Karena sekarang Yewon benar-benar sendiri, tidak ada lagi Mia yang akan membantunya memasak sarapan atau mencuci dan menjemur pakaian maka Yewon memutuskan untuk bangun lebih pagi dari biasanya.
Ia sendirian sekarang dikontrakan kecilnya. Benar-benar sendiri.
Ia harua bangun pagi agar bisa memasaka sarapan untuk dirinya sendiri. Mencuci pakaiannya sendiri secara manual karena dikontrakan ini tidak ada mesin cuci.
Tidak masalah, selagi ia hanya mencuci bajunya, itu tidak masalah. Hanya baju kotor yang ia pakai kemarin, memastikan ia selalu mencucinya setiap hari agar tidak menumpuk.
Ada kulkas kecil yang letaknya dikamarnya. Mungkin lain kali jika Yewon punya uang lebih banyak ia akan mencari kontrakan yang tidak hanya mempunyai kulkas mini, tapi juga mesin cuci supaya Yewon tidak perlu repot mencuci pakaiannya secara manual.
Karena Yewon baru pindah kesini sekitar 2 minggu, pertama-tama ia harus belanja untuk mengisi kulkasnya agar tidak terus-terusan membeli makanan diluar.
Dan kebetulan hari ini Yewon tidak bekerja karena restoran tempatnya bekerja hanya buka hari senin sampai kamis, maka Yewon memutuskan untuk pergi belanja hari ini.
“kurasa aku tidak terlalu membutuhkan ponsel” gumam Yewon setelah selesai mengganti bajunya. Menguncir kuda rambutnya karena merasa gerah.
Kemudian berjalan keluar dan mengunci pintu rumahnya.
Untungnya, kontrakannya tidak jauh dari tempat pemberhentian busway.
Yewon naik angkutan umum, tentu saja. Tidak ada siapa pun yang ia kenal disini untuk ditumpangi. Yewon tidak punya kendaraan dan tidak bisa mengendarai sepeda motor. Sungguh malang.
Sampai disupermarket Yewon masuk dan mulai memilah-milah apa saja yang ia butuhkan dan tidak butuhkan. Ia tidak bisa seenaknya belanja banya karena meski hanya tinggal sendiri, Yewon tetap harus menghemat karena gajinya bisa dibilang tidak cukup besar, ia harus membayar iang bulanan untuk kontrakannya.
Jadi beli apa saja yang kira-kira Yewon butuhkan dan jika bisa untuk persiapan sampai bulan depan agar tidak boros.
Sampai dikasir, Yewon tidak sengaja melihat ibu hamil yang juga tengah mengantri. Perutnya besar, sangat besar. Sudah berapa bulan kandungannya? Apakah orang itu akan segera melahirkan. Seberat apa jika perut sudah sebesar itu.
Pikiran Yewon melayang kemana-mana. Sejuta kekhawatiran tentu saja kembali muncul. Apakah Yewon bisa menghadapi semua ini sendiri? Benar-benar sendiri? Bagaimana jika Yewon tidak mampu, bagaimana jika Yewon menyerah saja?
“mbak? Permisi?!” seru kasir tersebut.
“ah! I-iya maaf” sahut Yewon gugup.
“totalnya tiga ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus, mbak”
Yewon sedikit terkejut. Sebanyak itu? Tapi ia segera mengeluarkan kartu ATM nya dan menyerahkan pada kasih tersebut.
Setelah selesai Yewon berniat langsung pulang karena benar-benar merasa lelah, ia pusing dan juga lapar. Padahal 3 jam yang lalu ia baru saja makan.
“Yong, nitip aqua ya atu!” seru Hyunsuk pada Yonghee yang baru saja memasuki supermarket.
Karena malas, Hyunsuk hanya menyuruh Yonghee yang belanja untuk cemilan mereka saat nongkrong, sedangkan ia menunggu diparkiran duduk diatas motor.
Bertepatan saat Hyunsuk menoleh, Yewon masuk kedalam angkutan umum.
“..........kaya kenal”
Sudah hampir 3 minggu mencari tapi Jinhyuk tidak juga menemukan apa yang ia cari. Ingin bertanya, tapi ia ragu.
Jika begitu, ia akan ketahuan dan bisa-bisa tidak akan pernah bisa menemukan apa yang ia cari selama ini.
Tapi, Jinhyuk benar-benar tidak tahu harus mencari kemana lagi. Ia harus segera menemukannya.
Maka, hari ini ia berniat menemui seseorang.
Ia sedang duduk dikantin salah satu fakultas, ingin menemui seseorang.
“anjing kan untung gak dikeluarin!” sungut Jinyoung.
Jinhyuk menoleh saat mendengar sekumpulan anak-anak ribut-ribut sambil berjalan melewatinya dan duduk di meja tepat didepannya.
Itu.....
Apa itu benar dia?
“Yonghee?!” seru Jinhyuk. Yang merasa terpanggil pun menoleh dan menatap Jinhyuk heran.
“manggil gue?” tanya Yonghee bingung.
Untuk sesaat Jinhyuk kaget dan bingung. Kaget ternyata itu benar Yonghee dan bingung ia harus menjawab apa. Ini kali pertama Jinhyuk berbicara dengannya.
Mereka bahkan tidak saling mengenal sama sekali sebelumnya, lalu tiba-tiba Jinhyuk memanggil namanya. Itu aneh sekali. Terutama bagi dau temannya yang kini sedang menatap Jinhyuk bingung juga.
Ditambah, ini bukan area Jinhyuk, ini kantin milik FMIPA, Jinhyuk hanya orang asing disini.
“eh, sorry. Salah orang” kata Jinhyuk buru-buru dan beranjak ingin pergi. Mungkin orang yang ingin ditemuinya hari ini tidak ada.
Tapi baru saja keluar dari kantin Jinhyuk melihat seseorang,
“Mia!” seru Jinhyuk. Ia refleks menarik tangan Mia untuk menahan gadis itu. Tidak peduli tatapan sini dari laki-laki disebelahnya.
“lo siapa?” tanya cowok disebelah Mia.
“kita kenal?” tanya Mia.
Jinhyuk menggeleng, “gue mau ngomong sama lo, please!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnancy: Lee Jinhyuk✔
FanfictionBagi Jinhyuk, hidup bukan hanya sekedar takut akan kehilangan sesuatu yang disayangi, tapi juga tentang apa itu merelakan dan mengikhlaskan semua yang kita sayangi pergi. ©bexxx