Yewon tiba-tiba. Matanya berkaca-kaca.
Mia yang mendengar itu langsung berbalik dan menepuk-nepuk pundak Yewon pelan. Mia tahu beban yang ditanggung Yewon pasti sangat berat.
“jangan ngomong gitu, lo pasti bisa” ujar Mia menyemangati.
“gue mikir, gue aja kalo gada orang tua juga bakal susah. Dulu kalo gak ketemu sama lo mungkin gue udah mati dijalanan kali sama anak gue. Gue tau gimana susahnya gak hidup sama orang tua. Makanya gue berusaha nahan sampe sekarang mau nunjukin kalo gue tuh bisa. Gue bisa biar gue sendirian. Tapi nyatanya gue gak bisa”
“lo gak sendirian, ada gue, ada Yoonbin, ada anak lo, ada Yonghee. Lo kangen Yonghee gak?” ujar Mia tiba-tiba.
Yewon diam sebentar. Benar. Sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan adik laki-lakinya. Sudah hampir 7 bulan bahkan lebih.
Bagaiman Yonghee sekarang? Apakah ia merasa kesepian? Apakah ayah masih memperlakukannya seperti yang biasa ayah lakukan.
Yewon tahu ayahnya sangat menyayangi adiknya. Yewon tidak pernah merasa iri karena ia ingin yang terbaik untuk Yonghee.
“mau ketemu Yonghee gak?” tanya Mia lagi.
Yewon tersentak dan berbalik menghadap Mia.
“serius?” tanya Yewon kaget. Mia mengangguk.
Yewon ingin bertemu Yonghee. Ingi sekali. Sudah setinggi apa adiknya sekarang? Apakah ia kuliah dengan baik?
Tapi, Yewon terlalu malu. Bagaimana jika sekarang Yonghee membencinya. Yewon bukanlah gadis yang baik. Yonghee pasti kecewa melihat keadaan Yewon sekarang. Yewon tidak berani.
“gak, gak usah. Kalo lo ketemu dia, suruh aja kuliah yang bener” ujar Yewon lalu kembali membelakangi Mia dan memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnancy: Lee Jinhyuk✔
Fiksi PenggemarBagi Jinhyuk, hidup bukan hanya sekedar takut akan kehilangan sesuatu yang disayangi, tapi juga tentang apa itu merelakan dan mengikhlaskan semua yang kita sayangi pergi. ©bexxx